Oleh:: Syaiful W Harahap*
Berita di Harian “Jambi Ekspres” yaitu “Banyak PSK Terjangkit Penyakit Kelamin, Hanya 50 Persen PSK yang Memeriksakan Diri” (12 Maret 2008) menunjukkan ada risiko penularan HIV/AIDS di Jambi. Secara nasional Jambi menempati peringkat 17 dengan 112 kasus AIDS. Angka ini tidak menggambarkan kasus sebenarnya di masyarakat sehingga penularan IMS dan HIV secara horizontal antar penduduk terus terjadi secara diam-diam.
"Pria hidung belang kini harus kian waspada. Penyakit kelamin menular di lokalisasi Payosigadung alias Pucuk banyak ditemui." Inilah lead berita itu. Peringatan ini tidak pas karena ada dua kemungkinan yang bisa ditarik dari fakta itu.
Pertama, ada kemungkinan PSK di lokalisasi Pucuk tertular IMS (infeksi menular seksual yaitu penyakit-penyakit yang ditularkan melalui hubungan seks tanpa kondom di dalam atau di luar nikah), seperti sifilis, GO, kandidiasi, dll. dari laki-laki yang melakukan hubungan seks dengan PSK di sana. Kalau ini yang terjadi maka di kalangan penduduk lokal sudah ada laki-laki yang mengidap IMS. Maka, penularan IMS pun sudah terjadi antar penduduk. Bagi yang beristri mereka menularkan IMS kepada istrinya. Kalau istrinya tertular maka ada risiko cacat pada bayi yang dikandungnya.
Kedua, ada kemungkinan PSK yang datang ke Pucuk sudah mengidap IMS. Kalau ini yang terjadi maka laki-laki yang melakukan hubungan seks dengan PSK di sana akan berisiko tertular IMS kalau tidak pakai kondom. Kondisi ini juga mendorong penularan IMS antar penduduk seperti halnya kemungkinan pertama.
Tanpa Disadari
Yang perlu dikhawatirkan adalah penularan HIV karena bisa saja terjadi penularan HIV bersamaan dengan penularan IMS. Soalnya, cara penularan IMS dan HIV sama sehingga kalau seseorang tertular IMS maka jika yang menularkan IMS itu juga mengidap HIV maka adakemungkinan terjadi pula sekaligus penularan HIV. Hal ini bias terjadi karena orang-orang yang sudah tertular HIV tidak menunjukkan tanda, gejala, atau ciri-ciri yang khas AIDS pada fisiknya sebelum mencapai masa AIDS (antara 5 – 10 tahun setelah tertular HIV). HIV adalah virus yang tergolong sebagai retrovirus yaitu virus yang bisa mengembangbiakkan diri di dalam sel-sel darah putih manusia.
Ketika HIV mengembangbiakkan diri sel-sel darah putih rusak. HIV yang baru diproduksi mencari sel darah putih lain untuk tempat berkembang biak. Begitu seterusnya sehingga sampai pada satu tahap ketika jumlah sel darah putih tinggal sedikit maka muncullah masa AIDS dengan beberapa gejala yang tidak khas AIDS. Pada tahap ini penyakit sangat mudah masuk karena sistem kekebalan tubuh yang sangat rendah. Penyakit-penyakit yang masuk pada masa AIDS inilah yang kemudian menyebabkan kematian pada Odha (Orang dengan HIV/AIDS).
Dalam jumlah yang dapat ditularkan HIV terdapat dalam cairan darah (laki-laki dan perempuan), air mani (laki-laki, dalam sperma tidak ada HIV), cairan vagina (perempuan), dan air susu ibu/ASI (perempuan). Penularan HIV melalui darah (bisa) terjadi kalau darah yang mengandung HIV masuk ke dalam tubuh melalui transfusi darah, jarum suntik, jarum tindik, jarum akupunktur, jarum tattoo, alat-alat kesehatan, dan cangkok organ tubuh. Penularan HIV melalui air mani dan cairan vagina yang mengandung HIV (bisa) terjadi melaui hubungan seks tanpa kondom di dalam atau di luar nikah. Penularan HIV melalui ASI yang mengandung HIV (bisa) terjadi melalui proses menyusui.
Penularan HIV terjadi tanpa disadari secara diam-diam karena orang-orang yang tertular HIV tidak menyadari dirinya sudah tertular HIV karena tidak ada gejala dan keluhan kesehatan yang khas AIDS. Tapi, biar pun tidak ada gejala AIDS seorang Odha sudah bisa menularkan HIV kepada orang lain melalui cara-cara di atas. Lebih dari 90 persen penularan HIV terjadi tanpa disadari oleh yang menularkan dan yang ditulari karena tidak ada tanda yang khas pada saat terjadi penularan HIV.
Yang dilakukan oleh Dinkes Kota Jambi terhadap PSK tidak akan berhasil kalau laki-laki yang menjadi pelanggan PSK di Pucuk tidak konsisten memakai kondom setiap kali melakukan hubungan seks dengan PSK di sana. Andaikan semua PSK yang terdeteksi mengidap IMS diobati maka mereka pun akan segera tertular lagi kalau ada laki-laki yang mengencani mereka mengidap IMS dan HIV karena laki-laki enggan memakai kondom.
Bom Waktu
Dalam laporan kasus HIV/AIDS yang dikeluarkan Ditjen PPM&PL, Depkes RI, Januari 2008 menunjukkan dari 112 kasus AIDS di Jambi ada 71 kasus yang tertular melalui penggunaan jarum suntik bergantian di kalangan penyalahguna narkoba (narkotik dan bahan-bahan berbahaya). Di kalangan pengguna narkoba mereka biasanya menyuntikkan narkoba bersama teman-temannya antara 2 sampai 5 orang. Andaikan seorang pengguna narkoba mempunyai teman menyuntik 3 maka sudah ada 213 orang yang berisiko tertular HIV. Kalau dari 71 itu ada yang sudah beristri maka istri mereka pun berisiko pula tertular HIV. Dari 213 itu ada kemungkinan masih mempunyai teman menyuntik narkoba di kotanya, di luar kota, atau di luar daerah sehingga angkanya kian banyak seperti deret ukur.
Pernyataan Kadiskes Kerinci, Efnizal Mairad, yang mengatakan "Saya berani memastikan sampai sekarang tidak ada penduduk Kerinci yang terkena virus yang mematikan tersebut" (berita Kadiskes: Kerinci Bebas HIV pada edisi 25 Februari 2008) bisa menjadi bumerang karena tidak ada satu tempat pun di muka bumi ini yang bebas HIV/AIDS. Lagi pula patut ditanya: Apakah semua penduduk Kerinci sudah menjalanites HIV? Kalau semua penduduk belum dites HIV maka tidak ada jaminan Kerinci bebas HIV/AIDS. Yang perlu diperhatikan adalah kasus-kasus HIV/AIDS yang tidak terdeteksi kelak akan menjadi `bom waktu' ledakan AIDS.
Dalam berita tidak dijelaskan apa alasan Kadiskes sampai dia berani membuat pernyataan `Kerinci bebas AIDS'. Kalau alasannya karena di Kerinci tidak ada lokalisasi pelacuran maka pernyataan itu sangat naïf karena bisa saja terjadi penduduk Kerinci melakukan hubungan seks di dalam atau di luar nikah yang berisiko tertular HIV (hubungan seks tanpa kondom dengan pasangan yang berganti-ganti atau dengan seseorang yang sering berganti-ganti pasangan, seperti PSK) di luar Kerinci atau di luar negeri. Kalau ada penduduk Kerinci yang tertular di luar Kerinci maka mereka akan menjadi mata rantaipenyebaran HIV secara horizontal antar penduduk di Kerinci. Dalam laporan kasus HIV/AIDS Depkes disebutkan pula ada 31 kasus kematian terkait AIDS. Kematian pada Odha terjadi setelah masa AIDS yaitu antara 5 – 10 setelah tertular HIV. Pada kurun waktu 5 – 10 tahun setelah tertular mereka tidak menyadari sudah tertular HIVsehingga mereka pun menularklan HIV kepada orang lain tanpa mereka sadari. Maka 31 penduduk yang meninggal ini sudah menularkan HIV kepada orang lain sebelum mereka meninggal.
Itulah sebabnya angka kasus yang terdeteksi tidak menggambarkan kasus yang sebenarnya di masyarakat karena tidak ada mekanisme yang sistematis untuk mendeteksi orang-orang yang sudah tertular HIV. Untuk itu perlu digencarkan penyuluhan dengan materi HIV/AIDS yang akurat yaitu yang mengedepankan fakta medis. Dianjurkan kepada penduduk yang pernah melakukan (a) hubungan seks tanpa kondom di dalam atau di luar nikah dengan pasangan yang berganti-ganti, (b) hubungan seks tanpa kondom di dalam atau di luar nikah dengan seseorang yang sering berganti-ganti pasangan, seperti PSK, untuk melakukan tes HIV secara sukarela.
Kian banyak kasus HIV yang terdeteksi maka semakin banyak pula mata rantai penularan HIV yang diputuskan karena orang-orang yang terdeteksi HIV diajak untuk tidak menularkan HIV kepada orang lain. Mereka pun bisa pula ditangani secara medis agar mereka bisa tetap produktif. Sekarang sudah ada obat antiretroviral yaitu obat untuk menekan perkembangan HIV di dalam darah orang-orang yang tertular HIV.
*Direktur Ekeskutif LSM "InfoKespro"
[Sumber: Harian "Jambi Ekspres", 24 Maret 2008]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.