Tanggapan
terhadap berita AIDS di “Media Indonesia
Online”
Oleh: Syaiful
W. Harahap
LSM (media watch) “InfoKespro” Jakarta
LSM (media watch) “InfoKespro” Jakarta
Berita “98 Warga
Kota Bogor Positif HIV-AIDS” di “Media Indonesia
Online” edisi 24 Februari 2006 menunjukkan pemahaman terhadap
HIV/AIDS yang tidak akurat. Padahal, saat ini informasi yang akurat tentang
HIV/AIDS sudah tersebar luas.
Judul
berita sendiri tidak akurat karena yang bisa dideteksi adalah HIV bukan AIDS.
Maka, yang benar adalah HIV-positif dan masa AIDS (kondisi pada diri seseorang
yang tertular HIV setelah 5 – 10 tahun tertular HIV yang ditandai dengan
sekumpulan gejala penyakit yang disebut infeksi oportunistik).
Pada
berita itu disebutkan ” …. masih sedikit atau jarang sekali penderita HIV/AIDS
mau mengaku diriya terinfeksi” dan ” …. Karena pada umumnya pendertia HIV/AIDS
itu sembunyi-sembunyi dan tidak mau mengakui dirinya terinfeksi penyakit
tersebut.” Pernyataan ini menunjukkan pemahaman yang rendah terhadap fakta
medis tentang HIV/AIDS.
Pertama, banyak yang
enggan mengakui dirinya sudah tertular HIV karena kalau mereka membeberkan
status HIV mereka maka mereka akan menghadapi stigmatitasi dan diskriminasi.
Bahkan, penelitian menunjukan stigmatisasi dan diskriminasi lebih dilakukan di
sarana kesehatan, seperti rumah sakit.
Kedua, banyak orang
yang tidak menyadari dirinya sudah tertular HIV karena tiadk ada tanda, gejala
atau ciri-ciri yang khas AIDS pada fisik seseorang yang sudah tertular HIV
sebelum mencapai masa AIDS.
Mengapa
hal ini terjadi? Ya, ini terjadi karena selama ini materi KIE (komunikasi,
informasi dan edukasi) tentang HIV/AIDS dibalut dengan moral dan agama sehingga
yang muncul hanya mitos (anggapan yang salah). Misalnya, mengaitkan penularan
HIV dengan seks di luar nikah, seks pranikah, zina, pelacuran, selingkuh,
jajan, waria dan gay.
Padahal,
tidak ada kaitan langsung antara seks di luar nikah, seks pranikah, zina,
pelacuran, selingkuh, jajan, waria dan gay dengan penularan HIV. Penularan HIV
melalui hubungan seks, di dalam atau di luar nikah, (bisa) terjadi kalau salah
satu atau kedua pasangan itu HIV-positif dan setiap kali hubungan seks
laki-laki tidak memakai kondom. Sebaliknya, biar pun seks di luar nikah, seks
pranikah, zina, pelacuran, selingkuh, jajan, waria dan gay kalau dua-duanya
HIV-negatif maka tidak akan pernah terjadi penularan HIV.
Dalam
berita itu juga disebutkan ” …. dan yang melakukan hubungan seks tidak sehat”
serta ” … seks bebas” sebagai penularan HIV. Ini juga ngawur karena apa, sih,
yang dimaksud dengan `seks tidak sehat’ dan `seks bebas’? Penularan HIV melalui
hubungan seks bukan karena sifat hubungan seks tapi kondisi hubungan seks.
Penularan HIV melalui hubungan seks (bisa) terjadi kalau salah satu atau kedua
pasangan itu HIV-positif dan laki-laki tidak memakai kondom (kondisi) di dalam
atau di luar nikah (sifat).
Menyebut
`seks tidak sehat’ dan `seks bebas’ sebagai cara penularan HIV merupakan mitos.
Inilah yang menyesatkan. Pada gilirannya epidemi HIV akan menjadi `bom waktu’
karena banyak orang yang tidak menyadari dirinya sudah tertular HIV.
Kapan, sih,
seseorang berisiko tinggi tertular HIV? Seseorang, laki-laki dan perempuan,
berisiko tinggi tertular HIV jika pernah (a) melakukan hubungan seks, di dalam
atau di luar nikah, tanpa kondom dengan pasangan yang berganti-ganti atau
dengan seseorang yang sering berganti-ganti pasangan (seperti pekerja seks
komersial/PSK), (b) menerima transfusi darah yang tidak diskrining HIV, (c)
memakai jarum suntik, jarum tindik, jarum akupunktur, jarum tattoo dan
alat-alat kesehatan secara bergiliran, (d) menerima cangkok organ tubuh yang
tidak diskrining HIV.
Mereka
inilah yang kelak akan menjadi mata rantai penyebaran HIV secara horizontal
kalau mereka tertular HIV. Semuanya tanpa disadari sehingga penyebaran HIV
antar penduduk terjadi secara diam-diam. Nah, untuk memutus mata rantai
penyebaran HIV antar penduduk maka kepada yang pernah melakukan perilaku
berisiko tinggi dianjurkan untuk menjalani tes HIV secara sukarela. Dengan
mengetahui status HIV seseorang dapat diajak untuk memutus mata rantai
penyebaran HIV dan mereka pun dapat ditangani secara medis agar tetap
produktif. *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.