* AIDS pada
Laki-laki Dewasa (Akan) Tersebar Luas ....
Oleh Syaiful W. Harahap – AIDS Watch
Indonesia
"Terhitung sampai Maret 32,2% merupakan persentase usia 20-29, dan
3,1% usia 15-19 yang terkena AIDS." Ini disampaikan oleh Kepala Pusat
Promosi Kesehatan, Kementerian Kesehatan, Edi Gustina, dalam berita “Hari AIDS
Sedunia, Menkes Gandeng Remaja Indonesia” (detiknews, 19/12-2015).
Angka-angka ini dipakai untuk menjadikan remaja
sebagai objek. Padahal, ada fakta yang ‘digelapkan’ terkait dengan data tsb,
yaitu:
(1) Kasus HIV/AIDS pada usia 20-29 (32,2
persen) dan usia 15-19 (3,1 persen) sebagian besar terdeteksi pada penyalahguna
narkoba (narkotika dan bahan-bahan berbahaya).
(2) Kasus HIV/AIDS pada usia 20-29 dan usia
15-19 banyak terdeteksi karena mereka wajib menjalani tes HIV ketika hendak
masuk pusat atau panti rehabilitasi.
Dua fakta di atas selalu digelapkan agar remaja jadi ‘sasaran tembak’
sementara kalangan dewasa yang melakukan hubungan seksual berisiko, di dalam
dan di luar nikah, tidak terdeteksi karena tidak ada mekanisme untuk memaksa
mereka menjalani tes HIV. Dampaknya justru terdeteksi pada ibu-ibu rumah tangga
ketika mereka memeriksakan kehamilan atau ketika hendak persalinan.
Lagi pula, maaf, jika remaja tertular HIV itu sudah ada di terminal
terakhir karena mereka tidak mempunyai pasangan tetap. Bandingkan dengan
laki-laki dewasa yang mempunyai istri, pasangan tetap, selingkuhan,
kawin-kontrak, dll. jika tertular HIV akan jadi mata rantai penyebaran HIV di
masyarakat terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar
nikah.
Di lead berita disebutkan:
Menteri Kesehatan Nila F Moeloek menghadiri Hari AIDS sedunia. Ia mengajak
remaja berpartisipasi dalam kampanye pencegahan HIV/AIDS.
Celakanya, dalam berita tidak ada keterangan dari Menkes Nila tentang cara
remaja berpartisipasi dalam pencegahan HIV/AIDS.
Satu hal yang perlu diingat adalah dorongan biologis terkait dengan hasrat
seks sangat kuat di masa remaja. Penyaluran dorongan biologis tidak bisa
diganti dengan kegiatan lain di luar hubungan seksual atau kegiatan yang
terkait dengan (organ-organ) seks.
Adalah hal yang naif ketika hasrat seks seorang remaja memuncak dianjurkan
untuk olahraga. Bayangkan, apakah layak di tengah malam buta mereka harus
lari-lari kecil di halaman atau jogging
di jalan raya hanya untuk meredam gejolak hasrat seks.
Memang, penyaluran dorongan seksual melalui hubungan seksual akan
berhadapan dengan masalah, yaitu:
(a) Kalau dengan pacar ada risiko kehamilan sehingga terjadi kehamilan yang
tidak diinginkan (KTD) yang berimbas pada masalah sosial di masyarakat.
(b) Kalau dorongan seksual disalurkan dengan pekerja seks komersial (PSK)
ada risiko tertular IMS (infeksi menular seksual, seperti kencing nanah/GO,
raja singa/sifilis, virus hepatitis B, klamdia, jengger ayam, dll.) atau
HIV/AIDS. Bisa juga kedua-duanya sekaligus.
Namun, risiko tertular IMS atau HIV/AIDS dapat dicegah dengan cara-cara
yang realistis yaitu menghindarkan pergesekan penis dengan vagina (seks
vaginal) atau dengan anus (seks anal).
Jika penyaluran hasrat dorongan seksual remaja dikaitkan dengan moral, maka
pilihannya adalah memberikan pemahaman kepada remaja tentang cara penyaluran
dorongan hasrat seksual tanpa harus melakukan hubungan seksual, al. onani dan
masturbasi.
Tapi, karena kita membalut lidah dengan moral cara-cara penyaluran dorongan hasrat seksual yang tidak berisiko
tidak pernah kita sampaikan secara terbuka.
Atau langkah yang lebih konkret adalah laki-laki dan perempuan dewasa
berbagai pengalaman cara menyalurkan dorongan hasrat seksual sebelum menikah
dan selama ikatan pernikahan selain dengan istri.
Berbagi pengalaman, tentu saja fakta empiris bukan opini dengan balutan
moral, dengan remaja menjadi bagian dari upaya melindingi remaja dari kegiatan
terkait seks yang tidak bermoral. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.