17 Juli 2015

Khawatir Kena AIDS Karena Terbiasa Mengisap Puting Susu

Tanya Jawab AIDS No 2/Juli 2015

Oleh: Syaiful W. HarahapAIDS Watch Indonesia

Pengantar. Tanya-Jawab ini adalah jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang dikirim melalui surat, telepon, SMS, dan e-mail. Jawaban disebarluaskan tanpa menyebut identitas yang bertanya dimaksudkan agar semua pembaca bisa berbagi informasi yang akurat tentang HIV/AIDS. Yang ingin bertanya, silakan kirim pertanyaan ke Syaiful W. Harahap di AIDS Watch Indonesia” (http://www.aidsindonesia.com) melalui: (1) Surat ke PO Box 1244/JAT, Jakarta 13012, (2) Telepon (021) 4756146 dan (021) 8566755, (3) e-mail aidsindonesia@gmail.com, dan (4) SMS 08129092017. Redaksi.

*****

Tanya: Dulu saya pernah ML (making love yaitu hubungan seksual) ketika masih bersekolah. Sekarang umur saya 23 tahun. Sampai umur ini saya tidak mengalami demam dan diare panjang. Sejak itu saya tidak pernah ML lagi, tapi hanya mengisap puting dan ciuman. Beberapa waktu yl. saya kena jamur di bibir. Kata dokter karena infeksi  di pencernaan. Tapi, saya khawatir karena saya baca di Internet jamur terkait dengan HIV/AIDS. Biar pun jamur sembuh, tapi saya kehilangan semangat hidup. Jujur saya sangat menyesal dengan apa yang sudah pernah saya perbuat. Biar pun sampai saat ini tidak ada gejala-gejala mayor dan minor terkait HIV/AIDS, tapi jujur saya sangat khawatir dan semangat hidup saya pun hilang. (1) Apa yang harus saya perbuat?

Mr “X” (via SMS 21/4-2015)

Jawab: (1) Memang probabilitas tertular HIV melalui hubungan seksual dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom adalah 1:100. Artinya, dalam 100 kali hubungan seskual dengan pengidap HIV/AIDS ada 1 kali kemungkinan terjadi penularan. Persoalannya adlah tidak bisa diketahui pada hubungan seksual yang keberapa terjadi penularan. Bisa yang pertama, kedua, ketujuh, ketiga puluh, bahkan yang keseratus.

Nah, masalah besar yang Anda hadapi adalah Anda tidak mengetahui status pasangan Anda. Kalau dia HIV-negatif, maka Anda aman. Tapi, kalau dia mengidap HIV/AIDS maka Anda berisiko tertular HIV.

Jamur tidak otomatis gejala terkait HIV/AIDS, apalagi jamur yang Anda derita bisa sembuh.

Kebiasaan Anda mengisap puting juga bisa berisiko tertular HIV karena di air susi ibu (ASI) ada HIV yang bisa ditularkan. Maka, kalau perempuan yang Anda isap putingnya mengidap HIV/AIDS ada risiko penularan HIV.

Ciuman pun akan berisiko jika lawan ciuman mengidap HIV/AIDS ketika dia mengidap sariawan karena ada infeksi di rongga mulut.

Jika virus (HIV) sudah masuk ke dalam tubuh, maka tidak ada lagi artinya penyesalan karena semua jenis virus yang masuk ke tubuh tidak bisa dimatikan di dalam tubuh. Jika Anda terus was-was silakan tes HIV ke Klinik VCT di RSU di kota Anda. *** 

Ilustrasi (Repro: family.fimela.com)

15 Juli 2015

Mudik (PSK + Laki-laki Hidung Belang) Mendorong Penyebaran HIV/AIDS dengan Skala Nasional



* Pemerintah daerah ‘pemasok’ PSK dianjurkan kerja sama dengan pemerintah daerah tempat PSK beroperasi ....

Oleh Syaiful W. Harahap - AIDS WatchIndonesia

Realitas sosial menunjukkan pekerja seks komersial (PSK), baik PSK langsung (PSK yang kasat mata, al. di lokasi atau lokalisasi pelacuran dan di jalanan) dan PSK tidak langsung (PSK yang tidak kasat mata, seperti cewek pemijat, cewek kafe, cewek pub, anak sekolah, ayam kampus, cewek panggilan, cewek gratifikasi seks, dll.) akan ‘bekerja’ di luar daerah asalnya.

Ketika ada hari libur panjang, seperti Lebaran dan Natalan, PSK langsung dan PSK tidak langsung serta laki-laki ‘hibung belang’ pun ramai-ramai pula pulang kampung. Beberapa daerah yang menjadi ‘tujuan praktek pelacuran’ secara massal al. Sumut, Riau, Kepulauan Riau, Kalbara, Kalsel, Kalteng, Kaltim, Bali, NTB, NTT, Sulsel, Sultara, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat.

Daerah ‘Tujuan Praktek Pelacuran’

Laporan Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, tanggal 12 Februari 2015 menyebutkan jumlah kasus kumulatif HIV/AIDS mulai dari tahun 1987 sampai 31 Desember 2014 adalah 225.928 yang terdiri atas 160.138 HIV dan 65.790 AIDS dengan 11.801 kematian. Angka yang dilaporkan ini tidak menggarkan realitas kasus di masyarakat karena penyebaran HIV/AIDS erat kaitannya dengan fenomena gunung es. Kasus yang dilaporkan (225.928) digambarkan sebagai puncak gunung es yang muncul ke atas permukaan air laut, sedangkan kasus yang tidak terdeteksi di masyarakat digambarkan sebagai bongkahan es di bawah permukaan air laut.

Jika di antara mereka yang mudik itu ada yang mengidap HIV/AIDS, maka ada beberapa ‘pintu masuk’ penyebaran HIV/AIDS di kampung halaman mereka, al.

(1) PSK langsung dan PSK tidak langsung yang bersuami akan menularkan HIV/AIDS ke suaminya. Selanjutnya, ketika PSK tsb. kembali ke tempat kerjanya atau ke tempat kerja baru, maka ada di antara suami-suami itu yang menularkan HIV ke pasangan selingkuh atau istri lain serta ke PSK di kampung itu.

(2) PSK langsung dan PSK tidak langsung yang tidak bersuami tapi punya pasangan, seperti pacar, akan menularkan HIV/AIDS ke pasangan atau pacarnya. Selanjutnya, ketika PSK tsb. kembali ke tempat kerjanya atau ke tempat kerja baru, maka ada di antara pacar itu yang menularkan HIV ke pasangan perempuan lain atau ke PSK di kampung itu.

(3) PSK langsung dan PSK tidak langsung ada yang buka ‘praktek’ di kampung halamannya sehingga laki-laki yang ngeseks dengan mereka tanpa memakai kondom berisiko tertular HIV/AIDS jika di antara PSK yang ‘praktek’ itu ada yang mengidap HIV/AIDS.

(4) Laki-laki ‘hidung belang’ yang mengidap HIV/AIDS karena sering ngeseks tanpa memakai kondom dengan PSK langsung dan PSK tidak langsung di seluruh Nusantara dan di luar negeri akan menularkan HIV ke istrinya atau ke perempuan lain juga ke PSK di kampung halamannya.

Dari empat ‘pintu masuk’ di atas hanya sedikit yang bisa dilakukan upaya penanganan yaitu menurunkan risiko penyebaran HIV/AIDS di kampung halaman PSK dan laki-laki ‘hidung belang’ yaitu intervensi terhadap PSK langsung. Ini pun hanya bisa dilakukan jika ada kerja sama antara daerah-daerah asal PSK langsung dengan pemerintah di daerah-daerah ‘tujuan praktek pelacuran’.

Pendampingan Daerah Asal

Namun, hal itu juga sangat kecil kemungkinannya karena di banyak daerah ‘tujuan praktek pelacuran’ PSK langsung tidak dilokalisir dengan regulasi. Artinya, di beberapa tempat di daerah ‘tujuan praktek pelacuran’ hanya ada tempat atau lokasi pelacuran yang dibiarkan dengan pengawasan setengah hati dan bermuka munafik dengan balutan moral.

Kalau pemerintah di daerah ‘tujuan praktek pelacuran’ melokalisir pelacuran dengan regulasi, maka pemerintah daerah ‘pemasok’ PSK langsung menjalankan kerja sama melakukan survailans tes IMS secara rutin (infeksi menular seksual yaitu penyakit-penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual, dengan kondisi laki-laki tidak pakai kondom, seperti kencing nanah/GO, raja singa/sifilis, virus hepatitis B, klamidia, herpes genitalis, jengger ayam, dll.). Selanjutnya jika ada kasus IMS terdeteksi, maka dilanjutkan dengan survailans tes HIV.

Kalau dalam survailans tes HIV ada contoh darah yang reaktif, maka dilanjutkan dengan tes HIV melalui konseling sebelum dan sesudah tes HIV. Inilah yang menjadi ranah kerja sama yiatu PSK langsung yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS didampingi oleh konselor bisa dari daerah asal PSK atau konselor di daerah ‘tujuan praktek pelacuran’.

Pendampingan ini dimaksudkan sebagai salah satu langkah intervensi untuk memastikan PSK langsung tsb. tidak akan menjadi mata rantai penyebaran jika kelak ybs. pulang kampung dengan berbagai alasan.

Jika pemerintah daerah yang menjadi ‘pemasok’ PSK langsung tidak menjalan kerja sama dengan pemeintah di daerah-daerah ‘tujuan praktek pelacuran’, maka PSK langsung yang berasal daerai daerah ‘pemasok’ akan menjadi mata rantai penyebaran IMS atau HIV/AIDS atau dua-duanya sekaligus.

Maka, selesai mudik PSK langsung kembali ke ‘tujuan praktek pelacuran’ semula atau yang baru dengan meninggalkan HIV/AIDS pada suami atau laki-laki lain di kampung halamannya dan suami atau laki-laki lain di kampung halamannya yang tertular HIV pun menjadi mata rantai baru penyebaran IMS atau HIV/AIDS atau dua-duanya sekaligus.

Maka, kasus HIV/AIDS pun terus bertambah ibarat ‘deret ukur’ yang al. bisa dilihat dari kasus-kasus HIV/AIDS yang terdeteksi pada ibu-ibu rumah tangga. Ini kelak akan bermuara pada ‘ledakan AIDS’. *** 

13 Juli 2015

Cari Obat Cegah HIV Setelah Ngeseks dengan PSK

Oleh Syaiful W. Harahap-AIDSWatch Indonesia

Tanya Jawab AIDS No 1 /Juli 2015

Pengantar. Tanya-Jawab ini adalah jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang dikirim melalui surat, telepon, SMS, dan e-mail. Jawaban disebarluaskan tanpa menyebut identitas yang bertanya dimaksudkan agar semua pembaca bisa berbagi informasi yang akurat tentang HIV/AIDS. Yang ingin bertanya, silakan kirim pertanyaan ke Syaiful W. Harahap di AIDS Watch Indonesia” (http://www.aidsindonesia.com) melalui: (1) Surat ke PO Box 1244/JAT, Jakarta 13012, (2) Telepon (021) 4756146 dan (021) 8566755, (3) e-mail aidsindonesia@gmail.com, dan (4) SMS 08129092017. Redaksi.

*****

Tanya: Saya, pemuda 24 tahun, pernah ML (making love yaitu hubungan seksual) dengan pekerja seks komersial (PSK) tanpa memakai kondom. Saya takut tertular HIV/AIDS. (1) Apakah saya bisa ditolong dengan pengobatan dokter agar tidak tertular HIV/AIDS? Saya baca di Internet ada obat yang diminum agar tidak tertular HIV sebelum 72 jam. (2) Di mana saya bisa membeli obat itu? Tolong saya, Mas, walaupun biaya pengobatannya besar. Sungguh saya sangat menyesal.

A (via SMS, 14/4-2015)

Jawab: Pertama, PSK adalah orang yang berisiko tinggi tertular HIV karena dia melakukan hubungan seksual, kebanyakan dengan kondisi laki-laki tidak pakai kondom, dengan laki-laki yang berganti-ganti. Bisa saja ada di antara laki-laki tsb. yang mengidap HIV/AIDS sehingga PSK tsb. berisiko tertular HIV.

Kedua, persoalannya adalah seseorang yang sudah tertular HIV tidak bisa dikenali dari ciri-ciri fisik. Sehingga ngeseks dengan PSK tanpa memakai kondom adalah perilaku yang berisiko tinggi tertular HIV.

Ketiga, kalau PSK tsb. mengidap HIV/AIDS, maka risiko Anda adalah 1:100. Artinya, dari 100 kali hubungan seksual tanpa memakai kondom dengan yang mengidap HIV/AIDS ada 1 kali kemungkinan tertular. Masalahnya, tidak bisa diketahui pada hubungan seksual yang ke berapa terjadi penularan. Bisa yang pertama, kedua, keeam, kesebelas, kedua puluh, kelima puluh, kesembilan puluh, bahkan bisa pada hubungan seksual yang ke-100.

(1) Jika virus (HIV) sudah masuk ke dalam tubuh melalui hubungan seksual Anda dengan PSK tsb., maka HIV akan terus ada di dalam darah Anda sepanjang hidup. Tidak ada obat yang bisa mencegah penularan HIV, apalagi HIV sudah di dalam darah maka HIV akan langsung menggandakan diri karena HIV adalah virus yang tergolong retrovirus yaitu virus yang menggandakan diri. HIV menggandakan diri di sel darah putih manusia. Sel ini dikenal sebagai benteng untuk sistem kekebalan tubuh. HIV menggandakan diri antara 10 miliar sampai 1 triliun per hari di dalam darah. Virus-virus yang baru kemudian menggandakan diri lagi. Begitu seterusnya sampai pada tahap imunitas rendah sehingga mudah kena panyakit. Ini dikenal sebagai masa AIDS yang secara statistik terjadi antara 5-15 tahun setelah tertular HIV. Dan, penyakit-penyakit itulah kemudian, disebut infeksi oportunistik, yang menyebabkan kematian, al. diare dan TB.

(2) Tentang obat tsb. apakah bisa mencegah HIV setelah HIV masuk ke dalam tubuh dan di mana dijual, maaf, bukan ranah kami. Maka, silakan ditanya ke dokter atau ke Klinik VCT di rumah-rumah sakit pemerintah. ***