Ilustrasi
(Sumber: theconversation.co)
Oleh: Syaiful W HARAHAP - AIDS Watch Indonesia
Tanya Jawab AIDS No3./Marei 2018
Pengantar. Tanya-Jawab ini adalah
jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang dikirim melalui surat, telepon,
SMS, dan e-mail. Jawaban disebarluaskan tanpa menyebut identitas yang bertanya
dimaksudkan agar semua pembaca bisa berbagi informasi yang akurat tentang
HIV/AIDS. Tanya-Jawab AIDS ini dimuat di: kompasiana.com/infokespro dan “AIDS Watch
Indonesia” (http://www.aidsindonesia.com).
Yang ingin bertanya, silakan kirim pertanyaan ke Syaiful W. Harahap, melalui:
(1) Telepon
(021) 8566755, (2) e-mail: aidsindonesia@gmail.com,
(3) SMS 08129092017, dan (4) WhatsApp: 0811974977. Redaksi.
*****
Tanya: Saya baru pertama melakukan hubungan seksual dengan
pekerja seks komersial (PSK) dengan kondisi saya tidak memakai kondom. Setelah
2 hari melakukan hubungan seksual itu badan saya mejadi lemas dan cepat
mengantuk, (1) Apakah itu gejala HIV? (2) Dimana kita bisa memdapatkan obat
profilaksis? (3). Kalau baru 8 hari dari perilaku berisiko apakah penularan HIV
bisa dicegah? (4) Gejala paling awal bisanya butuh berapa bulan pasca seks
berisiko? (5) Katanya beresiko HIV 1:100, jadi masih mungkin nggak tertular
kan? (6). Apakah kemungkinan tertular pada saya besar?
Via WA (15/10-2017)
Jawab: (1) Tidak ada tanda-tanda,
gejala-gejala atau ciri-ciri yang khas pada fisik dan keluhan kesehatan yang
khas terkait HIV/AIDS pada seseorang yang tertular HIV. Silakan ke dokter
karena banyak penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual, di dalam dan
di luar nikah, dengan kondisi laki-laki tidak pakai kondom. Misalnya, kencing
nanah/GO, raja singa/sifilis, virus hepatitis B, klamdia, virus kanker serviks,
dll.
(2)
Profilaksis hanya untuk pencegahan darurat yang dipakai oleh tenaga medis jika
tertusuk jarum suntik yang dipakai pasien dan terpapar darah pasien.
(3)
Begitu HIV masuk dalam tubuh virus ini akan langsung menggandakan diri di sel
darah putih dengan jumlah miliaran copy setiap hari. Maka, begitu tertular HIV
tidak ada lagi cara-cara medis yang bisa mematikan atau mengeluarkan virus dari
darah.
(4)
Lihat jawaban nomor 1. Kalau pun kelak ada gejala itu terjadi di masa AIDS,
secara statistik antara 5-15 tahun setelah tertular HIV. Gejala juga tidak khas
AIDS hanya karena ybs. diketahui mengidap HIV/AIDS maka penyakit tersebut
dikaitkan dengan HIV/AIDS yang disebut infeksi oportunistik.
(5)
Bukan ‘katanya’, tapi teori yang dipublikasina oleh WHO (Badan Kesehatan
Sedunia PBB). Yang perlu diingat adalah tidak bisa diketahui pada hubungan
seksual yang keberapa terjadi penularan. Bisa yan pertama, kedua, kelima,
ketiga puluh, kesembilan puluh sembilan atau yang keseratus. Artinya, setiap
hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah dengan pengidap
HIV/AIDS selalu ada risiko penularan pada setiap hubungan seksual.
Kalau
status HIV pasangan tidak diketahui, maka setiap hubungan seksual tanpa kondom
di dalam dan di luar nikah dengan pasangan yang berganti-ganti atau dengan seseorang
yang sering berganti-ganti pasangan, seperti PSK, selalu ada risiko penularan
HIV.
(6)
Risiko tertular HIV melalui perilaku berisiko bukan besar kecil, tapi selalu
ada risiko jika hubungan seksual, di dalam dan di luar nikah, dilakukan tanpa
kondom pasangan yang berganti-ganti atau dengan seseorang yang sering
berganti-ganti pasangan, seperti PSK, selalu ada risiko penularan HIV. * [kompasiana.com/infokespro] *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.