Ilustrasi. (Foto: hivplusmag.com/AP PHOTO).
Oleh: Syaiful W. HARAHAP
Biasanya setiap hari ada saja berita di media massa dan media
online tentang HIV/AIDS, mulai dari penemuan kasus baru, ketersediaan obat
antiretroviral (ARV), pelacuran, dll. Tapi, sejak pandemi virus corona baru
(Covid-19) berita tentang HIV/AIDS benar-benar tenggelam.
Padahal, laporan terbaru menunjukkan jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS
sejak tahun 1987 sd. 31 Desember 2019 berada di angka 498.665 yang terdiri atas
377.564 HIV dan 121,101 AIDS. Jumlah kasus ini nyaris menyentuh angka 500.000
atau setengah juta dengan selisih 1.335.
Mengingat sekarang ada di awal Mei 2020 itu artinya jumlah kasus
baru triwulan pertama yaitu Januari-April 2020 belum dilaporkan. Selisih jumlah
kasus yang dilaporkan antara Triwulan IV/2019 dan Triwulan III/2019 sebanyak
15.727, andaikan laporan kasus Triwulan I/2020 sekitar selisih itu berarti
jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS dari tahun 1987 sd. 30 April 2020 lebih dari
setengah juta.
1. Cewek Prostitusi Online sebagai PSK Tidak Langsung
Biar pun tidak ada berita HIV/AIDS di media bukan berarti tidak
ada insiden infeksi HIV baru karena perilaku seksual yang berisiko tinggi
tertular dan menularkan HIV/AIDS tetap terjadi di masyarakat. Memang, pelacuran terbuka
seperti lokasi atau lokalisasi pelacuran sudah tidak ada karena sejak reformasi
ada gerakan moral yang masif dan menggebu-gebu untuk menutup lokalisasi
pelacuran.
Tapi, penutupan lokasi dan lokalisasi pelacuran tidak
menghentikan transaksi seks karena sekarang lokalisasi pelacuran sudah pindah
ke media sosial. Transaksi dilakukan melalui daring di media sosial yang
dikenal sebagai prostitusi online. Bahkan, dikabarkan melibatkan ‘artis’ dan
foto model.
Celakanya, banyak laki-laki yang merasa tidak berisiko tertular
HIV/AIDS dengan cewek yang di-booking melalui media sosial. Ini terjadi karena
informasi tentang HIV/AIDS sejak awal epidemi, kasus pertama HIV/AIDS yang
diakui pemerintah terdeteksi tahun 1987 pada turus Belanda di Bali, selalu dibalut
dan dibumbui dengan norma, moral dan agama. Akibatnya fakta medis tentang
HIV/AIDS kabur sedangkan yang muncul hanya mitos (anggapan yang salah).
Misalnya, mengait-ngaitkan penularan HIV/AIDS dengan pekerja seks komersial
(PSK) di lokalisasi pelacuran. Padahal, cewek prostitusi online dalam
prakteknya juga sebagai seorang PSK yaitu melayani hubungan seksual dengan
laki-laki yang berganti-ganti. Cewek prostitusi online disebut sebagai PSK
tidak langsung yang juga berisiko tinggi tertular HIV/AIDS dari pelanggannya.
Sedangkan PSK di tempat pelacuran disebut PSK langsung.
2. Kegiatan Seksual Berisiko Terjadi di Ranah Privat
Jumlah kasus HIV/AIDS yang terus bertambah di Indonesia terjadi
karena tidak ada program penanggulangan di hulu yaitu menurunkan insiden
infeksi HIV baru, terutama melalui hubungan seksual laki-laki dewasa melalui
hubungan seksual dengan PSK langsung dan PSK tidak langsung.
Banyak kalangan yang selalu menyalahkan pemerintah terkait
dengan pertambahan jumlah kasus HIV/AIDS yang terus bertambah di Indonesia.
Padahal, penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual yang bisa diatur oleh
pemerintah hanya pada pelacuran terbuka yang melibatkan PSK langsung
jika pelacuran dilokalisir. Celakanya, sejak reformasi tidak ada lagi
lokalisasi pelacuran yang dijalankan oleh dinas-dinas sosial.
Yang paling berperan besar dan langsung dalam penanggulangan
HIV/AIDS adalah masyarakat, terutama melalui hubungan seksual. Secara umum ada
sembilan pintu masuk HIV/AIDS melalui hubungan seksual seperti tergambar di
tabel di bawah ini.
Matriks sembilan pintu masuk HIV/AIDS ke masyarakat dan peran pemerintah serta masyarakat. (Foto: Tagar/Syaiful W. Harahap).
Dari tabel di atas jelas perilaku seksual berisiko nomor 1, 2,
3, 4, 5, 6, 7 dan 8.1 merupakan aktivitas seksual di ranah privat (privasi)
karena dilakukan di sembarang tempat dan sembarang waktu dengan berbagai modus.
Yang bisa mencegah penularan HIV/AIDS melalui kegiatan seksual berisiko pada
nomor 1 sd. 8.1 hanya masyarakat yang tidak melakukan perilaku berisiko tsb.
Pemerintah sama sekali tidak bisa melakukan intervensi karena
semua terjadi di ranah privat. Terutama pada kasus nomor 1 dan 2 jelas
merupakan kegiatan legal karena ada pernikahan yang
sah tapi tidak dilaporkan ke pemerintah. Sedangkan kegiatan nomor 3 dan 4 juga
merupakan kegiatan privat, seperti perselingkuhan, dll. Hal yang sama juga
terjadi pada kasus nomor 5 karena bisa dalam berbagai bentuk dan modus.
3. Penyebaran HIV/AIDS Terus Terjadi di Masyarakat
Sedangkan pada kasus nomor 6 juga bisa terjadi secara privat,
namun ada juga yang terkait dengan kegiatan pelacuran jalanan. Nomor 7 juga terjadi
di ranah privat sehingga tidak bisa diintervensi.
Begitu pula pada kegiatan berisiko nomor 8.1 yang berlangsung di
ranah privat. Kegiatan-kegiatan di ranah privasi ini hanya ketahuan kalau ada
kasus yang dibongkar polisi, seperti razia
pekat (penyakit masyarakat) tapi hanya menyasar penginapan, losmen dan hotel
melati.
Itu artinya ada delapan pintu masuk HIV/AIDS melalui hubungan
seksual yang sama sekali tidak bisa diintervensi oleh pemerintah yaitu memaksa
laki-laki memakai kondom. Program ‘wajib kondom’ bagi laki-laki yang melakukan
hubungan seksual dengan PSK di tempat palcuran di Thailand membuahkan
hasil dengan indikator terjadi penurunan jumlah calon taruna militer yang
terdeteksi HIV/AIDS.
Langkah Thailand itu bisa dijalankan pada kasus nomor 8.2, tapi
dengan syarat praktek pelacuran dilokalisir. Karena di Indonesia tidak ada lagi
lokalisasi pelacuran yang dijadikan sebagai lokres (lokalisasi dan
resosialisasi) bagi PSK, maka praktek-praktek pelacuran dalam berbagai bentuk
transaksi seks tidak bisa diintervensi.
Itu artinya insiden infeksi HIV baru terus terjadi, terutama
pada laki-laki melalui berbagai kegiatan berisiko tertular HIV/AIDS. Penyebaran
HIV/AIDS terus terjadi di masyarakat yang kelak akan bermuara pada ‘ledakan
AIDS’. [] (Sumber: https://www.tagar.id/aids-di-indonesia-hampir-sentuh-angka-setengah-juta).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.