Ilustrasi (Sumber: dok/ist)
Jumlah kasus HIV/AIDS yang terdeteksi di seluruh Indonesia baru separuh dari jumlah kasus berdasarkan estimasi tahun 2016
Oleh: Syaiful W. Harahap
Jakarta - Situasi penyebaran HIV/AIDS di Indonesia seperti
dilaporkan oleh Ditjen P2P, Kemenkes RI, tanggal 27 Agustus 2019, menunjukkan
jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS yang mendekati angka setengah juta atau 500.000
yaitu 466.859 yang terdiri atas 349.882 HIV dan 116.977 AIDS.
Sedangkan estimasi kasus HIV/AIDS di Indonesia pada
tahun 2016 sebanyak 640.443. Dengan demikian yang baru terdeteksi sebesar 60,70
persen.
[Baca juga: AIDS Mengintai di Ibu
Kota Baru]
Itu artinya ada 290.561 warga yang mengidap HIV/AIDS tapi tidak
terdeteksi. Dari aspek epidemiologi HIV/AIDS mereka ini jadi mata rantai
penyebaran HIV/AIDS di masyarakat, al. melalui hubungan seksual tanpa kondom di
dalam dan di luar nikah.
Sejak HIV/AIDS ditemukan pertama kali di Bali tahun 1987
sampai dengan Juni 2019 HIV/AIDS sudah dilaporkan oleh 463 (90,07%) kabupaten
dan kota dari seluruh provinsi di Indonesia.
[Baca juga: AIDS “Mencengkeram” Bali]
Setiap tahun terjadi kenaikan jumlah kasus HIV yang dilaporkan
sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2019. Ada lima provinsi dengan jumlah
kasus HIV tertinggi yang menempati peringkat satu sampai lima adalah: DKI
Jakarta (62.108), Jawa Timur (51.990), Jawa Barat (36.853), Papua (34.473), dan
Jawa Tengah (30.257). Sedangkan lima provinsi pada peringkat enam sampai
sepuluha yaitu Bali (20.356), Sumatera Utara (17.957), Sulawesi Selatan
(9.442), Kepulauan Riau (9.386), dan Banten (8.967).
Sedangkan jumlah kasus AIDS yang dilaporkan dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2019 relatif stabil setiap tahun. Jumlah kumulatif AIDS dari tahun 1987 sampai dengan Juni 2019 sebanyak 117.064.
Persebaran kasus AIDS tertinggi ada pada kelompok umur 20-29 tahun (32,1%),
kelompok umur 30-39 tahun (31%), 40-49 tahun (13,6%), 50-59 tahun (5,1%), dan
15-19 tahun (3,2%). Berdasarkan jenis kelamin, persentase AIDS pada laki-laki
sebanyak 58% dan perempuan 33%. Sementara itu 9% tidak melaporkan jenis
kelamin.
Jumlah kasus AIDS berdasarkan pekerjaan atau status adalah:
tenaga non profesional (karyawan) (17.887), ibu rumah tangga (16.854),
wiraswasta/usaha sendiri (15.236), petani/peternak/nelayan (5.789),
dan buruh kasar (5.417).
Ada lima provinsi dengan jumlah AIDS terbanyak pada peringkat
satu sampai lima secara nasional, yaitu: Papua (22.554),
Jawa Timur (20.412), Jawa Tengah (10.858), DKI Jakarta (10.242), dan Bali
(8.147). Pada peringkat keenam sampai sepuluh adalah: Jawa Barat (6.882),
Sumatara Utara (4.065), Sulawesi Selatan (3.416), Banten (3.063), dan
Kalimantan Barat (2.736).
Faktor risiko penularan terbanyak melalui hubungan seksual berisiko
heteroseksual (70,2%), penggunaan alat suntik tidak steril (8,2%), homoseksual
(7%), dan penularan melalui perinatal (2,9%).
[Baca juga: AIDS Justru Musuh
Terbesar di Tanah Papua]
Bertolak dari laporan ini persoalan besar adalah penemuan kasus
HIV/AIDS yang baru mencampai 60,70 persen dari estimasi kasus HIV/AIDS. Ini
jadi persoalan besar karena warga yang mengidap HIV/AIDS tapi tidak terdeteksi
jadi mata rantai
penyebaran HIV/AIDS di masyarakat, terutama melalui hubungan seksual tanpa
kondom di dalam dan di luar nikah.
Kondisinya kian parah karena tidak semua warga yang terdiagnosis
mengidap HIV mendapat terapi obat ARV
(antiretroviral). Dari 70% yang sudah pernah mendapat pengobatan ARV, hanya 33%
yang rutin menerima pengobatan ARV, selebihnya putus obat ARV sebesar 23%. [] - Sumber: https://www.tagar.id/penyebaran-hivaids-tertinggi-di-10-provinsi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.