Ilustrasi (Sumber: apa.org)
Oleh: Syaiful W. HARAHAP
Laporan Ditjen P2P,
Kemenkes RI, tanggal 24 Mei 2017 tentang jumlah kasus AIDS yang dilaporkan
menurut faktor risiko tahun 2010-2017 menunjukkan jumlah kasus AIDS dengan
faktor risiko IDU (injecting drug users atau penyalahguna narkoba
dengan jarum suntik) sebesar 10,4 persen dari jumlah kasus AIDS nasional.
Bandingkan penularan HIV dengan faktor riisko heteroseksual yang mencapai 67,8
persen.
Celakanya, Ganjar
Pranowo, cagub Jateng yang juga petahana, mengatakan “ .... dalam pencegahan
HIV Aids di Indonesia, ia sudah melakukan kerja sama dengan BNN untuk
memberikan fasilitas cukup.” Ini dikatakan Ganjar dalam debat kandidat pada
Pilkada 2018 tanggal 3 Mei 2018 (news.idntimes.com,
3/5-2018).
Ketika
pasangan cagub/cawagub Ganjar-Taj Yasin ditanya strategi mengatasi penyakit menular,
dalam hal ini HIV/AIDS, Ganjar menyebutkan tiga hal yaitu:
(1)
BNN harus diberikan fasilitas yang
cukup. Jika bertolak dari fakta berupa laporan kasus AIDS yang dikeluarkan
Ditjen P2P, maka jawaban Ganjar ini tidak relevan dengan fakta karena kasus
AIDS terbanyak terjadi melalui hubungan seksual heteroseksual bukan melalui
jarum suntik penyalahguna narkoba (narkotika dan bahan-bahan berbahaya).
(2)
Media sosial menjadi sumber informasi
untuk pencegahan. Ini juga tidak pas karena informasi HIV/AIDS di media
mainstream saja banyak yang tidak akurat, apalagi di media sosial. Lagi pula
informasi HIV/AIDS banyak yang dibalut dengan norma, moral dan agama sehingga
mengaburkan fakta medis HIV/AIDS. Akibatnya, masyarakat hanya menangkap mitos
(anggapan yang salah) tentang HIV/AIDS.
Misalnya,
mengait-ngaitkan zina, pelacuran, LGBT dengan penularan HIV. Ini menyesatkan
karena penularan HIV melalui hubungan seksual bukan karena sifat hubungan
seksual (di lar nikah, zina, pelacuran, seks oral, seks anal, LGBT, dll.), tapi
karena kondisi saat terjadi hubungan seksual (salah satu atau dua-duanya
mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom).
(3)
Keluarga memiliki peran penting.
Risiko tertular HIV al. terkait dengan perilaku seksual orang per orang. Lagi
pula dalam keluarga pun bisa terjadi penularan HIV yaitu antara suami dan istri
(Baca juga: Guru Agama Ini Kebingungan Anak Keduanya Lahir dengan AIDS).
Laporan
Ditjen P2P menyebutkan kasus kumulatif HIV/AIDS di Jawa Tengah tahu 1987 sampai
31 Maret 2017 adalah 24.569 yang terdiri atas 18.038 HIV dan 6.531 AIDS. Jumlah
kumulatif ini menempatkan Jawa Tengah pada peringkat 5 secara nasional.
Dengan tiga
langkah di atas adalah mustahil penyebaran HIV/AIDS di Jawa Tengah bisa diatasi
karena tiga langkah itu sama sekali tidak menyentuh akar persoalan. Insiden
infeksi HIV baru, terutama pada laki-laki dewasa, terjadi melalui hubungan
seksual, di dalam dan di luar nikah, dengan perempuan yang berganti-ganti atau
dengan perempuan yang sering ganti-ganti pasangan, seperti pekerja seks
komersial (PSK).
PSK sendiri
dikenal ada dua tipe, yaitu:
(a)
PSK langsung adalah PSK yang kasat mata yaitu PSK yang ada di lokasi atau
lokalisasi pelacuran atau di jalanan.
(b)
PSK tidak langsung adalah PSK yang tidak kasat mata yaitu PSK yang menyaru
sebagai cewek pemijat, cewek kafe, cewek pub, cewek disko, anak sekolah, ayam
kampus, cewek gratifikasi seks (sebagai imbalan untuk rekan bisnis atau
pemegang kekuasaan), PSK high class, cewek online, dll.
Terkait
dengan PSK langsung (a) banyak tempat pelacuran yang sudah ditutup sehingga
transaksi seks terjadi di sembarang tempat dan sembarang waktu sehingga tidak
bisa dilakukan intervensi untuk memaksa laki-laki pakai kondom setiap kali
melakukan hubungan seksual dengan PSK. Sedangkan terhadap PSK tidak langsung
(b) justru lebih sulit karena mereka tidak kasat mata.
Itu artinya insiden infeksi HIV baru pada laki-laki
dewasa akan terus terjadi yang kemudian akan menularkan HIV ke istri atau
pasangan seksualnya. Selanjutnya jika istri tertular HIV, maka ada pula risiko
penularan HIV ke bayi yang dikandung istrinya kelak.
Karena tidak ada langkah yang konkret untuk
menanggulangi HIV/AIDS, maka kelak akan bermuara pada ‘ledakan AIDS’. *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.