Oleh: Syaiful
W. Harahap
[Pemerhati berita HIV/AIDS di media
massa melalui LSM (media watch) “InfoKespro”
Jakarta]
Dalam laporan Ditjen
PPM&PL, Depkes RI, tanggal 14 April 2008 tentang statistik kasus HIV/AIDS
di Indonesia pada priode Januari-Maret 2008 dilaporkan 160 kasus AIDS (baru) di
Jawa Barat. Dengan tambahan ini maka kasus AIDS di Jawa Barat mencapai 1.835
pada peringkat 2 secara nasional dari 33 provinsi. Beberapa faktor yang memicu
penyebaran HIV di Jawa Barat sering luput dari perhatian.
Jika
epidemi HIV di Jabar tidak ditangani secara komprehensif maka hal itu merupakan
’bom waktu’ yang kelak akan menjadi ledakan AIDS. Selama ini penanganan
HIV/AIDS tidak menyentuh akar permasalahan karena selama ini yang dituding
sebagai penyebar HIV adalah pekerja seks komersial (PSK). Maka, Satpol PP pun
merazia PSK di ’lokalisasi’, jalanan, losmen, dan hotel melati. Sayang Satpol
PP menutup mata terhadap PSK di hotel berbintang.
Selama
ini ada anggapan bahwa yang menjadi sumber penularan HIV adalah PSK. Padahal,
yang menularkan HIV kepada PSK adalah laki-laki yang dalam kehidupan
sehari-hari bisa sebagai suami, ayah, pacar, lajang, duda, jejaka, remaja yang
bekerja sebagai pegawai, karyawan, mahasiswa, pelajar, pengusaha, pejabat,
pedagang, sopir, kondektur, pencopet, perampok, dll. Laki-laki yang menularkan
HIV kepada pekerja seks itulah yang menjadi mata rantai penyebaran HIV antar
penduduk bukan pekerja seks.
Biar
pun lokalisasi pelacuran dibumihanguskan dan pelacur jalanan ditangkapi sama
sekali tidak ada dampaknya secara langsung terhadap upaya penurunan kasus
infeksi HIV baru di kalangan dewasa karena ’praktek pelacuran’ (baca: hubungan
seks di dalam atau di luar nikah tanpa kondom dengan pasangan yang
berganti-ganti atau dengan seseorang yang sering berganti-ganti pasangan) tetap
terjadi di mana saja dan kapan saja. Praktek pelacuran bisa terjadi di rumah,
tempat kos, hotel berbintang, taman, hutan, dll. merupakan kegiatan yang
berisiko tinggi tertular HIV karena terjadi hubungan seks dengan pasangan yang
berganti-ganti. Ada kemungkinan salah satu dari pasangan itu HIV-positif
sehingga ada risiko penularan HIV.
Berita
“6.300 Wanita
Indramayu Jadi PSK di Pulau Batam” (Pikiran
Rakyat, 5/11-2005), misalnya, sama sekali tidak dikaitkan dengan epidemi
HIV. Padahal, kalau saja fakta itu dibawa ke realitas sosial maka akan lain
maknanya. Andaikan 10 persen dari mereka tertular HIV maka ada 630 wanita
Indramayu yang menjadi PSK di Batam sudah menjadi mata rantai penyebaran HIV
secara horizontal ketika mereka kembali ke kampong halamannya. Bagi yang
bersuami akan menularkan HIV kepada suaminya dalam ikatan pernikahan yang sah.
Yang lain bisa juga melanjutkan pekerjaannya di daerahnya atau di daerah lain
jika dia pindah ‘praktek’.
Persoalannya
adalah penularan HIV terjadi secara diam-diam tanpa disadari karena orang-orang
(laki-laki dan perempuan) yang sudah tertular HIV tidak merasakan ada gangguan
kesehatan dan tidak pula ada tanda, gejala, dan ciri-ciri yang khas AIDS pada
fisik mereka. Gejala baru muncul setelah masa AIDS yaitu pada kurun waktu
antara 5-10 tahun setelah tertular. Pada rentang waktu ini terjadi penularan
yang tidak disadari. Pada masa inilah terjadi penularan melalui: (a) hubungan
seks tanpa kondom di dalam atau di luar nikah, (b) transfusi darah, jarum
suntik, jarum tindik, jarum akupunktur, jarum tattoo, dan cangkok organ tubuh,
(c) air susu ibu melalui proses menyusui. Orang-orang yang tertular pun tidak
menyadari dirinya (baru) tertular HIV.
Penularan
HIV melalui hubungan seks bisa terjadi di dalam atau di luar nikah kalau salah
satu atau kedua-dua pasangan itu HIV-positif dan laki-laki tidak memakai kondom
setiap kali melakukan hubungan seks. Sebaliknya, kalau satu pasangan dua-duanya
HIV-negatif maka tidak ada risiko penularan HIV biar pun hubungan seks
dilakukan di luar nikah, zina, melacur, jajan, selingkuh, ‘seks menyimpang’,
‘seks bebas’, dan homoseksual.
HIV
adalah virus yang tergolong sebagai retrovirus yaitu virus yang bisa
mengembangbiakkan diri di dalam sel-sel darah putih manusia. Dalam jumlah yang
dapat ditularkan HIV terdapat dalam cairan darah (laki-laki dan perempuan), air
mani (laki-laki, dalam sperma tidak ada HIV karena tidak ada limfosit), cairan
vagina (perempuan), dan air susu ibu (perempuan).
Penularan
HIV melalui darah bisa terjadi melalui transfusi darah, jarum suntik, jarum
tindik, jarum akupunktur, jarum tattoo, alat-alat kesehatan, dan cangkok organ
tubuh. Penularan HIV melalui ASI bisa terjadi melalui proses menyusui.
Mata
rantai penyebaran HIV di Jabar khususnya dan di Indonesia umumnya didorong pula
oleh penduduk lokal yang melakukan perilaku berisiko tinggi tertular HIV,
seperti menjadi PSK, di daerahnya, luar daerahnya atau di luar negeri.
Perilaku
berisiko tinggi tertular HIV adalah: (a) laki-laki atau perempuan yang sering
melakukan hubungan seks di dalam atau di luar nikah tanpa kondom dengan
pasangan yang berganti-ganti, dan (b) laki-laki atau perempuan yang sering
melakukan hubungan seks di dalam atau di luar nikah dengan seseorang yang
sering berganti-ganti pasangan, seperti pekerja seks.
Untuk
memutus mata rantai penyebaran HIV perlu ditingkatkan upaya untuk mendorong
agar orang-orang yang perilakunya berisiko tinggi tertular HIV mau menjalani
tes HIV sukarela. Mereka itu adalah penduduk yang pernah melakukan perilaku
berisiko tinggi tertular HIV yaitu: (a) laki-laki atau perempuan yang sering
melakukan hubungan seks di dalam atau di luar nikah tanpa kondom dengan
pasangan yang berganti-ganti, dan (b) laki-laki atau perempuan yang sering
melakukan hubungan seks di dalam atau di luar nikah dengan seseorang yang
sering berganti-ganti pasangan, seperti pekerja seks.
Makin
banyak kasus HIV/AIDS yang terdeteksi maka kian banyak pula mata rantai
penyebaran HIV yang dapat diputuskan. ***
Catatan:
artikel ini pernah dimuat di https://aidsmediawatch.wordpress.com/2009/07/16/menyikapi-peringkat-kedua-kasus-aids-di-jawa-barat/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.