Tanggapan
terhadap Berita di Harian “Riau Pos”
Pekanbaru
Oleh: Syaiful
W. Harahap
Direktur
Eksekutif LSM “InfoKespro” Jakarta
Berita
“AIDS di Riau Capai 253 Kasus” yang
dimuat di Harian “Riau Pos” edisi 17 Oktober 2003 dapat memicu
permusuhan dan menyuburkan mitos (anggapan yang salah) tentang HIV/AIDS.
Pernyataan
yang menyebutkan “Selama ini di Indonesia maupun di Provinsi Riau, penekanan
program HIV/AIDS lebih ditujukan pada kelompok pekerja seks saja. Asumsinya
dasarnya karena pekerjaan mereka masuk dalam kelompok rentan HIV” jelas tidak
akurat karena tidak ada kelompok yang rentan HIV karena sebagai virus HIV tidak
bisa membeda-bedakan kelompok.
Kerentanan
terhadap HIV terjadi karena perilaku berisiko seseorang yaitu (1) melakukan
hubungan seks penetrasi (heteroseks, anal seks, oral seks, biseks) di dalam dan
di luar nikah tanpa kondom dengan pasangan yang berganti-ganti, (2) melakukan
hubungan seks penetrasi (heteroseks, anal seks, oral seks, biseks) di dalam dan
di luar nikah tanpa kondom dengan seseorang yang sering berganti-ganti
pasangan, (3) menierma transfusi darah, dan (4) menggunakan jarum suntik secara
bergiliran.
Pada
bagian lain disebutkan pula “Inhil dan Rohil menyusul terancam bahaya maut AIDS
kiriman yang dibawa si penjaja seks dari tanah Jawa dan sekitarnya”. Pernyataan
ini sangat tidak etis karena sudah memvonis dan merupakan pernyataan yang tidak
berpijak pada kaidah ilmiah.
Sebagai
orang yang bekerja di dinas kesehatan pernyataan Drs Rosmawati ini amat tidak
pantas karena ybs. membuat pernyataan yang tidak akurat. Apakah tidak ada
penduduk Riau yang melakukan perilaku berisiko di luar Riau? Bisa jadi epidemi
HIV di Riau justru terjadi secara horizontal antar penduduk. Kalau ada penduduk
Riau yang tertular HIV di luar Riau maka jika dia kembali ke Riau maka akan
terjadi penularan horizontal kepada istrinya jika ybs. sudah beristri atau
kepada pasangan seksnya.
Angka
kasus HIV/AIDS di Riau sebagian besar terdeteksi di kalangan pekerja seks. Jika
separuh saja dari 253 (126,5) kasus itu terdeteksi pada pekerja seks tentulah
sudah ratusan bahkan ribuan penduduk Riau yang berisiko tertular HIV yaitu
penduduk yang melakukan hubungan seks yang tidak aman dengan pekerja seks.
Kalau
seorang pekerja seks setiap malam menerima tamu rata-rata 3 maka setiap malam
ada 379,5 penduduk Riau yang berisiko tertular HIV. Satu bulan jumlahnya
11.385. Bayangkan kalau pekerja seks itu baru terdeteksi setelah dia terinfeksi
berbulan-bulan tentulah angkanya kian membengkak.
Dari
hitung-hitungan di atas ada kemungkinan kasus HIV/AIDS di Riau justru jumlahnya
jauh di atas angka resmi yang dikeluarkan Depkes. Angka kaasus HIV/AIDS di Riau
kian besar kalau sudah ada penduduk yang menggunakan narkoba dengan suntikan.
Jadi, jangan hanya menyalahkan pendatang. Ini penyangkalan yang akan menohok
diri sendiri. ***
Catatan:
pernah dimuat di https://aidsmediawatch.wordpress.com/2009/08/27/tanggapan-terhadap-berita-di-harian-%E2%80%9Criau-pos%E2%80%9D/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.