Oleh Syaiful W. Harahap –
AIDS Watch Indonesia
“Kota Medan (Provinsi
Sumatera Utara-pen.) terus berupaya meningkatkan langkah dalam pencegahan
penularan Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome
(HIV/AIDS).” Ini ada di lead berita “Dinkes Medan Tingkatkan Upaya Pencegahan HIV/AIDS” di MedanBisnis (14/9-2015).
Wah, langkah
bagus. Tapi, ketika lanjutan kalimat di atas dibaca maka buyarlah semua karena
yang dilakukan Dinkes Kota Medan hanyalah di hilir. Itu artinya Dinkes Kota
Medan menunggu penduduk tertular HIV/AIDS baru ditangani. Coba simak ini: “Sejak
akhir tahun 2014, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Medan sudah menambah jumah klinik
Voluntary Counseling Test (VCT) hingga 50%. Satu diantaranya klinik VCT di
Puskesmas Denai.”
Yang
diperlukan adalah penanggulangan di hilir. Artinya, program yang dijalankan
mencegah agar tidak ada lagi penduduk yang tertular HIV, terutama melalui
hubungan seksual dengan yang sering berganti-ganti pasangan, seperti pekerja
seks komersial (PSK) langsung (PSK di lokasi, lokalisasi atau di jalanan). Langkah
yang bisa dilakukan adalah dengan intervensi yaitu program yang menjangkau
laki-laki ‘hidung belang’ agar memakai kondom setiap kali melakukan hubungan
seksual dengan PSK langsung.
Celakanya,
PSK langsung sudah tidak dilokalisir dengan regulasi di Kota Medan, dan di
semua daerah di Indonesia, sehingga laki-laki ‘hidung belang’ melakukan
hubungan seksual dengan PSK tidak langsung (cewek cafe, cewek diskotek, cewek
pijat plus, ABG, cewek artis prostitusi online, ayam kampus, SPG, dll.)
sehingga tidak bisa dilakukan intervensi karena praktek PSK tidak langsung
tidak terlokalisir.
Maka,
insiden penularan HIV baru terhadap laki-laki ‘hidung belang’ (dalam kehidupan
sehari-hari mereka ini bisa sebagai seorang suami, pacar, selingkuhan, teman ‘kumpul
kebo’, suami nikah mut’ah, suami nikah kontrak, dll.) tidak bisa dicegah. Maka,
tidaklah mengherankan kalau kemudian banyak ibu rumah tangga yang terdeteksi
mengidap HIV/AIDS karena suami mereka al. ngeseks dengan PSK tidak langsung.
Disebutkan
bahwa Kepala Puskesmas Medan Denai, Budi Ikhsan, mengatakan bahwa sejak klinik
VCT hadir di Puskesmas tsbl. sudah lebih dari 300 orang yang menjalani
skrinning HIV/AIDS. Syukurnya, semua yang diperiksa negatif tertular penyakit
menurunkan kekebalan tubuh ini.
Celakanya,
wartawan tidak bertanya tentang sejarah perilaku seks 300 orang itu. Kalau
semua adalah orang-orang yang perilaku seksnya tidak berisiko tinggi, ya, tentu
saja hasilnya nonreakif. Selain itu ada pula masa jendela yaitu tertular di
bawah tiga bulan. Bisa saja ada di antara yang 300 orang itu baru tertular HIV
sehingga tes tidak bisa mendeteksi antibody HIV di darah mereka.
Di bagian
lain disebutkan: "Sejak akhir tahun 2014, kita telah menghadirkan VCT dan
PITC (Provider-Initiated Testing and Counselling), yakni paket pemeriksaan HIV
bagi masyarakat resiko tinggi. ....” Ini tidak tepat karena PITC merupakan
inisiatif dokter untuk meminta seorang pasien dengan penyakit terkait HIV/AIDS
untuk menjalani tes darah setelah menganalisis perilaku, khususnya perilaku
seks, pasien.
Ada lagi
pernyataan: “Kita juga mengharuskan ibu hamil melakukan skrinning, baik
dilakukan lokal di Puskesmas maupun mobile ke posyandu-posyandu.”
Langkah ini
tidak arif karena suami ibu-ibu hamil yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS selalu
menolak menjalani tes HIV. Akibatnya, suami-suami itu menjadi mata rantai
penyebaran HIV/AIDS di masyarakat, al. melalui hubungan seksual tanpa kondom di
dalam dan di luar nikah.
Maka,
langkah yang arif adalah jika ada ibu hamil lakukanlah konseling pasangan. Kalau
hasil konseling menunjukkan perilaku seks suami berisiko tertular HIV, maka
pasangan itu dianjurkan tes HIV.
Persoalan di
Kota Medan ini membuktikan bahwa Peraturan Derah (Perda) Penanggulangan
HIV/AIDS di banyak provinsi, kabupaten dan kota sama sekali tidak berguna.
Sia-sia. Sama halnya dengan Perda AIDS Kota Medan. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.