Ilustrasi (Sumber: indianexpress.com)
Oleh: Syaiful W HARAHAP
*4,9 juta laki-laki
beristri di Indonesia jadi pelanggan tetap PSK
Entah apa yang mendorong banyak pihak, terutama
Dinas-dinas Kesehatan (Dinkes) dan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA), aktivis
dan LSM di banyak daerah yang terkait langsung dengan HIV/AIDS belakangan ini
selalu mengatakan bahwa kasus HIV/AIDS terbanyak pada LSL (Lelaki Suka Seks
Lelaki).
Bahkan,
mereka sampai pada kesimpulan bahwa pola penyebaran HIV sekarang sudah bergeser
ke LSL. Yang anek bin ajaib dan sama sekali tidak masuk akal sehar adalah mengapa
kasus-kasus HIV/AIDS yang terdeteksi pada LSL justru bikin heboh?
Judul-judul
berita pun sensasional dan bombastis yang hanya mengumbar opini dengan data
yang centang-perenang dan penafsiran yang kacau-balau (Baca juga: AIDS di KotaBogor, yang Berkeliaran Sebarkan AIDS bukan Gay, tapi Laki-laki Heteroseksual
dan Menyoal TrenPenularan HIV/AIDS di Kabupaten Bogor).
Soalnya,
kalau benar penyebaran HIV/AIDS sekarang beralih ke LSL, maka tidak ada yang
perlu dirisaukan lagi karena HIV/AIDS pada LSL ada di terminal terakhi karena
mereka tidak punya istri. HIVAIDS 'berkecamuk' di komunitas LSL yang tidak
bersentuhan langsung dengan populasi umum. Hanya sebagian kecil dari LSL itu
yaitu kalangan biseksual yang jadi mata rantai penyebaran HIV sebagai jembatan
dari komunitas LSL ke masyarakat, dalam hal ini pasangan seks biseksual seperti
istri, pacar atau selingkuhan.
HIV/AIDS
pada LSL, khususnya gay, ada di terminal terkahir epidemi HIV karena gay tidak
punya perempuan sebagai istri sehingga kalau pun ada penularan hanya terjadi di
komunitas gay.
Sedangkan
HIV/AIDS pada waria terjadi karena ada laki-laki heteroseksual yang menularkan
HIV, selanjutnya ada pula laki-laki heteroseksual pelanggan waria yang tertular
HIV melalui seks anal yang tidak memakai kondom.
Kerja
keras kalangan-kalangan tadi membuat hati lega karena bayi-bayi yang akan lahir
terbebas dari risiko dengan HIV/AIDS. Ini terjadi karena pola penyebaran HIV
tidak lagi pada kalangan heteroseksual melalui laki-laki ke istri yang akan
berakhir pada anak yang dikandung istri.
Dan,
pernyataan itu pun menambah kisruh epidemi HIV karena yang jadi perhatian hanya
kalangan LSL. Yang lebih tidak masuk akal banyak pula yang menyebut penyebaran
HIV bergeser LGBT (lesbian, gay, biseksual dan transgender). Sampai detik ini
belum ada kasus HIV/AIDS yang dilaporkan dengan faktor risiko lesbian. Pada
lesbian (perempuan yang secara seksual tertarik kepada perempuan) tidak terjadi
seks penetrasi sehingga risiko tidak ada penularan melalui aktivitas seks.
Benar-benar
membingungkan mengapa kalangan-kalangan tadi terus-menerus menyerang LSL,
bahkan mereka menyebut LGBT, sebagai tempat pergeseran penyebaran HIV. Ini yang
tidak masuk akal kalau penanggulangan HIV/AIDS berpijak pada HIV/AIDS sebagai
fakta medis.
Soalnya,
survei Kemenkes RI sampai akhir tahun 2012 ada 6,7 juta laki-laki di Indonesia
yang menjadi pelanggan 230.000 pekerja seks komersial (PSK), Dari 6,7 juta
laki-laki itu 4,9 juta di antaranya beristri (antarabali.com, 9/4-2013),
Agaknya,
penggiat terkait dengan HIV/AIDS tadi melupakan data ini. Atau mereka
menganggap tidak ada lagi praktek pelacuran karena semua lokalisasi pelacuran
sudah dibumihanguskan.
Perosalannya
adalah: Apakah benar tidak ada lagi laki-laki beristri yang melakukan perilaku
berisiko, al. melakukan hubungan seksual tanpa memaka kondom, di dalam dan di
luar nikah, dengan perempuan yang berganti-ganti atau dengan perempuan yang
sering berganti-ganti pasangan, seperti pekerja seks komersial (PSK)?
Jawaban
dari pertanyaan ini akan muncul ketika tes HIV diberlakukan terhadap
perempuan-perempuan hamil dan suaminya.
Kalau
kasus-kasus baru HIV terus terdeteksi pada ibu hamil dan bayi yang dilahirkan
ibu yang tidak menjalani tes HIV, maka pernyataan kalangan-kalangan yang
mengklaim bahwa penyebaran HIV sudah bergeser ke LSL adalah khayalan semata
yang didorong oleh pemikiran homofobia. * [kompasiana.com/infokespro] *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.