20 Oktober 2017

"Seks Bebas" Terminologi yang Ngawur

Oleh: Syaiful W. Harahap
[Sumber: Kabar PNHR2 Makassar 15-18 Juni 2008, Nomor 2/17 Juni 2008]
Beberapa brosur terkait materi KIE (komunikasi, informasi, dan edukasi) terkait HIV/AIDS yang ada di pameran PNHR 2 Makassar, Sulawesi Selatan, 15-18 Juni 2008, selalu menyebut-nyebut SEKS BEBAS.

Istilah ini rancu karena tidak ada batasan yang jelas apa yang dimaksud dengan seks bebas.Istilah ini berkembang tahun 1970-an yang dikaitkan dengan perilaku remaja saat itu yang mengacu kepada gaya hidup yang `bebas'. Tapi, itu hanya terjadi pada kalangan atau komunitas tertentu bukan merupakan gaya hidup masyarakat.

Ketika itu muncul gaya hidup yang mengesankan kehidupan kalangan itu serba bebas, termasuk dalam hal seks. Maka, muncullah istilah free sex yang kemudian diartikan sebagai seks bebas. Padahal, dalam kamus Bahasa Inggris tidak ada entry free sex. Yang ada adalah free love yaitu hubungan seks tanpa ikatan pernikahan.

Belakangan ketika kasus HIV/AIDS merebak seks bebas dijadikan sebagai `kambing hitam'. Tapi, tidak ada defenisi yang jelas tentang seks bebas. Kalau seks bebas diartikan sebagai hubungan seks di luar nikah maka tidak ada kaitan langsung antara seks bebas dengan penularan HIV.

Penularan HIV melalui hubungan seks (bisa) terjadi di dalam atau di luar nikah kalau salah satu dari pasangan itu HIV-positif dan laki-laki tidak memakai kondom setiap kali melakukan hubungan seks. Sebaliknya, kalau satu pasangan dua-duanya HIV-negatif maka tidak ada risiko penularan HIV biar pun hubungan seks dilakukan di luar nikah dan laki-laki tidak memakai kondom.

Seorang penjaga booth di arena pameran PNHR 2 tidak bisa memberikan defenisi tentang seks bebas yang tertera di materi KIE mereka. Dia malah kebingunan ketika ditanya.

Hal ini menunjukkan hal yang faktual, yaitu penularan HIV, yang merupakan fakta medis dikaburkan dengan norma, moral, dan agama. Akibatya, masyarakat hanya menangkap mitos (anggapan yang salah) dari KIE sehingga banyak yang tidak menyadari perilakunya berisiko tertular HIV.

Hubungan seks yang berisiko tertular HIV bukan karena sifat hubungan seks (di luar nikah, seks bebas, melacur, dll.), tapi karena kondisi hubungan seks (salah satu HIV-positif dan laki-laki tidak memakai kondom setiap kali sanggama).

Biarpun seks bebas merupakanterminologi yang ngawur tapi tetap saja menjadi jargon dalam materi KIE HIV/AIDS.

Begitu pula dengan istilah seks menyimpang yang dikait-kaitkan dengan penularan HIV. Seks menyimpang adalah jargon moral karena secara harfiah (hubungan) seks tidak mungkin bisa terjadi kalau menyimpang.

Selain penggunaan istilah seks bebas dalam kaitan penularan HIV ada pula penggunaan pernyataan yang tidak akurat.

Pada brosur Petunjuk Pencegahan HIV/AIDS Uuntuk Remaja(Yayasan AIDS Indonesia) disebutkan cara mencegah HIV/AIDS adalah dengan perilaku yang sehat dan bertanggung jawab, seperti `tidak melakukan hubungan seks sebelum atau di luar nikah.' Ini jelas jargon moral. Apaah sesudah menikah atau di dalam nikah tidak ada risiko tertular atau menularkan HIV?

Di stiker yang dikeluarkan oleh KPA, Depkes, USAID, ASA, FHI disebutkan cara jitu mencegah penularan HIV adalah Anda tidak melakukan seks. Ini `kan pengingkaran terhadap pemberian Tuhan. Begitu pula di brosur `Mengapa HIV/AIDS Penting untuk Kita Ketahui?' (KPA Prov Sulsel-Kemitraan Australia Indonesia) disebutkan pencegahan HIV/AIDS al. tidak melakukan hubungan seks sama sekali. Ini pun pengingkaran terhadap kodrat.

Lain lagi dengan di brosur `Beri ODHA Dukungan dan Harapan Layani Mereka Dengan Semangat Tanpa Diskriminasi' (KPA-The Global Fund) disebutkan HIV menular melalui: Menggunakan jarum suntik secara bergantian, bekas pakai, tidak steril. Kalau yang memakai bergantian jarum HIV-negatif tentu tidak ada risiko. Begitu pula jarum bekas pakai dan yang tidak steril kalau tidak tercemar HIV tentu tidak berisiko tertular HIV biar pun dipakai. Disebutkan pula HIV menular melalui hubungan seks berganti-ganti pasangan. Kalau pasangan yang berganti-ganti HIV-negatif, di mana ada risiko penularan HIV? Yang disebutkan itu `kan perilaku berisiko tertular HIV.

Di brosur `AIDS dan Pengguna Suntikan pada Pecandu Narkoba' (KPA Prov DKI Jakarta, 2007) disebutkan `Agar terhindar dari resiko terkena terkena HIV dan AIDS, hindari menggunakan NARKOBA dan jangan melakukan SEKS BEBAS.' AIDS tidak menular. Seks bebas tidak terkait dengan penularan HIV.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.