* Program
tsb. bisa mendorong banyak orang untuk ngeseks secara bebas ....
Oleh Syaiful W. Harahap – AIDS WatchIndonesia
“Pemerintah
Indonesia akan segera menerapkan metode Pre-exposure
prophylaxis (PrEP) dalam upaya penanggulangan HIV/AIDS. Dalam metode ini,
seseorang yang masih HIV-negatif namun memiliki perilaku berisiko tertular,
akan diberikan obat antiretroviral (ARV) secara rutin agar tidak tertular dari
pasangannya.” Ini ada dalam berita “Cegah
Penularan HIV/AIDS, Metode PrEP Sasar Kelompok Homoseksual” di beritasatu.com
(22/1-2015).
Langkah pemerintah ini tentu
saja merupakan pembiaran bagi kalangan homoseksual untuk melakukan hubungan
seksual dengan pasangan yang berganti-ganti karena mereka sudah merasa aman.
Selain itu apakah meminum
obat ARV bisa menjadi vaksin agar tidak tertular HIV?
Berapa banyak dan berapa
lama minum obat ARV agar bisa jadi vaksin AIDS?
Di tahun 1970-an, bahkan
sampai sekarang, di kalangan laki-laki ‘hidung belang’ dikenal obat antibiotik
Supertetra yang digembar-gemborkan bisa mencegah penularan sifilis dan GO. “Minum
sejam sebelum main, Om.” Inilah nasehat penjual obat tsb. di pinggir jalan atau
dekat lokalisasi pelacuran.
PrEP merupakan promosi
yang kontraproduktif dengan upaya penanggulangan HIV/AIDS melalui perubahan
perilaku berisiko karena banyak orang akan memakai obat ARV sebagai vaksin AIDS.
“Ah, minum obat ARV, ah. Biar
aman ngeseks!”
Inikah yang kita harapkan
dari program itu? Memang bukan, tapi arah ke sana terbuka lebar dan sangat
mungkin dilakukan banyak orang.
Langkah tsb. bukan sekedar
isu, tapi sudah merupakan metode yang ada dalam "Strategi
Rencana Aksi Nasional 2015-2019 Penanggulangan HIV dan AIDS". Kabarnya
tinggal menunggu peraturan yang akan diterbitkan oleh Menteri Koordinator
Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.
Wenita
Indrasari, peneliti di Clinton Health Access Initiative (CHAI), yang ikut terlibat dalam penyusunan Rencana Aksi
Nasional tsb. mengatakan, “PrEP memang diberikan pada orang-orang yang masih
HIV-negatif. Namun implementasinya nanti akan difokuskan pada orang-orang yang
memiliki perilaku berisiko.”
Yang menjadi
persoalan besar adalah bisa saja terjadi orang-orang yang perilakunya tidak
berisiko akan memanfaatkan program tsb. untuk melakukan perilaku berisko. Itu
artinya upaya penanggulangan HIV/AIDS melalui kampanye untuk tidak melakukan perilaku
berisiko akan terganjal.
Disebutkan
pula bahwa selain gay dan LSL, kelompok waria dan pekerja seks komesial (PSK)
juga akan menjadi target utama.
Ya, terbukti
sudah. Obat ARV akan dijadikan banyak orang dengan perilaku berisiko sebagai ‘vaksin’
AIDS. Ini justru mendorong perilaku ngeseks dengan pasangan yang berganti-ganti
atau dengan yang sering ganti-ganti pasangan.
Wenita mengatakan:
“ .... Tetapi penggunaan kondom juga akan tetap digenjot.”
Genjotan Wenita
itu jelas ngawur dan omong kosong karena untuk apa lagi pakai kondom kalau
minum obat ARV sudah bisa mencegah penularan HIV/AIDS. ***
vimax
BalasHapussemenax
obat kuat herbal
vigrx plus
vakum penis
cobra oil
obt kuat paten
obat kuat sex
obat kuat alami
obat kuat ampuh
obat kuat pria
procomil spray
sex toys mic
boneka full body
sex toys
alat sex pria
alat bantu sex pria
alat sex wanita
alat sex
dildo
alat bantu sex wanita
alat bantu sex
neosize xl
obat perangsang
perangsang wanita
obat perangsang wanita