07 November 2019

AIDS di Karawang Memojokkan Remaja Abaikan Laki-laki Heteroseksual Dewasa

Ilustrasi (Sumber: nytimes.com)

Oleh: Syaiful W. HARAHAP

Gaya hidup hedon yang dilakoni remaja di Kabupaten Karawang, berbanding lurus dengan penyakit HIV/AIDS. Setiap tahun, pelajar yang mengidap penyakit mematikan itu terus meningkat. Ini lead dalam berita "15 Remaja HIV. 15 Remaja HIV" (radarkarawang.id, 31/10-2019).
Lead berita ini jelas ngawur bin ngaco karena tidak akurat.
Pertama, apa yang dimaksud dengan hedon? Hedon tidak ada dalam bahasa baku bahasan Indonesia.Yang dikenal adalah hedonism (KBBI: pandangan yang menganggap kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan utama dalam hidup). Kalau wartawan atau redaktur mengatikan hedon adalah hedonisme, maka tidak ada kaitan antara penularan HIV/AIDS dan hedonism. Penularan HIV/AIDS  melalui hubungan seksual tidak ada kaitannya dengan hedonism. HIV/AIDS menular melalui hubungan seksual, di dalam dan di luar nikah (sifat hubungan seksual), jika salah satu atau keduanya mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom (kondisi hubungan seksual).
Kedua, disebut 'penyakit HIV/AIDS'. Ini tidak akurat karena HIV/AIDS bukan penyakit. HIV adalah virus, sedangkan AIDS adalah kondisi orang-orang yang mengidap HIV yang secara statistik terjadi antara 5-15 tahun setelah tertular jika tidak meminum obat antiretroviral (ARV) sesuai dengan resep dokter.
Ketiga, pelaporan kasus HIV/AIDS di Indonesia dilakukan dengan cara kumulatif yaitu kasus lama ditambah kasus baru. Maka, jumlah kasus HIV/AIDS yang dilaporkan akan terus naik atau meningkat biar pun banyak pengidapnya yang meninggal.
Keempat, berita ini tida objektif karena tidak ada perbandingannya dengan perilaku seksual dan kasus HIV/AIDS pada laki-laki dewasa heteroseksual. Kasus-kasus HIV/AIDS pada ibu rumah tangga terkait erat dengan perilaku seksual suami mereka, dalam hal ini laki-laki dewasa heteroseksual.
Maka, pernyataan Staf KPA Karawang, Yana Aryana, yang mengatakan bahwa selama lima tahun terakhir jumlah pengidap HIV AIDS di Karawang semakin meningkat tidak memperhatikan cara pelaporan kasus HIV/AIDS di Indonesia. Sudah jelas akan terus meningkat karena kumulatif. Akan lain halnya kalau yang disebut adalah kasus HIV/AIDS yang baru.
Disebutkan dalam berita " .... sejak tahun 1992 di Karawang sudah tercatat 1153 ...." Yang perlu diingat ini hanya kasus yang terdeteksi, karena ada kasus yang tidak terdeteksi. Epidemi HIV erat kaitannya dengan fenomena gunung es. Kasus yang terdeteksi, dalam hal ini 1.153, adalah yang terdeteksi yang digambarkan sebagai puncak gunung es yang muncul ka atas permukaan air laut. Sedangkan kasus yang tidak terdeteksi di masyarakat digambarkan sebagai bongkahan gunung es di bawah permukaan air laut.
Dok Pribadi
Dok Pribadi
Dalam berita sama sekali tidak ada informasi yang akurat tentang cara-cara penularan dan pencegahan HIV/AIDS. Dengan menonjolkan remaja berita ini terkesan sensasional, padahal dalam epidemi HIV yang persoalan besar adalah infeksi HIV pada laki-laki dewasa heteroseksual. Soalnya, mereka mempunyai istri sehingga ada risiko penularan ke istri (horizontal). Jika istri mereka tertular, maka ada pula risiko penularan dari-ibu-ke-bayi yang dikandungnya (vertikal) terutama saat persalinan dan menyusui dengan air susu ibu (ASI).
Sedangkan remaja tidak mempunyai istri. Hal ini sama dengan laki-laki gay (homoseksual) karena gay juga tidak punya istri.
Salama Pemkab Karawang tidak mempunyai program yang konkret untuk menurunkan, sekali lagi hanya bisa menurunkan, insiden infeksi HIV pada laki-laki dewasa melalui hubungan seksual dengan pekerja seks komersial (PSK), maka penyebaran HIV/AIDS akan terus terjadi di Karawang yang kelak bermuara pada 'ledakan AIDS'. * - Sumber: https://www.kompasiana.com/infokespro/5dc4ba24097f36382c36f872/aids-di-karawang-memojokkan-remaja-abaikan-laki-laki-heteroseksual-dewasa

04 November 2019

Penyangkalan Akan Dorong Penyebaran HIV/AIDS di Aceh

Ilustrasi (Sumber: timesofindia.indiatimes.com)
Oleh: Syaiful W. HARAHAP

Kepala Seksi Pencegahan Penyakit Menular, Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, dr Imam Murahman di Meulaboh, mengatakan tingginya sebaran penyakit HIV/AIDS di Aceh dikarenakan seks menyimpang seperti homoseksual. Ini ada di lead berita "Perilaku Seks Menyimpang Cara Penyebaran HIV/AIDS di Aceh" di indozone.id, 10/9-2019.
Pernyataan di lead berita itu tidak akurat, karena:
Pertama, risiko tertular HIV/AIDS melalui hubungan seksual bukan karena sifat hubunga seksual (di luar nikah, seks menyimpang, zina, melacur, selingkuh, homoseksual, dll.), tapi karena kondisi pada saat terjadi hubungan seksual (salah satu mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom).
Kedua, disebutkan " .... tingginya sebaran penyakit HIV/AIDS di Aceh dikarenakan seks menyimpang seperti homoseksual." Infeksi HIV/AIDS pada kalangan homoseksual, khususnya gay, merupakan terminal terakhir karena mereka tidak mempunyai istri. Kalau pun ada sebaran HIV/AIDS itu hanya terjadi di komunitas gay.
Ketiga, disebutkan " .... penyakit HIV/AIDS ...." Ini tidak akurat karena HIV/AIDS bukan penyakit. HIV adalah virus sedangkan AIDS adalah kondisi pada seseorang yang tertular HIV secara statistik terjadi antara 5 -- 15 tahun setelah tertular.
Dengan mengatakan " .... tingginya sebaran penyakit HIV/AIDS di Aceh dikarenakan seks menyimpang seperti homoseksual" maka yang jadi pertanyaan besar adalah: mengapa 20 persen dari jumlah kumulatif HIV/AIDS di Aceh terdeteksi pada ibu rumah tangga?
Ini ada dalam berita "Astaga! 840 warga Aceh terjangkit HIV/AIDS" (elshinta.com, 10/9-2019): Menurutnya (Kepala Seksi Pencegahan Penyakit Menular, Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, dr Imam Murahman-pen.), sebagian besar pengidap penyakit menular yang menyerang sistem kekebalan tubuh tersebut terdiri dari kalangan wiraswasta sebanyak 40 persen, dan 20 persen kalangan ibu rumah tangga.
Dalam laporan Ditjen P2P, Kemenkes RI, tanggal 27/8-2019, jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS di Aceh 1.168 yang terdiri atas 642 HIV dan  526 AIDS. Tapi, dalam berita indozone.id, 10/9-2019 dan elshinta.com, 10/9-2019 disebutkan jumlah kasus HIV/AIDS di Aceh 840.
Terlepas dari perbedaan angka yang perlu diingat adalah jumlah yang terdeteksi tidak menggambarkan jumlah kasus yang sebenarnya di masyarakat karena epidemi HIV erat kaitannya dengan fenomena gunung es. Kasus yang terdeteksi digambarkan sebagai puncak gunung es yang muncul ke atas permukaan air laut, sedangkan kasus yang tidak terdeteksi di masyarakat digambarkan sebagai bongkahan gunung es di bawah permukaan air laut.
Dok Pribadi
Dok Pribadi
Maka, kasus-kasus HIV/AIDS pada warga Aceh yang tidak terdeteksi akan jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS di masyarakat terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.
Ada lagi pernyataan ini: "Kasus penularan HIV/AIDS di Provinsi Aceh didominasi oleh prilaku sex bebas, terutama mereka yang berhubungan seks sesama jenis seperti kalangan gay," kata Imam Murahman.
Dengan fakta 20 persen kasus HIV/AIDS di Aceh terdeteksi pada ibu rumah tangga, maka pernyataan di atas tidak objektif karena gay tidak mempunyai istri. Lalu, siapa yang menularkan HIV/AIDS kepada ibu-ibu rumah tangga itu?
Yang paling masuk akal ibu-ibu rumah tangga itu tertular HIV/AIDS dari suami. Jika tetap mengabaikan perilaku seksual laki-laki dewasa, dalam hal ini suami, yang berisiko tertular HIV/AIDS itu artinya penyangkalan. Salah satu faktor yang mendorong penyebaran HIV/AIDS adalah penyangkalan. * Sumber - https://www.kompasiana.com/infokespro/5dc0b5bf097f362532489c22/penyangkalan-akan-dorong-penyebaran-hiv-aids-di-aceh