13 Juli 2017

Menyikapi Peringkat Kedua Kasus AIDS di Jawa Barat

Oleh: Syaiful W. Harahap
[Pemerhati berita HIV/AIDS di media massa melalui LSM (media watch) “InfoKespro” Jakarta]

Dalam laporan Ditjen PPM&PL, Depkes RI, tanggal 14 April 2008 tentang statistik kasus HIV/AIDS di Indonesia pada priode Januari-Maret 2008 dilaporkan 160 kasus AIDS (baru) di Jawa Barat. Dengan tambahan ini maka kasus AIDS di Jawa Barat mencapai 1.835 pada peringkat 2 secara nasional dari 33 provinsi. Beberapa faktor yang memicu penyebaran HIV di Jawa Barat sering luput dari perhatian.

Jika epidemi HIV di Jabar tidak ditangani secara komprehensif maka hal itu merupakan ’bom waktu’ yang kelak akan menjadi ledakan AIDS. Selama ini penanganan HIV/AIDS tidak menyentuh akar permasalahan karena selama ini yang dituding sebagai penyebar HIV adalah pekerja seks komersial (PSK). Maka, Satpol PP pun merazia PSK di ’lokalisasi’, jalanan, losmen, dan hotel melati. Sayang Satpol PP menutup mata terhadap PSK di hotel berbintang.

Selama ini ada anggapan bahwa yang menjadi sumber penularan HIV adalah PSK. Padahal, yang menularkan HIV kepada PSK adalah laki-laki yang dalam kehidupan sehari-hari bisa sebagai suami, ayah, pacar, lajang, duda, jejaka, remaja yang bekerja sebagai pegawai, karyawan, mahasiswa, pelajar, pengusaha, pejabat, pedagang, sopir, kondektur, pencopet, perampok, dll. Laki-laki yang menularkan HIV kepada pekerja seks itulah yang menjadi mata rantai penyebaran HIV antar penduduk bukan pekerja seks.

Biar pun lokalisasi pelacuran dibumihanguskan dan pelacur jalanan ditangkapi sama sekali tidak ada dampaknya secara langsung terhadap upaya penurunan kasus infeksi HIV baru di kalangan dewasa karena ’praktek pelacuran’ (baca: hubungan seks di dalam atau di luar nikah tanpa kondom dengan pasangan yang berganti-ganti atau dengan seseorang yang sering berganti-ganti pasangan) tetap terjadi di mana saja dan kapan saja. Praktek pelacuran bisa terjadi di rumah, tempat kos, hotel berbintang, taman, hutan, dll. merupakan kegiatan yang berisiko tinggi tertular HIV karena terjadi hubungan seks dengan pasangan yang berganti-ganti. Ada kemungkinan salah satu dari pasangan itu HIV-positif sehingga ada risiko penularan HIV.

Berita “6.300 Wanita Indramayu Jadi PSK di Pulau Batam” (Pikiran Rakyat, 5/11-2005), misalnya, sama sekali tidak dikaitkan dengan epidemi HIV. Padahal, kalau saja fakta itu dibawa ke realitas sosial maka akan lain maknanya. Andaikan 10 persen dari mereka tertular HIV maka ada 630 wanita Indramayu yang menjadi PSK di Batam sudah menjadi mata rantai penyebaran HIV secara horizontal ketika mereka kembali ke kampong halamannya. Bagi yang bersuami akan menularkan HIV kepada suaminya dalam ikatan pernikahan yang sah. Yang lain bisa juga melanjutkan pekerjaannya di daerahnya atau di daerah lain jika dia pindah ‘praktek’.

Persoalannya adalah penularan HIV terjadi secara diam-diam tanpa disadari karena orang-orang (laki-laki dan perempuan) yang sudah tertular HIV tidak merasakan ada gangguan kesehatan dan tidak pula ada tanda, gejala, dan ciri-ciri yang khas AIDS pada fisik mereka. Gejala baru muncul setelah masa AIDS yaitu pada kurun waktu antara 5-10 tahun setelah tertular. Pada rentang waktu ini terjadi penularan yang tidak disadari. Pada masa inilah terjadi penularan melalui: (a) hubungan seks tanpa kondom di dalam atau di luar nikah, (b) transfusi darah, jarum suntik, jarum tindik, jarum akupunktur, jarum tattoo, dan cangkok organ tubuh, (c) air susu ibu melalui proses menyusui. Orang-orang yang tertular pun tidak menyadari dirinya (baru) tertular HIV.

Penularan HIV melalui hubungan seks bisa terjadi di dalam atau di luar nikah kalau salah satu atau kedua-dua pasangan itu HIV-positif dan laki-laki tidak memakai kondom setiap kali melakukan hubungan seks. Sebaliknya, kalau satu pasangan dua-duanya HIV-negatif maka tidak ada risiko penularan HIV biar pun hubungan seks dilakukan di luar nikah, zina, melacur, jajan, selingkuh, ‘seks menyimpang’, ‘seks bebas’, dan homoseksual.

HIV adalah virus yang tergolong sebagai retrovirus yaitu virus yang bisa mengembangbiakkan diri di dalam sel-sel darah putih manusia. Dalam jumlah yang dapat ditularkan HIV terdapat dalam cairan darah (laki-laki dan perempuan), air mani (laki-laki, dalam sperma tidak ada HIV karena tidak ada limfosit), cairan vagina (perempuan), dan air susu ibu (perempuan).

Penularan HIV melalui darah bisa terjadi melalui transfusi darah, jarum suntik, jarum tindik, jarum akupunktur, jarum tattoo, alat-alat kesehatan, dan cangkok organ tubuh. Penularan HIV melalui ASI bisa terjadi melalui proses menyusui.

Mata rantai penyebaran HIV di Jabar khususnya dan di Indonesia umumnya didorong pula oleh penduduk lokal yang melakukan perilaku berisiko tinggi tertular HIV, seperti menjadi PSK, di daerahnya, luar daerahnya atau di luar negeri.

Perilaku berisiko tinggi tertular HIV adalah: (a) laki-laki atau perempuan yang sering melakukan hubungan seks di dalam atau di luar nikah tanpa kondom dengan pasangan yang berganti-ganti, dan (b) laki-laki atau perempuan yang sering melakukan hubungan seks di dalam atau di luar nikah dengan seseorang yang sering berganti-ganti pasangan, seperti pekerja seks.

Untuk memutus mata rantai penyebaran HIV perlu ditingkatkan upaya untuk mendorong agar orang-orang yang perilakunya berisiko tinggi tertular HIV mau menjalani tes HIV sukarela. Mereka itu adalah penduduk yang pernah melakukan perilaku berisiko tinggi tertular HIV yaitu: (a) laki-laki atau perempuan yang sering melakukan hubungan seks di dalam atau di luar nikah tanpa kondom dengan pasangan yang berganti-ganti, dan (b) laki-laki atau perempuan yang sering melakukan hubungan seks di dalam atau di luar nikah dengan seseorang yang sering berganti-ganti pasangan, seperti pekerja seks.

Makin banyak kasus HIV/AIDS yang terdeteksi maka kian banyak pula mata rantai penyebaran HIV yang dapat diputuskan. ***

Catatan: artikel ini pernah dimuat di https://aidsmediawatch.wordpress.com/2009/07/16/menyikapi-peringkat-kedua-kasus-aids-di-jawa-barat/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.