07 September 2017

Mitos AIDS

Tanggapan terhadap berita di Harian "Berita Kota" ....

Oleh: Syaiful W. Harahap
LSM “InfoKespro” Jakarta

Berita “Penderita HIV/AIDS di Jabar Meningkat” yang dimuat Harian “BERITA KOTA” edisi 23 April 2004 di rubrik Nasional halaman 10 kembali membuka mata kita terhadap epidemi HIV yang selama ini sering dianggap remeh.

Sejak HIV/AIDS diidentifikasi di Indonesia (Bali, 1987) mulai dari pejabat tinggi, pakar dan berbagai kalangan menampik HIV/AIDS sebagai ancaman karena, kata mereka, bangsa kita beragama dan berbudaya. Ini pernyataan yang naïf karena negara-negara yang terdeteksi ada kasus HIV/AIDS juga beragama dan berbudaya. Tidak ada kaitan langsung antara budaya dan agama dengan epidemi HIV/AIDS.

Dengan kasus 848 yang terdeteksi, terdiri atas 85 AIDS dan 763 HIV-positif, belum menggambarkan kasus yang sebenarnya karena epidemi HIV terkait dengan fenomena gunung es (yang terdeteksi hanya sebagian kecil dari kasus yang sebenarnya). Kasus tidak terdeteksi karena survailans tes HIV tidak dijalankan dengan konsisten.

Dalam berita disebutkan 50% kasus terdeteksi di kalangan pengguna narkoba suntikan. Jadi, andaikan 424 di antara yang terdeteksi merupakan pengguna narkoba maka dapat dibayangkan jumlah penduduk yang berisiko tertular HIV karena satu pengguna narkoba biasanya beramai-ramai menyuntik. Misalkan, 1 pengguna berganti-ganti jarum suntik dengan 5 temannya, maka ada 2.120 yang berisiko tinggi tertular HIV.

Mereka itu menjadi mata rantai penyebaran HIV. Jika 2.120 pengguna tadi juga mempunyai teman lain sebagai pengguna narkoba suntikan dengan jarum yang dipakai bersama maka angkanya akan bertambah babaikan deret ukur. Angka kian bertambah kalau ada di antara mereka yang mempunyai pasangan seks.

Penemuan kasus HIV/AIDS di kalangan remaja, khususnya pengguna narkoba suntikan, terjadi karena ada kewajiban tes HIV bagi remaja pengguna narkoba yang akan masuk pusat rehabilitasi.

Sebaliknya, orang-orang yang tertular melalui hubungan seks yang tidak aman (tidak pakai kondom) di dalam dan di luar nikah tidak terdeteksi sebelum mencapai masa AIDS (antara 5-10 tahun setelah tertular). Mereka tidak menyadari tertular HIV karena tidak ada gejala-gejala (medis) yang khas. Selain itu mereka pun tidak merasa tertular karena selama ini HIV/AIDS dikait-kaitkan dengan mitos (anggapan yang salah). HIV/AIDS dikaitkan dengan lokalisasi pelacuran, zina, gay dan dosa. Padahal, risiko tertular HIV terjadi jika seseorang melakukan perilaku berisiko tinggi yaitu melalukan hubungan seks yang tidak aman di dalam dan di luar nikah dengan pasangan yang berganti-ganti.

Biar pun tidak ada gejala medis tapi pada rentang waktu itu orang-orang yang sudah tertular tapi tidak menunjukkan gejala sudah bisa menularkan HIV kepada orang lain melalui hubungan seks yang tidak aman di dalam dan di luar nikah, transfusi darah, jarum suntik dan jarum tindik/tatto. Mereka ini pun menjadi mata rantai penyebaran HIV.

Epidemi HIV menjadi masalah besar di Indonesia karena selama ini yang berkembang di masyarakat hanyalah mitos. Padahal, penularan HIV sama sekali tidak ada kaitannya dengan zina, pelacuran dan gay. Buktinya, banyak yang tertular melalui penggunaan jarum suntik.

Tapi, karena masyarakat sudah terlanjur mempercayai mitos maka tidak ada lagi upaya untuk melindungi diri secara aktif. Kasus HIV/AIDS yang terdeteksi di Indonesia sebagian besar dari tes wajib terhadap pengguna narkoba dan survailans terhadap pekerja seks.

Karena HIV sudah terdeteksi di kalangan pekerja seks maka laki-laki yang melakukan hubungan seks tanpa kondom dengan pekerja seks sudah berisiko tinggi tertular HIV.

Jadi, bukan hanya di Jawa Barat tapi di semua daerah ada kasus HIV/AIDS. Hanya saja belum terdeteksi karena tidak ada mekanisme yang bisa mendeteksi kasus HIV di masyarakat.

Yang diperlukan sekarang bukan peraturan, tapi KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) yang objektif dan akurat tentang HIV/AIDS. Soalnya, selama ini materi KIE tentang HIV/AIDS hanya berisi mitos sehingga menyesatkan masyarakat. ***

Pernah dimuat di: http://aidsmediawatch.blogspot.co.id/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.