Syaiful W Harahap pemerhati berita HIV/AIDS,
dailysatu.com, Senin, 24 Juni 2019 - Anggapan Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) harus dihindari karena gampang menularka penyakitnya masih momok menakutkan di tengah masyarakat.
Itu dialami Onil ( 25) salah satu ODHA yang diberi kesempatan
bercerita tentang bagaimana ia berjuang dalam penerimaan
dirinya sebagai ODHA, ia pernah sempat mengalami diskriminasi
oleh keluarganya.
Sejak, dinyatakan mengidap HIV positif pada 14 September
2015 dirinya mengaku diasingkan oleh keluarganya.
"Diasingkan dalam satu atap, begitu ia mengumpamakan
diskriminasi yang terjadi padanya, di asingkan piring,gelas , rice cooker dan toilet untuknya sendiri oleh keluarganya. Namun
situasi itu berubah saat keluarganya sudah faham tentang apa
itu HIV/AIDS dan penularannya, akhirnya dia diterima dengan
baik dan oleh keluarganya. Dukungan keluarga adalah semangat
untuk dia untuk tetap
hidup sehat walaupun ia adalah seorang ODHA," kata CL kepada
wartawan saat hadir di Pelatihan Media dan CSO dengan tema "Pemberitaan Media yang Positif bagi ODHA" yang dilaksanakan
Indonesia AIDS Coalition (IAC) di Ibis Hotel Medan, Jumat 21
Juni 2019 lalu.
Yudha, dari Jaringan Indonesia Positif (JIP) menyebutkan bahwa
stigma diskriminatif bagi ODHA sampai sekarang sulit hilang.
"Bahkan, karena ketidakfahaman masyarakat tentang
HIV/AIDSbanyak yang beranggapan bahwa HIV/AIDS bisa
tertular melalui keringat ataupun dengan bersentuhan," katanya.
Padahal,dalam pelatihan yang berlangsung selama tiga hari
tersebut, Syaiful W Harahap pemerhati berita HIV/AIDS,
menjelaskan perilaku yang berisiko menularkan HIV/AIDS.
"Pertama dari cairan darah, seperti transfusi darah. Kedua air
mani, Ketiga cairan vagina dan keempat adalah Air Susu Ibu
(ASI). Keempat hal tersebut berisiko menularkan HIV/AIDS,"
sebut Syaiful.
Oleh karenanya penting untuk masyarakat memahami perilaku
mana yang dapat menyebarkan HIV/AIDS. Penyebaran HIV AIDS
melalui cairan darah memiliki rasio yang lebih tinggi yakni
99:100. Penyebaran melalui hubungan badan suami istri
memiliki rasio yang lebih kecil yakni 1:1000.
"Meski rasio penyebaran dari hubungan seks lebih rendah,
jangan pula kita kebebasan bertukar pasangan kesana kesini. Tetap gunakan alat pengaman (kondom)," ujar Syaiful.
Syaiful mengatakan, ada dua opsi yang dapat dilakukan
pemerintah guna mencegah penularan virus tersebut yakni
melakukan cek kepada setiap masyarakat yang berobat ke
rumah sakit dan memberikan konseling terhadap ibu hamil.
"ARV adalah kombinasi dari beberapa obat antiretroval yang
digunakan untuk menghambat pertumbuhan HIV menyebar ke
dalam tubuh. Namun ada harga yang dikeluarkan untuk
memperolehnya," ujar Syaiful.
Saat ini harga ARV untuk lini pertama berada di kisaran Rp 300-
Rp 350 ribu per bulan. Lini kedua dalam kisaran Rp 1 juta -Rp 2,4
Juta per bulan. Sementara, jika pengidap HIV/AIDS yang parah
bisa mengonsumsi Lini Ketiga, senilai Rp 37 Juta per tahun.
(ds/romisyah) - Sumber: https://www.dailysatu.com/2019/06/hivaids-bukan-tertular-dari-keringat.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.