Oleh Syaiful W. Harahap – AIDS Watch Indonesia
Tanya Jawab AIDS No 1/April 2015
Pengantar.
Tanya-Jawab ini adalah jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang dikirim
melalui surat, telepon, SMS, dan e-mail. Jawaban disebarluaskan tanpa menyebut
identitas yang bertanya dimaksudkan agar semua pembaca bisa berbagi informasi
yang akurat tentang HIV/AIDS. Yang ingin bertanya, silakan kirim pertanyaan ke Syaiful W. Harahap di “AIDS Watch Indonesia” (http://www.aidsindonesia.com)
melalui: (1) Surat ke PO Box 1244/JAT, Jakarta 13012, (2) Telepon (021) 4756146 dan (021) 8566755, (3) e-mail aidsindonesia@gmail.com,
dan (4) SMS 08129092017. Redaksi.
*****
Tanya: Saya ingin bertanya beberapa hal,
mohon kiranya dijawab pertanyaan-pertanyaan ini.
1. Selama menikah pasangan
tsb. melakukan aktivitas seks meski cairan sperma tidak pernah masuk ke dalam
vagina (karena istri sempat curiga suaminya berisiko AIDS dan istri tsb. juga
tidak ingin hamil): Apakah hal tsb. di atas dapat menularkan AIDS? (Catatan: Sang
istri pernah berpikir untuk mencoba tes HIV/AIDS, tapi niatnya urung dilakukan
mengingat masih hal seperti ini masih tabu di kota tempat tinggal mereka).
2. Adakah
obat-obatan herbal untuk menyembuhkan penyakit HIV/AIDS?
3. Apa jenis tes
yang akurat untuk mengetahui seseorang terinfeksi HIV/AIDS?
4. Bisakah
penderita HIV/AIDS sembuh dan memiliki keturunan yang negatif HIV/AIDS?
Nn “Xz”, Jawa Tengah, via e-mail, 8/2-2015
Jawab: 1. HIV ada di cairan sperma atau air mani dan semen
(cairan yang keluar ketika penis ereksi). Sebelum terjadi ejakulasi cairan
semen sudah keluar dari penis. Kalau suami mengidap HIV/AIDS, maka ada risiko
istri tertular HIV melalui semen yang sudah keluar ketika terjadi hubungan
seksual vaginal. Ini terjadi jika suami tidak memakai kondom. Kalau istri atau perempuan yang mengidap
HIV/AIDS, maka gesekan penis dengan vagina menjadi pintu masuk HIV/AIDS dan
dari cairan vagina ke penis.
2. Kita pakai akal sehat saja. Kalau pengobatan
alternatif dan herbal bisa menyembuhkan (segala) macam penyakit tentulah rumah
sakit sudah tutup dan dokter pun jadi pengangguran. Jangankan HIV, semua virus,
seperti flu, tidak bisa dimatikan di dalam tubuh. Maka, jika HIV sudah masuk ke
dalam tubuh virus itu akan ada di badan sepanjang hidup.
3. Tes HIV dilakukan setelah masa jendela yaitu setelah
tiga bulan tertular (dalam hal ini hubungan seksual berisiko terakhir, yaitu
hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah dengan pasangan yang
berbanti-ganti atau dengan yang sering berganti-ganti pasangan). Standar
prosedur operasi tes HIV yang baku adalah hasil tes pertama, misalnya dengan
reagent ELISA, dikonfirmasi dengan tes lain, al. Western blot. Tapi, WHO (Badan
Kesehatan Sedunia-PBB) merekomendasikan metode konfirmasi, terutama di kawasan
dengan prevalensi HIV yang tinggi, yaitu tes pertama dengan ELISA sedangkan tes
konfirmasi dengan ELISA tapi memakai reagent dan teknik yang berbeda.
Nah, jika mau tes HIV pastikan laboratorium itu melakukan
standar tes HIV, yaitu: konseling sebelum dan sesudah tes, serta tes
konfirmasi.
4. Lihat jawaban nomor 2 di atas. Pengidap HIV/AIDS dapat
melahirkan anak yang tidak tertular HIV. Kalau suami yang mengidap HIV/AIDS,
bisa dilakukan melalui proses bayi tabung. Kalau keduanya mengidap HIV/AIDS
atau salah satu yang mengidap HIV/AIDS bisa juga mendapatkan anak yang tidak
mengidap HIV/AIDS melalui pendampingan dokter. Hubungan seksual dilakukan
ketika virus (HIV) sedang ‘tidur’ karena meminum obat antiretroviral (ARV).
Tapi, ini hanya bisa dilakukan dengan penanganan dokter. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.