Oleh: Syaiful W. HARAHAP
“Awas, Jangan ‘Jajan’ Sembarangan di Tretes, Pasuruan, Empat
Wanita Derita Penyakit Mengerikan” Ini judul berita di suryamalang.tribunnews.com (17/5-2017).
Judul ini menunjukkan tingkat pemahaman sebagian wartawan dan redaktur terkait
dengan HIV/AIDS sebagai fakta medis. Tretes adalah tempat rekreasi berhawa
sejuk yang terkenal terletak di lereng Gunung Welirang di Kabupaten Pasuruan,
Jawa Timur.
Pertama,
tidak ada tanda-tanda, ciri-ciri atau gejala-gejala penyakit (yang mengerikan)
pada fisik orang-orang yang mengidap HIV/AIDS. Bahkan, sampai pada masa AIDS
pun (secara statistik antara 5-15 tahun setelah tertular HIV) tidak otomatis
ada gejala penyakit, disebut infeksi oportunistik, yang mengerikan pada fisik
Odha (Orang dengan HIV/AIDS). Kalaupun kemudian ada infeksi oportunistik itu
adalah penyakit yang umum, seperti diare, TB, dll. Bukan khas penyakit AIDS.
Kedua,
dengan temuan 4 PSK idap HIV/AIDS berarti ada 4 laki-laki, bisa saja penduduk
Tretes, yang idap HIV/AIDS juga yaitu yang menularkan HIV ke PSK. Dalam
kehidupan sehari-hari laki-laki tsb. bisa sebagai seorang suami, pacar,
selingkuhan, lajang, duda, pelajar, dll. Dengan status HIV-positif di
masyarakat mereka jadi mata rantai penular HIV, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di
dalam dan di luar nikah.
Ketiga, bisa jadi sudah ratusan bahkan bisa ribuan laki-laki yang
lakukan seks tanpa kondom dengan 4 PSK pengidap HIV/AIDS. Ketika HIV terdeteksi
pada PSK itu artinya mereka sudah tertular HIV minimal 3 bulan. Bisa jadi
mereka sudah tertular HIV jauh sebelum tertangkap Satpol PP. Dalam
kehidupan sehari-hari laki-laki tsb. bisa sebagai seorang suami, pacar,
selingkuhan, lajang, duda, pelajar, dll. Dengan status HIV-positif di
masyarakat mereka jadi mata rantai penular HIV, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di
dalam dan di luar nikah.
Keempat, peringatan yang sampaikan suryamalang.tribunnews.com itu terlambat sudah karena sudah banyak laki-laki
yang ‘jajan’ tanpa pakai kondom ke 4 PSK pengidap HIV/AIDS itu. Yang perlu
diingatkan adalah laki-laki yang pernah lakukan seks tanpa kondom dengan PSK di
Tretes sebelum razia. Mereka dianjurkan lakukan tes HIV di Klinik-klinik VCT
yang tersebar di puskesmas dan rumah sakit umum daerah.
Namun, perlu diingatkan bahwa tes
HIV dengan reagent ELISA hasilnya akurat jika dilakukan setelah tiga bulan
lebih seks yang terakhir tanpa kondom dengan PSK atau perempuan lain.
Kelima, ada lima media yang memberitakan temuan PSK pengidap
HIV/AIDS di Tretes, yaitu: (1) detikNews:
Empat PSK Tretes Kembali Ditemukan Positif
HIV/AIDS; (2) sindonews.com: 4 PSK
Tretes Positif Mengidap HIV/AIDS; (3) beritajatim.com:
Razia
di Tretes, 4 PSK Dinyatakan HIV/AIDS; (4) sigap88.com:
12 PSK TRETES Diamankan,4 PSK
Dinyatakan Positif HIV; dan (5) suryamalang.tribunnews.com:
Awas, Jangan ‘Jajan’ Sembarangan di
Tretes, Pasuruan, Empat Wanita Derita Penyakit Mengerikan. Celakanya, tak
satupun dari lima media ini yang menggambarkan realitas sosial terkait dengan
penemuan 4 PSK pengidap HIV/AIDS di Tretes itu.
Salah satu sudut Tretes di lereng G Welirang
(Sumber: kaskus.co.id)
Realitas
sosial yang dimaksud adalah kaitan temuan 4 PSK pengidap HIV/AIDS tsb. dengan
penyebaran HIV di masyarakat (Lihat Gambar). Laki-laki yang menularkan HIV ke
PSK dan laki-laki yang kemudian tertular HIV dari PSK akan jadi mata rantai
penular HIV di masyarakat, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di
dalam dan di luar nikah.
Kasus
HIV/AIDS yang terdeteksi pada ibu-ibu hamil menjadi bukti ada laki-laki
pengidap HIV yaitu yang tularkan HIV ke PSK di Tretes dan laki-laki yang
tertular HIV dari PSK Tretes. Peraturan Daerah (Perda) tentang penanggulangan
AIDS Kabupaten Pasuruan pun tidak memberikan langkah-langkah yang konkret dalam
menanggulangi (penyebaran) HIV/AIDS (Perda AIDS Kab Pasuruan).
Terkait dengan pelacuran selalu
saja ada penolakan dan penyangkalan tentang daerah asal PSK. Seperti yang
disampaikan oleh Kasatpol PP Kabupaten Pasuruan, Yudha Tri Widya Sasongko ini:
"Para PSK ini berasal dari luar Pasuruan, yaitu seperti Probolinggo,
Malang, Surabaya, Lumajang, Cilacap, dan Bandung." (beritajatim.com). Secara
sosiologis praktek PSK berpindah-pindah al. dengan bantuan germo atau mucikari
agar tetap jadi ‘barang baru’ di tempat praktek baru.
Yang perlu diingat yang jadi soal besar bukan
asal-usul PSK karena biar pun PSK-nya dari planet lain yang jelas PSK pengidap
HIV/AIDS sudah menularkan HIV ke laki-laki yang lakukan seks tanpa kondom. * [kompasiana.com/infokespro] *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.