Ilustrasi (Sumber: www.chinadaily.com.cn)
Tanya Jawab AIDS No 1/Mei 2017
Oleh: Syaiful W. HARAHAP
Pengantar. Tanya-Jawab ini adalah jawaban terhadap
pertanyaan-pertanyaan yang dikirim melalui surat, telepon, SMS, dan e-mail.
Jawaban disebarluaskan tanpa menyebut identitas yang bertanya dimaksudkan agar
semua pembaca bisa berbagi informasi yang akurat tentang HIV/AIDS. Tanya-Jawab
AIDS ini dimuat di: kompasiana.com/infokespro dan “AIDS Watch Indonesia” (http://www.aidsindonesia.com) dan. Yang ingin bertanya, silakan kirim pertanyaan ke Syaiful W. Harahap, melalui: (1) Telepon (021) 8566755, (2) e-mail:
aidsindonesia@gmail.com, (3) SMS 08129092017, dan (4)
WhatsApp: 0811974977. Pengasuh.
*****
Tanya: Tanggal 29 Januari 2017 saya khilaf melakukan hubungan seksual dengan pekerja seks komersial
(PSK) tanpa pengaman. Karena baru pertama kali melakukan sex intercourse hubungan seksual
berlangsung singkat. Penis saya pun tidak masuk begitu dalam ke vagina. Itu yang pertama kali dan saya berjanji itu
yang terakhir. 1. Apakah saya berisiko tertular HIV? 2. Kalau ya, berapa besar kemungkinannya? 3. Apa yang harus saya
lakukan selanjutnya, setelah bertobat. Perlukah saya tes HIV?
Via SMS,30/1-2017
Jawab: Yang perlu diingat
kalau virus (HIV) sudah masuk ke dalam tubuh, maka HIV akan terus menggandakan
diri (replikasi) dengan jumlah miliaran copy yang berlansung seumur hidup. HIV
menggandakan diri di sel darah putih sehingga ketika terjadi proses penggandaan
sel darah putih rusak. Virus-virus hasil replikasi pun menggandakan diri di sel-sel
darah putih sehingga setiap hari banyak sel darah putih yang rusak. Pada suatu
kondisi sistem pertahanan tubuh lemah karena banyak sel darah putih yang rusak.
Kondisi ini disebut AIDS. Pada tahap ini mulai dari infeksi oportunistik,
seperti jamur di mulut, diare, dll.
Maka, jika dikaitkan
dengan infeksi HIV tidak ada lagi gunanya penyesalan dan pertobatan. Yang diperlukan
adalah layanan medis agar bisa dipantau kondisi kekebalan tubuh. Pada tahap
tertentu, dikenal dengan kondisi CD4 di bawah 350, dianjurkan minum obata
antiretroriviral (ARV) dan obat lain jika ada penyakit lain.
(1) Melakukan hubungan
seksual tanpa pengaman (kondom-pen.) dengan seorang PSK berisiko karena tidak
diketahui status HIV PSK tsb. Kalau PSK itu tidak mengidap HIV/AIDS Saudara
selamat pada hubungan seksual yang Saudara sebut pertama kali itu. Persoalannya
status HIV seseorang tidak bisa diketahui dari fisik karena tidak ada ciri-ciri
atau tanda-tanda yang khas AIDS pada tubuh orang-orang yang mengidap HIV/AIDS.
Kalau ada PSK yang
sesumbar dengan mengatakan tiap bulan periksa kesehatan secara rutin bukan
jaminan bebas HIV/AIDS karena banyak faktor. Pertama, pada rentang waktu
setelah periksa kesehatan dan akan periksa kesehatan, sebut saja satu bulan,
bisa saja PSK itu tertular HIV karena melakukan hubungan seksual dengan
laki-laki yang berganti-ganti. Kedua, jika pada pemeriksaan kesehatan ada tes
HIV bisa saja hasilnya negatif palsu karena tes HIV dengan ELISA bisa akurat
jika tertular HIV lebih dari tiga bulan.
(2) Probabilitas tertular
HIV melalui hubungan seksual tanpa kondom, di dalam dan di luar nikah, dengan
yang mengidap HIV/AIDS adalah 1:100. Artinya, dalam 100 kali hubungan seksual
ada 1 kali terjadi penularan. Masalahnya adalah tidak bisa diketahui pada
hubungan seksual yang ke berapa terjadi penularan HIV. Bisa yang pertama,
kedua, kesembilan, kedua puluh, ketujuh puluh, bahkan yang keseratus. Soal
singkat atau lama hubungan seksual tetap saja risiko sama karena terjadi
gesekan penis dengan vagina dan cairan vagina.
Di Yayasan Pelita Ilmu
(YPI) Jakarta, sebuah lembaga yang menangani HIV/AIDS, seorang mahasiswa
terdeteksi mengidap HIV/AIDS. Pengakuan mahasiswa itu dia baru 10 kali
melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan PSK di Kalijodo [ini sudah
dibongkar oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)].
(3) Daripada Saudara
uring-uringan silakan konsultasi ke konselor di Klinik VCT di rumah sakit umum
di daerah Saudara. Kalau ada kesulitan, silakan kontak kami. * [kompasiana.com/infokespro] *