Oleh Syaiful W. Harahap
"Puluhan Pelajar di Timika Terinfeksi HIV" (ANTARA , 16 Februari 2009). Berita ini sama sekali tidak memberikan informasi tentang cara-cara penularan dan pencegahan HIV sehingga pembaca tidak mendapat gambaran yang akurat tentang HIV/AIDS. Padahal, salah satu sumber informasi terkait HIV/AIDS adalah berita.
Berita ini mengesankan kasus infeksi HIV di kalangan pelajar menjadi masalah besar. Padahal, infeksi HIV di kalangan dewasa jauh lebih ‘berbahaya’ karena mereka akan menjadi mata rantai penyebaran HIV di masyarakat. Yang beristri akan menularkan HIV ke istrinya. Kalau istrinya tertular maka ada risiko penularan kepada bayi yang dikandung istrinya kelak. Bisa pula mereka menularkan HIV ke pasangan seks lainnya, seperti pekerja seks, pacar atau selingkuhan.
Dalam berita disebutkan “ .... dikhawatirkan akan berdampak buruk bagi generasi muda dan masa depan daerah.” Yang mengkhawatirkan adalah kasus infeksi HIV dan IMS di kalangan dewasa, terutama yang beristri. Celakanya, tidak ada mekanisme yang bisa memaksa laki-laki dewasa untuk menjalani tes HIV. Kasus infeksi HIV di kalangan laki-laki dewasa merupakan ‘bom waktu’ ledakan kasus AIDS di masa yang akan datang.
Disebutkan pula “ .... kasus sifilis banyak ditemukan pada palajar SLTP hampir di semua kampung .... yang jaraknya jauh dari kota Timika, ibukota Kabupaten Mimika.” Selanjutnya disebutkan “ .... sudah pasti kasus ini ditularkan melalui perantaraan orang ketiga.” Ini mengesakan ada yang datang ke kampung-kampung untuk menularkan IMS dan HIV kepada palajar-pelajar yang terdeteksi mengidap IMS dan HIV itu. Ini menyesatkan karena tidak sesuai dengan fakta.
Jika pekerja seks di Mimika ada yang terdeteksi mengidap IMS atau HIV atau kedua-duanya maka ada dua kemungkinan. Pertama, kasus IMS dan HIV di kalangan pekerja seks ditularkan oleh laki-laki, remaja dan dewasa, penduduk Mimika atau pendatang. Jika ini yang terjadi maka penduduk Mimika sudah ada yang mengidap IMS dan HIV. Kedua, pekerja seks yang terdeteksi mengidap IMS dan HIV di Mimika sudah tertular HIV sebelum ‘praktek’ di Mimika.
Kedua kemungkinan ini tetap menjadi ancaman bagi penduduk Mimika dan pendatang untuk tertular IMS atau HIV atau kedua-duanya sekaligus bagi yang melakukan hubungan seks dengan pekerja seks tanpa kondom.
Disebutkan pula “ .... bahkan ada yang sudah mempraktekan hubungan biologis dengan lawan jenisnya tanpa mengetahui efek samping dari aktivitas haram yang hanya dapat dilakukan oleh pasangan suami istri sah tersebut.” Pernyataan ini mengandung pesan moral yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan penularan HIV.
Inilah yang sering menyesatkan sehingga mengaburkan fakta medis tentang HIV/AIDS. Akibatnya, masyarakat hanya memahami HIV/AIDS sebagai mitos belaka yang akhirnya membawa celaka bagi masyarakat.
[Sumber: Newsletter ”InfoAIDS” edisi No. 5/Maret 2009]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.