Tanggapan
terhadap berita HIV/AIDS di Harian “Jawa Pos”
Oleh:
Syaiful W. Harahap
[Sumber: Newsletter ”InfoAIDS” edisi No. 7/Mei 2009]
“MUI Berencana Kumpulkan Gay”, Harian
“Jawa Pos”, 29 April 2009. Berita
yang diterbitkan di Harian “Jawa Pos”
, “Rakyat Merdeka Online”, dan Harian
“Radar Tasikmalaya” ini sensasional
karena bertolak dari sudut pandang moralitas.
Secara
kasat mata kalangan homoseksual (gay pada laki-laki dan lesbian pada perempuan)
yaitu orang-orang dengan orientasi seks sesama jenis tidak bisa dikenali.
Mereka ini dikenali ketika mereka menyatakan dirinya sebagai homoseksual.
Disebutkan
tujuan mengumpulkan ‘lelaki penyuka lelaki’ itu untuk memberikan pembinaan dan
pencerahan agar mereka ‘kembali ke jalan yang benar’. Ini bertolak dari norma
karena sudut pandang yang normatif. Yang normal adalah heteroseksual (laki-laki
suka perempuan atau sebaliknya).
Padahal,
dalam kenyataannya banyak variasi. Penelitian di Surabaya menunjukkan banyak
suami yang melakukan hubungan seks dengan waria. Ini mereka sebut tidak
mengingkari cinta karena tidak dilakukan dengan perempuan.
Begitu
pula dengan perempuan yang berteman dengan waria tidak digunjingkan karena ada
anggapan waria selalu berperan sebagai perempuan. Padahal, waria tetap bisa
sebagai laki-laki.
Dalam
kaitan epidemi HIV yang menjadi masalah besar adalah laki-laki heteroseksual
yang menjadi biseksual karena mereka merupakan jembatan penyebaran HIV dalam
kalangan berisiko ke rumah tangga.
Yang
dikhawatirkan adalah ada anggapan bahwa waria merupakan gay karena yang banyak
tampak di tempat umum adalah waria. Ini menyesatkan.
Disebutkan
“ …. seorang lelaki menjadi gay karena penyakit mental.” Ini tidak akurat
karena dalam kontek hubungan seks semua orientasi seks merupakan bagian dari
kehidupan. Orientasi seks yang dianggap tidak normal karena kaca mata yang
dipakai adalah norma. Celakanya, norma hanya dipakai untuk seks. Sedangkan
untuk perilaku yang merugikan orang lain, seperti mencuri, merampok, memperkosa,
mendholimi rakyat, korupsi, dll. tidak dikaitkan dengan moral.
Disebutkan
pula bahwa fenomena gay merupakan akibat buruk dari sistem demokrasi dan
kapitalisme. Ini tidak akurat karena orientasi seks suka sesama jenis sudah ada
sejak zaman Nabi Luth. Di negara-negara yang menerapkan kitab suci agama
sebagai UUD pun tetap saja ada orientasi seks suka sesama jenis.
Karena
kasus HIV/AIDS di Kabupaten dan Kota Tasikmalaya terus terdeteksi maka yang
perlu mendapat pencerahan adalah orang-orang yang sering melakukan hubungan
seks di dalam atau di luar nikah dengan pasangan yang berganti-ganti satau
dengan orang yang sering berganti-ganti pasangan agar mereka selalu memakai
kondom. *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.