Ilustrasi (Sumber: www.personalhealthnews.ca)
Oleh: Syaiful W HARAHAP
Dalam KBBI disebutkan dominasi adalah penguasaan
oleh pihak yang lebih kuat terhadap yang lebih lemah (dalam bidang politik,
militer, ekonomi, perdagangan, olahraga, dan sebagainya). Kalau ini dikaitkan
dengan judul berita “Jabar Masuk 5 Besar Pengidap HIV, Perilaku Gay Mendominasi”
(detiknews, 20/12-2017) pemakain kata
dominasi jelas salah kaprah.
Laporan
Ditjen P2P, Kemenkes RI, 24 Mei 2017, jumlah kasus kumulatif HIV/AIDS di Jawa
Barat dari tahun 1987 sd. 31 Maret 2017 adalah 29.939
yang terdiri atas 24.650 HIV dan 5.289 AIDS.
Pertama, gay adalah
salah satu bentuk orientasi seksual yang menunjukkan laki-laki yang tertarik
kepada laki-laki (sejenis) sehingga adalah hal yang mustahil gay menularkan HIV
ke ibu-ibu rumah tangga dan bayi.
Kedua, judul berita tsb. merupakan
penafsiran telanjang dari keterangan staf Dinkes
Jabar, Rosi Nurcahyani, pada acara “Pertemuan
Peningkatan Kapasitas Jurnalis dalam P2HIV”, Bandung, 20/12-2017, yang
mengatakan: .... kasus HIV cenderung diakibatkan oleh perilaku LSL. Perilaku
seksual LSL (Lelaki Suka Seks Lelaki) adalah seks anal dan ini tidak mutlak
hanya dilakukan oleh LSL dan gay karena pelaku sodomi (kekerasan seksual dengan
seks anal) juga ada yang orientasi seksualnya heteroseksual (tertarik secara
seksual dengan lawan jenis) dan tidak sedikit suami dan pacar yang memaksa
istri dan pacarnya untuk melayani seks anal.
Ketiga, Rosi tidak memberikan gambaran
yang utuh yaitu jumlah pengidap HIV/AIDS pada laki-laki dan perempuan. Kalau
ditilik keterangan Rosi ada hal yang tidak konsisten dalam pernyataan “ .... kasus HIV cenderung diakibatkan oleh perilaku LSL” karena
jumlah laki-laki heteroseksual yang berisiko tinggi tertular HIV yakni
melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan perempuan yang berganti-ganti
berjumlah 944.000, sedangkan LSL hanya 300. Laki-laki heteroseksual bisa
mempunyai istri lebih dari satu, punya pasangan lain dan ngesek pula dengan
PSK.
Pelanggan
waria disebutkan 44.000. Hasil studi di Surabaya menunjkkan laki-laki
heteroseksual yang jadi pelanggan waria jadi ‘perempuan’ (ditempong) ketika
terjadi seks anal. Waria menempong yaitu memasukkan penis ke anal laki-laki heteroseksual
sehingga risiko tertular HIV/AIDS sangat tinggi yang ditandai dengan penemuan
kasus HIV/AIDS pada ibu rumah tangga.
Ini
pernyataan Rosi tentang temuan kasus HIV/AIDS, "Ini
menunjukkan penanganan kasusnya sekarang lebih baik karena bisa terdata.
Penemuannya sudah mulai baik." Cuma, Rosi lupa kalau kondisi ini ada di
hilir. Artinya, warga Jabar dibiarkan dulu tertular HIV baru jalani tes HIV.
Dalam upaya menanggulangi penyebaran HIV/AIDS yang diperlukan
adalah program di hulu yaitu menurunkan insiden infeksi HIV baru, khususnya
pada laki-laki dewasa melalui hubungan seksual dengan PSK. Hal ini tidak bisa
dilakukan di Jawa Barat khususnya dan di Indonesia umumnya karena praktek PSK
tidak lagi dilokalisir sehingga tidak bisa dilakukan intervensi yaitu memaksa
laki-laki pakai kondom setiap kali ngeseks dengan PSK.
Selain itu perempuan warga Jabar yang pulang kampung pada
musim-musim tertentu dari beberapa daerah bisa jadi mata rantai penyebaran HIV
jika mereka di rantai sebagai pekerja seks (Baca juga: Wahai Perantau Berperilaku Berisiko, Ketika Mudik Janganlah SebarkanHIV/AIDS di Kampung Halamanmu).
Dalam
berita ada penyebutan “ .... wanita penjaja
seksual (WPS) ....” Ini jelas ngawur karena dalam KBBI disebutkan jaja adalah
jual (dengan berkeliling). Nah, kapan pekerja seks komersial (PSK) menjajakan,
maaf, vaginanya? Justru laki-laki, bahkan yang beristri, yang membawa, maaf,
penisnya ke sana ke mari mencari ‘cinta kilat’ dengan PSK (Baca juga: Pemakaian Kata dalam Materi KIE AIDS yang Merendahkan Harkat dan MartabatManusia).
Ternyata sampai ‘hari gini’ masih saja ada upaya penyangkalan
dan mencari-cari kambing hitam dalam penyebaran HIV/AIDS di masyarakat. * [kompasiana.com/infokespro] *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.