Ilustrasi: Nyala lilin pada Hari AIDS Sedunia 1 Desember 2013 yang diselenggarakan oleh The LGBTQ Center of Long Beach di Long Beach, California, AS (Foto: dailynews.com)
Berita seputar HIV/AIDS pada Hari AIDS Sedunia, 1 Desember 2020, diramaikan dengan informasi terkait gejala HIV/AIDS yang bisa membuat kepanikan masyarakat
Jakarta - “Kenali Gejala
HIV/AIDS Sejak Dini.” Ini judul berita di Tagar, 2 Desember
2020. Banyak berita di media massa dan media online, bahkan posting-an di media
sosial yang menyebutkan ‘gejala awal’ atau ‘gejala-gejala HIV/AIDS’. Karena
tidak dipaparkan berdasarkan faktor risiko penularan HIV/AIDS, maka penyebutan
gejala-gejala HIV/AIDS itu bisa membuat masyarakat panik, padahal gejala-gejala
itu tidak otomatis terkait dengan infeksi HIV/AIDS.
Ini beberapa judul berita pada
Hari AIDS Sedunia (HAS) tanggal 1 Desember 2020: Gejala Awal, Pencegahan dan
Ciri-ciri Pengidap HIV dan AIDS, Kenali Tanda-tanda HIV AIDS, Inilah gejala dan
tahapan dari tahun ke tahun infeksi HIV menjadi AIDS, Mendeteksi Gejala HIV
& AIDS Sesuai Dengan Stadiumnya, Waspada, Ini Gejala Awal HIV yang Harus
Anda Kenali!, dan lain-lain.
Secara medis tidak ada
tanda-tanda, gejala-gejala atau ciri-ciri khas HIV/AIDS pada fisik dan keluhan
kesehatan karena tanda-tanda, gejala-gejala atau ciri-ciri tersebut juga bisa
terjadi karena infeksi penyakit lain.
1. Warga Pengidap HIV/AIDS yang
Tidak Terdeteksi
Karena tidak ada tanda-tanda,
gejala-gejala atau ciri-ciri yang khas HIV/AIDS jadi salah satu faktor yang
membuat banyak orang tidak menyadari kalau dia sudah tertular HIV/AIDS.
Akibatnya, orang-orang yang tidak menyadari dia mengidap HIV/AIDS akan jadi
mata rantai penyebaran HIV/AIDS di masyarakat, terutama melalui hubungan
seksual di dalam nikah (seperti kawin-cerai, beristri lebih dari satu) dan di luar nikah (zina,
selingkuh, melacur, dll.).
Laporan terakhir Direktorat
Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Ditjen P2P), Kemenkes RI,
tanggal 9 November 2020, menunjukkan jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS di Indonesia
dari tahun 1987 sampai 30 September 2020 sebanyak 537.730 yang terdiri atas
409.857 HIV dan 127.873 AIDS.
Sedangkan estimasi jumlah kasus
HIV/AIDS di Indonesia 640.000 (aidsdatahub.org). Itu artinya ada 102.270 warga
yang mengidap HIV/AIDS (Odha-Orang dengan HIV/AIDS) tapi tidak terdeteksi.
Mereka inilah yang jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS di masyarakat, terutama
melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah. Ini terjadi
karena tidak ada tanda-tanda atau ciri-ciri yang khas AIDS pada fisik warga
yang mengidap HIV/AIDS.
Warga yang berjumlah 102.270
adalah pengidap HIV/AIDS, tapi karena tidak ada tanda-tanda, gejala-gejala atau
ciri-ciri yang khas HIV/AIDS mereka pun tidak menyadari kalau mereka mengidap
HIV/AIDS.
Celakanya, pemerintah tidak
mempunyai program yang realitis untuk menemukan 102.270 pengidap HIV/AIDS yang
belum terdeteksi. Itu artinya mereka jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS di
masyarakat tanpa mereka sadari.
2. Perilaku-perlaku Berisiko
Tinggi Tertular HIV/AIDS
Kalau tanda-tanda, gejala-gejala
atau ciri-ciri yang disebut-sebut terkait dengan HIV/AIDS, maka tidak semerta
menunjukkan orang tersebut tertular atau mengidap HIV/AIDS. Soalnya,
tanda-tanda, gejala-gejala atau ciri-ciri tersebut bisa dikaitkan dengan infeksi
HIV/AIDS jika orang tersebut pernah atau sering melakukan perilaku berisiko
tinggi tertular HIV/AIDS, yaitu:
(1) Laki-laki dan perempuan
dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom, di
dalam dan di luar nikah, dengan pasangan yang berganti-ganti karena ada
kemungkinan salah satu dari mereka mengidap HIV/AIDS sehingga ada risiko
penularan HIV/AIDS;
(2) Laki-laki dewasa yang pernah
atau sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan orang-orang yang
sering ganti-ganti pasangan, seperti pekerja seks komersial (PSK) karena ada
kemungkinan salah satu dari mereka mengidap HIV/AIDS sehingga ada risiko
penularan HIV/AIDS;
Yang perlu diperhatikan adalah
PSK ada dua tipe, yaitu:
(a). PSK langsung adalah PSK yang
kasat mata yaitu PSK yang ada di lokasi atau lokalisasi pelacuran atau di
jalanan, dan
(b), PSK tidak langsung adalah
PSK yang tidak kasat mata yaitu PSK yang menyaru sebagai cewek pemijat, cewek
kafe, cewek pub, cewek disko, anak sekolah, ayam kampus, cewek gratifikasi seks
(sebagai imbalan untuk rekan bisnis atau pemegang kekuasaan), PSK high class,
cewek online, PSK online, dll.
(3) Pernah atau sering memakai
jarum suntik pada penyalahgunaan narkoba (narkotika dan bahan-bahan berbahaya)
secara bersama-sama dengan bergiliran;
(4) Pernah atau sering menerima
transfusi darah yang tidak diskrining HIV.
Biarpun ada tanda-tanda,
gejala-gejala atau ciri-ciri yang disebut-sebut terkait dengan HIV/AIDS ada
pada diri seseorang tapi dia tidak pernah melakukan salah satu atau lebih perilaku
berisiko di atas, maka tanda-tanda, gejala-gejala atau ciri-ciri yang
disebut-sebut terkait dengan HIV/AIDS sama sekali tidak ada kaitannya dengan
infeksi HIV/AIDS pada orang tersebut.
Sebaliknya, biar pun tidak tanda-tanda, gejala-gejala atau ciri-ciri yang disebut-sebut terkait dengan HIV/AIDS pada diri seseorang, tapi dia pernah atau sering melakukan salah satu atau beberapa perilaku berisiko di atas itu artinya orang tersebut berisiko tertular HIV/AIDS. Langkah terbaik adalah menjalani tes HIV secara sukarela di sarana kesehatan pemerintah. [Sumber: https://www.tagar.id/keluhan-kesehatan-tidak-otomatis-terkait-dengan-hivaids] **
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.