Ilustrasi (Sumber: pngmart.com)
“Kami sedang melakukan pendampingan dan sekarang
mereka akan diperiksa dulu kesehatannya, lalu tes HIV/AIDS yang bekerjasama
dengan pihak Dinas Kesehatan (Dinkes).” Ini pernyataan Kepala Seksi (Kasi) PPA
P2TP2A Bidang Pemberdayaaan dan Perlindungan Anak Dinas PPKBP3A Kota Tasik,
Teti Rositawati, dalam berita “Para PSK Online yang Digerebek Polres Kota Tasik
Dites HIV/AIDS” di radartasikmalaya.com, 31/10-2019.
Ini menunjukkan prostitusi online, dalam berita
disebut ‘PSK Online’ (PSK – pekerja seks komersial), sudah menyebar di
Nusantara. Ini hal yang masuk akal karena sekarang tidak ada lagi lokalisasi
pelacuran dan kepemilikan telepon pintar juga sudah merata sampai ke daerah
sehingga ada perangkat untuk mengakses media sosial (medsos).
Langkah yang dilakukan yaitu tes HIV terhadap empat
cewek PSK online seperti yang disampaikan dalam berita lebih kepada sensasi
karena tidak ada langkah konkret dari hasil tes HIV itu kelak.
Terkait dengan penangkapan empat PSK online di Kota
Tasikmalaya, Jawa Barat, tsb. yang jadi masalah besar adalah:
(1) Laki-laki yang menularkan HIV/AIDS ke PSK
online tsb, bisa jadi mrk suami, bahkan ada yg istrinya lebih dari satu, dan
(2) Laki-laki yang melakukan hubungan seksual tanpa
kondom dengan PSK online yang mengidap HIV/AIDS berisiko tertular HIV/AIDS,
bisa jadi meraka adalah suami, bahkan ada yang istrinya lebih dari satu.
Masalah lain adalah banyak laki-laki ‘hidung belang’
yang menganggap mereka tidak berisiko tertular HIV/AIDS karena PSK online bukan
PSK yang mangkal di lokalisasi pelacuran. Soalnya, selama ini ada informasi
yang ngawur yaitu menyebutkan penularan HIV/AIDS terjadi melalui hubungan
seksual dengan PSK di lokalisasi pelacuran.
Padahal, dalam prakteknya PSK dikenal dua jenis,
yaitu:
(1). PSK langsung adalah PSK yang kasat mata yaitu
PSK yang ada di lokasi atau lokalisasi pelacuran atau di jalanan.
(2). PSK tidak langsung adalah PSK yang tidak kasat
mata yaitu PSK yang menyaru sebagai cewek pemijat, cewek kafe, cewek pub, cewek
disko, anak sekolah, ayam kampus, cewek gratifikasi seks (sebagai imbalan untuk
rekan bisnis atau pemegang kekuasaan), PSK high class, cewek online, PSK
online, dll.
Dalam prakteknya PSK online sebagai PSK tidak
langsung sama saja dengan PSK langsung karena mereka juga melakukan hubungan
seksual tanpa kondom dengan laki-laki yang berganti-ganti. Bisa jadi salah satu
dari laki-laki tsb. mengidap HIV/AIDS sehinga PSK online berisiko tertular HIV/AIDS.
Berita tsb. sama sekali tidak memberikan informasi
yang akurat tentang risiko tertular HIV/AIDS melalui hubungan seksual dengan
PSK online. Padahal, yang diharapkan dari penangkapan empat PSK online di Kota
Tasikmalaya itu adalah memberikan informasi kepada masyarakat bahwa empat PSK
online itu sama saja dengan PSK langsung.
Itu artinya laki-laki yang pernah melakukan hubungan
seksual tanpa kondom dengan salah dari dari empat PSK online tsb. berisiko
tertular HIV/AIDS. Jika hasil tes HIV terhadap empat PSK online tsb. hasilnya
positif, maka laki-laki yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual
dengan PSK online yang ditangkap itu berisiko tinggi tertular HIV/AIDS jika
hubungan seksual dilakukan tanpa memakai kondom.
Salah satu indikator penyebaran HIV/AIDS di kalangan
laki-laki adalah penemuan kasus HIV/AIDS pada ibu-ibu rumah tangga. Program
yang menganjurkan ibu-ibu hamil tes HIV merupakan upaya untuk memutus mata
rantai penularan HIV dari ibu-ke-anak yang dikandungnya.
Dari 500 kasus kumulatif HIV/AIDS di Kota Tasikmalaya sampai Januari 2019 ternyata 38 persen terdeteksi pada ibu rumah tangga. Ini angka yang tidak kecil (liputan6.com, 16/1-2019).
Dari 500 kasus kumulatif HIV/AIDS di Kota Tasikmalaya sampai Januari 2019 ternyata 38 persen terdeteksi pada ibu rumah tangga. Ini angka yang tidak kecil (liputan6.com, 16/1-2019).
Tapi, yang perlu dilakukan adalah suami dari ibu
hamil yang terdeteksi HIV juga harus menjalani tes HIV. Dengan tes HIV
suami-suami itu akan dikonseling agar tidak menyebarkan HIV ke perempuan lain.
Celakanya, tidak semua suami mau menjalani tes HIV ketika istrinya terdeteksi
mengidap HIV/AIDS.
Maka, yang terjadi adalah penyebaran HIV/AIDS di
masyarakat, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar
nikah, yang dilakukan oleh suami-suami ibu hamil yang terdeteksi mengidap
HIV/AIDS. Penyebaran ini kelak akan bermuara pada ‘ledakan AIDS’ di Kota Tasikmalaya.
* [Sumber: