12 Juli 2017

Mitos dalam Berita AIDS

Tanggapan terhadap berita HIV/AIDS di di “Riau Terkini

Oleh: Syaiful W. Harahap
LSM (media watch) “InfoKespro” Jakarta

Berita “Penderita HIV-Aids di Riau Capai 75 orang” di “Riau Terkini” edisi 23 Juni 2006 menunjukkan pemahaman terhadap HIV/AIDS yang tidak komprehensif.

Pertama, berita “Penderita HIV-Aids di Riau Capai 75 orang” bias menyesatkan karena tidak dijelaskan mengapa angka kasus HIV/AIDS terus bertambah. Karena tidak ada penjelasan maka berita itu mengesankan kasus HIV/AIDS hanya terjadi akhir-akhir ini saja. Padahal, penemuan kasus (baru) terjadi karena ada kegiatan survailans dan VCT. Kian gencar survailans dan VCT maka makin banyak pula kasus baru yang terdeteksi.

Kedua, dalam berita disebutkan ” ….. rendahnya kesadaran orang dengan resiko tinggi HIV-Aids untuk menggunakan kondom saat `jajan’ ….” merupakan pernyataan yang tidak akurat. Tidak ada kaitan langsung antara penularan HIV dengan `jajan’ karena penularan HIV melalui hubungan seks bisa terjadi di dalam atau di luar nikah kalau salah satu atau dua-dua dari pasangan itu HIV-positif dan laki-laki tidak memakai kondom setiap kali hubungan seks.

Pernyataan di atas merupakan mitos yaitu anggapan yang salah tentang HIV/AIDS yang membuat masyarakat lalai melindungi diri karena di beberapa tempat yang menyediakan `cewek’ ada proses `pernikahan’ sehingga hubungan seks sah. Tapi, hal ini tidak mencegah penularan HIV dan penyakit lain, seperti sifilis, GO, hepatitis B, dll. Hubungan seks sah sehingga mereka pun tidak berpikir akan terjadi penularan HIV karena selama ini disebutkan (mitos) penularan HIV terjadi karena zina, jajan, selingkuh, dll.

Ketiga, dalam berita itu juga tidak dijelaskan siapa yang disebut `orang dengan risiko tinggi HIV-Aids’. Pekerja seks yang terdeteksi HIV-positif ditularkan oleh laki-laki yang mengencani mereka. Maka, yang menjadi mata rantai penyebaran HIV antar penduduk adalah laki-laki, yang di masyarakat bisa saja sebagai suami, lajang, perjaka atau duda. Tapi, mereka itu tidak terdeteksi karena tidak ada tanda, gejala atau ciri-ciri yang khas AIDS pada fisik sebelum mencapai masa AIDS (antara 5 – 10 tahun). Namun, mereka sudah bias menularkan HIV kepada orang lain, al. melalui hubungan seks di dalam atau di luar nikah.

Selama materi KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) tentang HIV/AIDS dibalut dengan moral dan agama maka yang ditangkap masyarakat hanya mitos yang pada akhirnya akan menyuburkan penyangkalan. Jika ini yang terjadi maka epidemi HIV akan menjadi `bom waktu’ ledakan AIDS. *


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.