Tanggapan
terhadap berita HIV/AIDS di Harian “ANALISA”,
Medan
Oleh:
Syaiful W. Harahap
[Sumber:
Newsletter ”InfoAIDS” edisi No.
5/Maret 2009]
“58 Pasien Baru HIV/AIDS Dirawat di RSUP
Adam Malik”, Harian “ANALISA”,
Medan, 17 Maret 2009. Berita ini tidak ada istimewanya karena hanya fakta
belaka tanpa ada analisis sebagai realitas sosial. Pembaca (masyarakat) tidak
melihat kepentingan mereka (signifikansi) terhadap fakta yang diberitakan.
Tapi,
akan lain kalau fakta tentang 58 pasien baru HIV/AIDS itu dibawa ke realitas
sosial. Misalnya, menggambarkan mata rantai penyebaran HIV dari fakta itu. Dari
kasus itu ada 48 laki-laki. Mereka inilah yang menjadi mata rantai penyebaran
HIV secara horizontal antar penduduk tanpa mereka sadari. Yang beristri
menularkan HIV kepada istrinya atau pasangan seks lain atau pekerja seks. Yang
tidak beristri menularkan HIV kepada pasangan seksnya atau pekerja seks. mereka
ini dalam kehidupan sehari-hari bisa sebagai seorang suami, duda, lajang atau
remaja yang bekerja sebagai pegawai, karyawan, pedagang, pelajar, mahasiswa,
rampok, dll.
Jika
48 laki-laki tadi mempunyai pasangan seks lebih dari satu maka ada risiko
tertular di kalangan masyarakat melalui hubungan seks tanpa kondom di dalam
atau di luar nikah, transfusi darah, jarum suntik dan alat-alat kesehatan.
Semua terjadi tanpa disadari karena tidak ada tanda, gejala atau ciri-ciri yang
khas AIDS pada fisik mereka sebelum mencarai pada AIDS (antara 5-15 tahun
setelah tertular HIV).
Realitas
sosial terkait epidemi HIV inilah yang sering tidak muncul sehingga masyarakat
tidak memahami penyebaran HIV dengan akurat. Selama ini yang berkembang adalah
mitos (anggapan yang salah) yaitu menyebutkan pekerja seks sebagai penyebar
HIV. Padahal, yang menularkan HIV kepada pekerja seks adalah laki-laki. Bisa
saja terjadi ada di antara 48 kasus yang ditangani RS Adam Malik itu.
Dalam
berita tidak disebutkan bagaimana kasus baru itu terdeteksi. Apakah mereka
terdeteksi ketika berobat karena sudah mencapai masa AIDS atau terdeteksi
melalui VCT (tes sukarela). Kalau kasus-kasus itu terdeteksi pada masa AIDS
maka antara 5-15 tahun sebelum terdeteksi mereka sudah menularkan HIV kepada
orang lain tanpa mereka sadari.
Disebutkan
“ …. seks bebas/tidak aman ….” Ini menyesatkan karena penularan HIV melalui
hubungan seks bukan terjadi karena sifat hubungan seks (di luar nikah, melacur,
dll.), tapi karena kondisi hubungan seks (salah satu atau kedua-dua pasangan
itu HIV-positif dan laki-laki tidak memakai kondom setiap kali melakukan
sanggama). *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.