Oleh: Syaiful W HARAHAP
Upaya pencegahan bahaya HIV/AIDS terus
dilakukan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok. Salah upaya itu adalah dengan
melakukan kegiatan deteksi HIV/AIDS melalui layanan mobile Voluntary
Counseling and Testing (VCT) secara intensif. Ini lead pada berita “Kota Depok Gencar Lakukan Deteksi Dini
HIV/AIDS” (republika.co.id,
6/9-2017). Catatan Dinkes Kota Depok menunjukkan ada 600 kasus HIV/AIDS yang
terdeteksi (rakyat-jabar.com,
2/12-2016).
Ada
beberapa hal yang tidak pas dalam berita ini.
Pertama, dalam kaitan
epidemi HIV/AIDS bukan pencegahan bahaya HIV/AIDS tapi pencegahan penyebaran
atau penularan HIV (baru) dari orang ke orang di Kota Depok. Risiko penularan
HIV ke warga Kota Depok al. terjadi melalui perilaku berisiko dalam hubungan
seksual, yaitu:
Perilaku Berisiko
(1)
Laki-laki yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual, di Kota Depok
atau di luar Kota Depok atau di luar negeri, tanpa memakai kondom di dalam
ikatan pernikahan yang sah dengan perempuan yang berganti-ganti karena bisa
saja salah satu di antara perempuan tsb. juga punya pasangan seks yang lain
dengan perilaku seksual yang berisiko.
(2)
Perempuan yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual, di Kota Depok
atau di luar Kota Depok atau di luar negeri, di dalam ikatan pernikahan yang
sah dengan laki-laki yang berganti-ganti dengan kondisi laki-laki tidak memakai
kondom, karena bisa saja salah satu di antara laki-laki tsb. juga punya
pasangan seks yang lain dengan perilaku seksual yang berisiko.
(3)
Laki-laki yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual, di Kota Depok
atau di luar Kota Depok atau di luar negeri, di luar ikatan pernikahan yang sah
dengan perempuan yang berganti-ganti dengan kondisi laki-laki tidak memakai
kondom, karena bisa saja salah satu di antara prempuan tsb. juga punya pasangan
seks yang lain dengan perilaku seksual yang berisiko.
(4)
Perempuan yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual, di Kota Depok
atau di luar Kota Depok atau di luar negeri, di luar ikatan pernikahan yang sah
dengan laki-laki yang berganti-ganti dengan kondisi laki-laki tidak memakai
kondom, karena bisa saja salah satu di antara laki-laki tsb. juga punya
pasangan seks yang lain dengan perilaku seksual yang berisiko.
(5)
Laki-laki yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual, di Kota Depok
atau di luar Kota Depok atau di luar negeri, dengan perempuan yang sering
berganti-ganti pasangan, dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom, seperti
pekerja seks komersial (PSK) dan waria. PSK dikenal ada dua tipe, yaitu:
(a)
PSK langsung adalah PSK yang kasat mata yaitu PSK yang ada di lokasi atau
lokalisasi pelacuran atau di jalanan.
(b)
PSK tidak langsung adalah PSK yang tidak kasat mata yaitu PSK yang menyaru
sebagai cewek pemijat plus-plus, ‘artis’, ‘spg’, cewek kafe, cewek pub, cewek
disko, anak sekolah, ayam kampus, ibu-ibu rumah tangga, cewek gratifikasi seks
(sebagai imbalan untuk rekan bisnis atau pemegang kekuasaan), dll.
Bom Waktu
Yang
jadi masalah besar adalah semua perilaku di atas bersifat pribadi sehingga
tidak bisa dilakukan intervensi (Lihat Gambar 2). Hanya pada perilaku nomor 5 b
yang bisa dilakukan intervensi dengan catatan transaksi seks yang melibatkan
PSK langsung dilokalisir yaitu dengan memaksa laki-laki memakai kondoms setiap
kali ngeseks dengan PSK.
Tentu
saja hal itu (melokalisir pelacuran) sangat mustahil karena sejak reformasi ada
gerakan massal di semua daerah yang menutup tempat-tempat rehabilitasi dan
resosialiasi (Resos) PSK. Maka, praktek transaksi seks yang melibatkan PSK
langsung dan tidak langsung pun berjalan di bawah tanah sehingga tidak
terdeteksi. Bahkan, komunikasi melalui jaringan telepon dan Interenet yang
memanfaatkan media sosial dan telepon pintar.
Kedua, disebutkan pencegahan dengan kegiatan deteksi HIV/AIDS. Lagi-lagi ini tidak pas karena deteksi HIV, melalui tes HIV, dilakukan kepada warga yang ada di antara mereka yang sudah tertular HIV. Artinya, deteksi dini itu adalah kegiatan di hilir (Lihat Gambar 1).
Yang
diperlukan adalah pencegahan di hulu agar insiden infeksi HIV baru, khususnya
pada laki-laki dewasa melalui hubungan seksual dengan PSK langsung, bisa
diturunkan. Sekali lagi hanya bisa diturunkan atau dikurangi karena adalah hal
yang mustahil menghentikan insiden penularan HIV karena bisa saja perilaku
berisiko dilakuka warga Kota Depok di luar Kota Depok bahkan di luar negeri.
Bahwa
deteksi dini merupakan langkah di hilir artinya warga Kota Depok yang sudah
tertular HIV bisa disimak dari pernyataan Kepala Bidang Penanganan dan
Pengendalian Penyakit (P2P), Dinkes Kota Depok, Rani ini: "Diharapkan
dengan adanya mobile VCT, penderita HIV/AIDS dapat tertangani sedini
mungkin,"
Dikatakan
pula oleh Rani bahwa "Sebelum pemeriksaan, kami beri penyuluhan terlebih
dahulu, kemudian warga yang hadir dapat mengikuti pemeriksaan HIV/AIDS.”
Yang
jadi pertanyaan adalah: Apakah semua yang hadir menjalani tes HIV?
Soalnya,
tidak semua orang berperilaku yang berisiko tertular HIV, kecuali ibu-ibu rumah
tangga yang hamil perlu tes HIV karena bisa saja ada suami mereka yang
melakukan perilaku berisiko tertular HIV.
Maka,
salah satu langkah penanggulangan yang efektif adalah Pemkot Depok dan DPRD
Kota Depok membuat peraturan daerah (Perda) yang mewajibkan suami seorang ibu
rumah tangga yang hamil untuk menjalani konseling HIV yang dilanjutkan dengan
tes HIV jika terbukti perilaku suami berisiko tertular HIV. Jika suami
terdeteksi HIV-positif barulah istrinya yang hamil menjalani tes HIV. Kalau
hasilnya positif, maka dokter akan menangani si ibu hamil agar risiko penularan
secara vertikal ke bayi yang dikandungnya bisa ditekan sampai nol persen.
Selama
Pemkot Kota Depok tidak menjalankan pencegahan di hilir, al. melalui hubungan
seksual antara warga laki-laki dewasa dengan PSK, maka selama itu pula insiden
infeksi HIV baru akan terjadi. Pada gilirannya laki-laki dewasa yang tertular
HIV akan jadi mata rantai penyebatan HIV di Kota Depok terutama melalui
hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.
Penyebaran
HIV bagaikan ‘bom waktu’ yang kelak menyebabkan ‘ledakan AIDS.” * [kompasiana.com/infokespro] *