Oleh Syaiful W. Harahap – AIDS Watch
Indonesia
“Ketua Komisi E DPRD DKI Pantas Nainggolan menyambut baik
usulan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) agar warga Jakarta
melakukan tes HIV. Dengan begitu, penularan penyakit AIDS bisa ditekan.” Ini lead pada berita “DPRD DKI Dukung Usulan Ahok yang Minta Warga
Jakarta Tes HIV” di detiknews (11/11-2015).
Laporan Ditjen PP
& PL, Kemenkes RI (12/5-2015), sampai Maret 2015 menujukkan kasus kumulatif
HIV/AIDS di DKI Jakarta mencapai 43.735 yang
terdiri atas 35.716 HIV dan 8.019 AIDS.
Usulan Gubernur
DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan dukungan Ketua Komisi E DPRD DKI
Pantas Nainggolan ini menunjukkan pemahaman yang sangat rendah terhadap epidemi
HIV/AIDS.
Masa
Jendela
Pertama,
tidak semua warga DKI Jakarta harus menjalani tes HIV karena tidak semua warga
pernah atau sering melakukan perilaku berisiko tertular HIV, yaitu: (1)
melakukan hubungan seksual, di dalam dan di luar nikah, dengan pasangan yang
berganti-ganti dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom, atau (2)
melakukan hubungan seksual dengan seseorang yang sering berganti-ganti pasangan,
seperti pekerja seks komersial (PSK) langsung dan PSK tidak langsung dengan
kondisi laki-laki tidak memakai kondom.
PSK langsung adalah PSK yang kasat mata yaitu yang ada di
lokasi pelacuran, tempat-tempat yang menyedikan cewek untuk hubungan seksual,
yang mangkal di taman atau mejeng di jalanan. Sedangkan PSK tidak langsung
adalah cewek-cewek yang bisa dipakai (bispak) untuk hubungan seksual, seperti
cewek prostitusi online, ABG, ayam kampus, cewek pub, cewek disko, cewek kafe,
cewek pijak plus-plus, dll.
Kedua,
tes HIV adalah langkah di hilir. Artinya, Pemprov DKI Jakarta dan DPRD Jakarta
membiarkan warga Jakarta tertular HIV baru kemudian dianjurkan tes HIV. Ini
merupakan perbuatan yang melawan hukum karena melakukan pebiaran.
Ketiga,
tes HIV hanya akurat jika tes HIV dilakukan setelah tiga bulan seseorang
tertular HIV atau tiga bulan setelah melakukan perilaku berisko. Maka, jika
warga Jakarta tes HIV itu artinya tes HIV harus dilakukan berulang-ulang. Ini
juga berisiko karena bisa saja warga yang tes HIV tidak jujur, misalnya,
mengatakan yang tidak sebenarnya tentang perilaku seksualnya.
Keempat,
jika tes dilakukan di bawah tiga bulan setelah perilaku berisko, disebut masa
jendela, maka hasil tes bisa negatif palsu (HIV sudah ada di darah tapi tidak
terdeteksi reagen) atau positif palsu (HIV tidak ada di darah tapi reagen
reaktif bisa jadi karena ada virus lain). Nah, warga dengan negatif palsu
tentulah menjadi mata rantai penyebaran HIV, sedangkan warga dengan positif
palsu akan merana.
Kelima,
penularan yang bisa ditekan dengan tes massal terhadap warga Jakarta hanyalah
yang (akan) dilakukan oleh warga yang terdeteksi HIV-positif. Sedangkan warga
yang ketika tes hasilnya negatif bisa kemudian melakukan perilaku berisiko dan
tertular sehingga menjadi mata rantai penyebaran HIV di masyarakat, al. melalui
hubungan seksual di dalam dan di luar nikan dengan kondisi laki-laki tidak
memakai kondom.
Di bagian
lain Pantas mengatakan: "Pada prinsipnya niat itu bagus karena HIV sudah bisa
disembuhkan, jadi tidak meningkatlah. (Apalagi) Gubernur yang menyampaikan,
jangan jadi sembrono kan." Astaga, ini pernyataan yang menyesatkan.
PSK
Langsung
Yang benar adalah HIV/AIDS bisa diobati, tapi HIV tidak bisa
dimatikan di dalam tubuh manusia sehingga tidak bisa disembuhkan. Yang ada
sekarang yaitu obat antiretriviral (ARV) yakni obat untuk menekan laju
pertambahan virus (HIV) di dalam darah. Ketika HIV masuk ke dalam darah manusia
HIV akan mencari sel-sel darah putih untuk berkemang biak. Satu hari HIV bisa
mereplikasi diri antara 10 miliar sampai 1 trilun virus baru. Sel-sel darah
putih yang dijadikan sebagai ‘pabrik’ oleh HIV akan rusak sehingga sistem
kekelaan tubuh turun drastis sehingga akan masuk masa AIDS. Di sinilah manfaat
obat ARV yaitu menekan jumlah HIV mereplikasi diri memproduksi virus (HIV) baru.
Maka, yang diperlukan oleh Pemprov DKI Jakarta adalah
menurunkan insiden infeksi HIV baru, khususnya pada laki-laki melalui perilaku
berisiko berupa hubungan seksual dengan PSK langsung, yaitu intervensi berupa program
hubungan seksual aman yakni laki-laki selalu memakai kondom. Ini adalah progra
di hulu.
Dengan kondisi seperti sekarang ketika tidak ada intervensi terhadap
laki-laki yang melakukan perilaku berisko dengan PSK langsung banyak kasus
HIV/AIDS terdeteksi pada ibu-ibu rumah tangga.
Tapi, dengan menurunkan insiden infeksi HIV baru pada
laki-laki melalui intervensi berupa pemakaian kondom pada perilaku berisiko
dengan PSK langsung, maka tingkat penyebaran HIV di masyarakat pun turun. Misalnya,
jumlah suami yang tertular HIV turun sehingga jumlah ibu rumah tangga yang
terdeteksi mengidap HIV/AIDS pun berkurang pula.
Sedangkan yang diwacanakan Gubernur Ahok dan Ketua Komisi E
DPRD DKI Pantas Nainggolan berupa tes HIV terhadap warga Jakarta adalah langkah
di hilir (Lihat Gambar). Warga dibiarkan tertular HIV karena Pemprov DKI
Jakarta tidak melakukan intervensi di hulu.
Langkah intervensi tsb. hanya bisa dilakukan jika kegiatan
PSK langsung diregulasi yaitu ditempatkan di satu kawasan. Kalau PSK langsung
tidak ‘praktek’ di satu tempat yang dikhususkan, misalnya seperti sekarang
praktek pelacuran terjadi di sembarang tempat dan sembarang waktu, maka intervensi
tidak bisa dilakukan.
Tentu saja hal yang mustahil merazia semua penginapan,
losmen, hotel melati, hotel berbintang, apartemen, tempat-tempat kos, dll.
setiap saat karena praktek pelacuran terjadi setiap saat di berbagai tempat
tsb.
Intervensi program tidak bisa dilakukan terhadap PSK tidak
langsung, sehingga risiko penyebaran HIV/AIDS melalui praktek pelacuran yang
melibatkan PSK tidak langsung sangat besar.
Jika intervensi terhadap PSK langsung saja tidak dilakukan
dengan konsisten, maka penyebaran HIV/AIDS di Jakarta akan sangat besar yang
kelak akan bermuara pada ‘ledakan AIDS’. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.