Oleh Syaiful W. Harahap - AIDS Watch Indonesia
* Dianjurkan agar laki-laki yang sudah
pernah ngeseks dengan artis AA periksakan diri ke dokter dan tes HIV ....
Penyebaran
penyakit-penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual tanpa kondom di
dalam dan di luar nikah, disebut IMS (infeksi menular seksual, seperti kencing
nanah/GO, raja singa/sifilis, virus hepatitis B, klamidia, herpes genitalis,
jengger ayam, kanker serviks, dll.) serta HIV/AIDS kian tidak terkendali di
Indonesia karena praktek pelacuran yang tidak dilokalisir.
Laporan
Ditjen PP & PL, Kemenkes RI tanggal 12 Februari 2015 menyebutkan jumlah
kasus kumulatif HIV/AIDS sampai tanggal 31 Desember 2014 adalah 225.928 yang
terdiri atas 160.138 HIV dan 65.790 AIDS dengan 11.801 kematian. Angka-angka
ini tidak menggambar kasus HIV/AIDS yang sebenarnya ada di masyarakat.
Seperti
kasus yang baru dibongkar Polres Jakarta Selatan ini: “Artis AA Biasa ‘Dijual’ ke Pejabat dan
Pengusaha” (rimanews.com, 9/5-2015).
Risiko penyebaran ‘penyakit kelamin’ dan HIV/AIDS di
Indonesia, khususnya Jakarta, kian besar karena berdasarkan keterangan mucikari
RA ke polisi disebutkan bahwa “Selain AA, mucikari punya 200 PSK
artis.” (merdeka.com, 10/5-2015).
Kalau setiap “PSK artis” ini juga melayani 3-5 laki-laki setiap
hari, maka setiap hari ada 600 – 1.000 laki-laki yang berisiko menularkan dan
tertular IMS atau HIV/AIDS atau dua-duanya sekaligus.
Sengaja Menularkan
Yang
menjadi pertanyaan besar adalah: Apakah artis “AA” meminta atau memaksa
laki-laki memakai kondom ketika melakukan hubungan seksual?
Jika
berpijak pada jumlah rupiah yang dibayarkan oleh laki-laki ‘hidung belang’
antara Rp 80 juta – Rp 200 juta adalah hal yang mustahil laki-laki akan memakai
kondom. Tentu saja mereka menolak karena merasa rugi besar, “Sudah bayar mahal koq penis dibungkus.”
Maka,
hubungan seksual antara artis “AA” dan 200 “artis” lain dengan puluhan bahkan
ratusan laki-laki yang ngeseks dengan
bayaran puluhan sampai ratusan juta rupiah ada risiko penularan IMS atau
HIV/AIDS atau dua-duanya sekaligus.
Dalam
kaitan penyebaran ‘penyakit kelamin’ dan HIV/AIDS artis “AA” dan 200 “artis”
lain merupakan korban karena posisi tawar dia yang sangat rendah ketika
berhadap dengan mucikari dan laki-laki yang membayar puluhan sampai ratusan
juta rupiah sekali ngeseks untuk short time tiga jam.
IMS
pada perempuan hampir tidak ada gejalanya
yang khas berupa rasa sakit sehingga perempuan yang tertular GO atau
sifilis, misalnya, kadang-kadang hanya keputihan. Dan, di kalangan PSK mereka
membeli obat di kaki lima atau ramuan jamu. Gejalanya memang hilang, tapi
penyakit tetap ada dalam tubuh mereka.
Begitu
juga dengan HIV/AIDS tidak ada gejala yang khas AIDS pada laki-laki dan
perempuan selama bertahun-tahun. Secara statistik gejala yang khas AIDS baru
muncul pada masa AIDS setelah tertular HIV antara 5-15 tahu kemudian. Tapi,
biar pun tidak ada gejala seorang yang mengidap HIV/AIDS sudah bisa menularkan
HIV kepada orang lain, al. melalui hubungan seskual (seks vaginal, seks anal
dan seks oral) tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.
Laki-laki
yang mengidap sifilis atau GO akan mengalami gejala yang khas yaitu sakit atau
perih ketika kencing. Celakanya, ada laki-laki yang sengaja menularkan sifilis
dan GO ke perempuan sebagai bagian dari balas dendam. “Saya ditulari, ya saya
juga tularkan lagi,” kata seorang laki-laki dalam satu kesempatan wawancara
dengan penulis.
Berbeda
dengan HIV/AIDS. Orang-orang yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS sudah berjanji
sebelum tes bahwa: (1) Tidak akan melakukan perilaku yang berisiko tertular HIV
jika hasil tes negatif, dan (2) Akan menghentikan penyebaran atau menularkan
HIV mulai dari diri sendiri jika hasil tes positif.
Risiko
penyebaran sifilis, GO, kanker serviks dan HIV/AIDS melalui artis “AA” dan 200
“artis” lain kian besar karena “RA,
Mucikari, Artis Seksi AA Biasa Layani 3-5 Pelanggan Tiap Hari” (detiknews, 9/5-2015).
Terkait dengan kanker serviks, “ .... 85 persen
HPV masuk ke leher rahim disebabkan oleh kontak seksual, sisanya oleh kontak
non-seksual." Penjelasan Spesialis Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit
Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo, Andi Darma Putra (jpnn.com,
26/4-2015). Kanker serviks sendiri sekarang menjadi ‘pembunuh nomor satu’ pada
kematian perempuan di Indonesia.
Mata Rantai Penyebaran HIV/AIDS
Perihal epidemi HIV/AIDS, gaya hidup artis “AA” dan 200
“artis” lain merupakan perilaku berisiko tinggi tertular dan menularkan HIV/AIDS
karena bisa saja ada di antara laki-laki yang ngeseks dengan AA mengidap
HIV/AIDS sehingga terjadi penularan ke AA. Jika AA tertular HIV/AIDS, maka ada
pula risiko penularan HIV/AIDS pada laki-laki yang ngeseks dengan “AA”.
Maka, tidaklah mengherankan kalau kelak kasus IMS,
kanker serviks dan HIV/AIDS banyak
terdeteksi pada istri-istri pejabat dan pengusaha. Kasus HIV/AIDS pada ibu
rumah tangga sudah terdeteksi sebanyak 6.000-an kasus. Ini artinya ada lebih
dari 6.000 suami yang mengidap HIV/AIDS.
Yang menjadi persoalan besar terkait dengan artis “AA” dan 200
“artis” lain ‘milik’ germo “RA” adalah ada ratusan bahkan ribuan laki-laki yang
bersiko tertular IMS atau HIV/AIDS atau dua-duanya sekaligus yang ngeseks dengan “artis-artis” tsb.
Dalam kehidupan sehari-hari
di antara mereka ada yang merupakan suami sehingga mereka merupakan jembatan
penyebaran IMS atau HIV/AIDS atau dua-duanya sekaligus dari mayarakat ke
“artis-artis” tsb. dan dari “artis-artis” tsb. ke masyarakat al. istri(-istri),
pacar, selingkuhan serta pasangan seks lain.
ada pula risiko menularkan IMS atau HIV/AIDS atau dua-duanya
sekaligus ke istri mereka (horizontal). Jika istri mereka tertular HIV/AIDS,
maka ada pula risiko penularan HIV (vertikal) ke bayi yang dikandung istri
mereka kelak.
Di sebuah sanggar yang bergerak dalam penanganan HIV/AIDS di
Jakarta Selatan, misalnya, ada 140 anak-anak mulai dari bayi sampai usia SMP.
Ada yang ayahnya meninggal, ada yang ibunya meninggal, ada pula yang yatim
piatu. Ada dengan HIV/AIDS ada pula yang negatif HIV/AIDS. Ibu anak-anak itu
rata-rata berusia muda di bawah 30 tahun.
Maka, tanpa langkah-langkah yang konkret, al. intervensi terhadap
laki-laki yang ngeseks dengan
perempuan dalam berbagai bentuk praktek prostitusi, maka insiden infeksi HIV
baru akan terus terjadi.
Laki-laki yang tertular HIV melalui hubungan seksual pada berbagai
macam praktek prostitusi menjadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS di masyarakat,
al. melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah. Ini kelak
akan bermuara para “ledakan AIDS”. *** [SyaifulW. Harahap] ***
Foto: Artis sinetron AA (jaket
hitam) sesaat setelah ditangkap polisi di sebuah hotel bintang lima (Repro:
Dok/rimanews.com).