Ilustrasi (Sumber: endhivaids.org)
Oleh: Syaiful W HARAHAP
“Sebanyak
20 orang dari 57 penderita HIV/AIDS di Kabupaten Waropen, Provinsi Papua,
meninggal akibat penyakit menular mematikan tersebut.” Ini lead pada berita “Gawat, 20 Penderita HIV yang
Meninggal di Papua Umumnya Pelajar” (liputan6.com
yang bersumber dari Antara,
5/11-2017).
Lead berita ini menunjukkan pengetahuan wartawan tentang HIV/AIDS ada di titik
nadir karena tidak menggambarkan fakta (medis) HIV/AIDS.
Pertama, orang-orang yang tertular HIV tidak otomatis menderita karena
gejala-gejala penyakit terkait HIV/AIDS baru muncul pada masa AIDS (secara
statistik terjadi antara 5-15 tahun setelah tertular HIV). Maka, istilah yang
tepat adalah pengidap HIV/AIDS atau Odha (Orang dengan HIV/AIDS).
Kedua, HIV/AIDS bukan penyakit tapi sekumpulan gejala penyakit yang terjadi pada
seseorang yang tertular HIV pada masa AIDS.
Ketiga, yang menular bukan penyakit tapi virus penyebab kondisi AIDS yaitu HIV
(human immonodeficiency virus) yang dalam jumlah yang bisa ditularkan ada di
darah, air mani, cairan vagina dan air susu ibu (ASI).
Keempat, kematian pada pengidap HIV/AIDS atau Odha bukan karha HIV atau AIDS tapi
karena penyakit-penyakit pada masa AIDS, seperti diare, TB, dll. Sampai detik
ini belum ada kasus kematian pengidap HIV/AIDS karena HIV atau AIDS.
Judul dan lead berita ini merupakan bentuk penyampaian
yang sensasional sehingga mengaburkan fakta tentang HIV/AIDS.
Terkait dengan pelajar SMA/SMK yang meninggal karena
penyakit terkait AIDS menunjukkan pelajar-pelajar itu tidak mendapat informasi
yang akurat tentang cara-cara melindungi diri agar tidak tertular HIV, terutama
melalui hubungan seksual. Itu artinya yang gawat adalah pelajar-pelajar di
Kabupaten Waropen tidak mengetahui cara-cara mencegah penularan HIV melalui
hubungan seksual yang konkret.
Di bagian lain disebutkan: Selain edukasi
yang lemah, ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi tingginya angka
penderita HIV/AIDS, seperti banyaknya pekerja seks komersial (PSK) asal daerah
lain yang berdomisili di Papua.
Menyalahkan
orang lain, dalam hal ini PSK asal daerah lain, merupakan bentuk penyangkalan
yang dijadikan ‘kambing hitam’ yang menutupi perilaku berisiko sebagian warga.
Ada beberapa hal yang terkait dengan penyangkalan ini, al.:
(a)
PSK adalah orang-orang yang perilakunya berisiko tinggi tertular HIV/AIDS
karena sering melakukan hubungan seksual dengan laki-laki yang berganti-ganti
dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom
(b)
PSK yang yang disebut dari daerah lain yang berdomisili di Waropen jelas
orang-orang yang perilakunya berisiko tinggi tertular HIV, tapi mengapa ada
laki-laki dewasa warga Waropen yang melakukan hubungan seksual dengan PSK tanpa
kondom.
(c)
Apakah tidak ada laki-laki dewasa warga Waropen yang melakukan perilaku berisko
tinggi tertular HIV, antara lain melakukan hubungan seksual dengan PSK di luar
Waropen?
Penyangkalan
dan menyalahkan orang lain justru menyesatkan sehingga mengabaikan perilaku
seksual sebagian warga yang berisiko tertular HIV.
Ada
lagi pernyataan dari Executive Director Indonesian Business Coalition on AIDS
(IBCA), Ramdani Sirait: "Selain edukasi yang lemah tentang seks yang aman,
banyak orang non-Papua yang ketahuan dan tes darah dan positif mereka ternyata
bukan warga Papua. Salah satunya adalah PSK yang berasal dari daerah lain
seperti Jawa Barat, Jawa Timur dan sebagainya."
Pernyataan Sirait ini juga mendorong penyangkalan dan
mencari-cari kambing hitam. Biar pun banyak PSK yang mengidap HIV/AIDS tidak
akan pernah terjadi penularan HIV kalau tidak ada laki-laki dewasa warga
Waropen yang melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan PSK tsb.
Maka, kuncinya ada pada laki-laki dewasa warga
Waropen: melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan PSK dengan risiko
tertular HIV atau sebeliknya tidak melakukan hubungan seksual dengan PSK agar
tidak ada warga yang tertular HIV. Keputusan dan pilihan ada pada warga Waropen
bukan pada PSK. * [kompasiana.com/infokespro] *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.