Tanggapan
terhadap Berita di Harian ”Berita Kota”
Oleh: Syaiful
W. – LSM “InfoKespro” Jakarta
Berita
“Penderita HIV/AIDS di Jabar Meningkat”
yang dimuat Harian “BERITA KOTA”
edisi 23 April 2004 di rubrik Nasional halaman 10 kembali membuka mata kita
terhadap epidemi HIV yang selama ini sering dianggap remeh.
Sejak
HIV/AIDS diidentifikasi di Indonesia (Bali, 1987) mulai dari pejabat tinggi, pakar
dan berbagai kalangan menampik HIV/AIDS sebagai ancaman karena, kata mereka,
bangsa kita beragama dan berbudaya. Ini pernyataan yang naïf karena
negara-negara yang terdeteksi ada kasus HIV/AIDS juga beragama dan berbudaya.
Tidak ada kaitan langsung antara budaya dan agama dengan epidemi HIV/AIDS.
Dengan
kasus 848 yang terdeteksi, terdiri atas 85 AIDS dan 763 HIV-positif, belum
menggambarkan kasus yang sebenarnya karena epidemi HIV terkait dengan fenomena
gunung es (yang terdeteksi hanya sebagian kecil dari kasus yang sebenarnya).
Kasus tidak terdeteksi karena survailans tes HIV tidak dijalankan dengan
konsisten.
Dalam
berita disebutkan 50% kasus terdeteksi di kalangan pengguna narkoba suntikan.
Jadi, andaikan 424 di antara yang terdeteksi merupakan pengguna narkoba maka
dapat dibayangkan jumlah penduduk yang berisiko tertular HIV karena satu
pengguna narkoba biasanya beramai-ramai menyuntik. Misalkan, 1 pengguna
berganti-ganti jarum suntik dengan 5 temannya, maka ada 2.120 yang berisiko
tinggi tertular HIV.
Mereka
itu menjadi mata rantai penyebaran HIV. Jika 2.120 pengguna tadi juga mempunyai
teman lain sebagai pengguna narkoba suntikan dengan jarum yang dipakai bersama
maka angkanya akan bertambah babaikan deret ukur. Angka kian bertambah kalau
ada di antara mereka yang mempunyai pasangan seks.
Penemuan
kasus HIV/AIDS di kalangan remaja, khususnya pengguna narkoba suntikan, terjadi
karena ada kewajiban tes HIV bagi remaja pengguna narkoba yang akan masuk pusat
rehabilitasi.
Sebaliknya,
orang-orang yang tertular melalui hubungan seks yang tidak aman (tidak pakai
kondom) di dalam dan di luar nikah tidak terdeteksi sebelum mencapai masa AIDS
(antara 5-10 tahun setelah tertular). Mereka tidak menyadari tertular HIV
karena tidak ada gejala-gejala (medis) yang khas. Selain itu mereka pun tidak
merasa tertular karena selama ini HIV/AIDS dikait-kaitkan dengan mitos
(anggapan yang salah). HIV/AIDS dikaitkan dengan lokalisasi pelacuran, zina,
gay dan dosa. Padahal, risiko tertular HIV terjadi jika seseorang melakukan perilaku
berisiko tinggi yaitu melalukan hubungan seks yang tidak aman di dalam dan di
luar nikah dengan pasangan yang berganti-ganti.
Biar
pun tidak ada gejala medis tapi pada rentang waktu itu orang-orang yang sudah
tertular tapi tidak menunjukkan gejala sudah bisa menularkan HIV kepada orang
lain melalui hubungan seks yang tidak aman di dalam dan di luar nikah,
transfusi darah, jarum suntik dan jarum tindik/tatto. Mereka ini pun
menjadi mata rantai penyebaran HIV.
Epidemi
HIV menjadi masalah besar di Indonesia karena selama ini yang berkembang di
masyarakat hanyalah mitos. Padahal, penularan HIV sama sekali tidak ada
kaitannya dengan zina, pelacuran dan gay. Buktinya, banyak yang tertular
melalui penggunaan jarum suntik.
Tapi,
karena masyarakat sudah terlanjur mempercayai mitos maka tidak ada lagi upaya
untuk melindungi diri secara aktif. Kasus HIV/AIDS yang terdeteksi di Indonesia
sebagian besar dari tes wajib terhadap pengguna narkoba dan survailans terhadap
pekerja seks.
Karena
HIV sudah terdeteksi di kalangan pekerja seks maka laki-laki yang melakukan
hubungan seks tanpa kondom dengan pekerja seks sudah berisiko tinggi tertular
HIV.
Jadi,
bukan hanya di Jawa Barat tapi di semua daerah ada kasus HIV/AIDS. Hanya saja
belum terdeteksi karena tidak ada mekanisme yang bisa mendeteksi kasus HIV di
masyarakat.
Yang
diperlukan sekarang bukan peraturan, tapi KIE (komunikasi, informasi dan
edukasi) yang objektif dan akurat tentang HIV/AIDS. Soalnya, selama ini materi
KIE tentang HIV/AIDS hanya berisi mitos sehingga menyesatkan masyarakat. ***
Catatan:
pernah dimuat di https://aidsmediawatch.wordpress.com/2009/08/21/tanggapan-terhadap-berita-di-harian-%E2%80%9Dberita-kota%E2%80%9D/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.