25 Januari 2015

Pemerintah Akan Memberikan “Vaksin” AIDS Kepada Kalangan Homoseksual dan PSK

* Program tsb. bisa mendorong banyak orang untuk ngeseks secara bebas ....

Oleh Syaiful W. HarahapAIDS WatchIndonesia

“Pemerintah Indonesia akan segera menerapkan metode Pre-exposure prophylaxis (PrEP) dalam upaya penanggulangan HIV/AIDS. Dalam metode ini, seseorang yang masih HIV-negatif namun memiliki perilaku berisiko tertular, akan diberikan obat antiretroviral (ARV) secara rutin agar tidak tertular dari pasangannya.” Ini ada dalam berita “Cegah Penularan HIV/AIDS, Metode PrEP Sasar Kelompok Homoseksual” di beritasatu.com (22/1-2015).

Langkah pemerintah ini tentu saja merupakan pembiaran bagi kalangan homoseksual untuk melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang berganti-ganti karena mereka sudah merasa aman.

Selain itu apakah meminum obat ARV bisa menjadi vaksin agar tidak tertular HIV?

Berapa banyak dan berapa lama minum obat ARV agar bisa jadi vaksin AIDS?

Di tahun 1970-an, bahkan sampai sekarang, di kalangan laki-laki ‘hidung belang’ dikenal obat antibiotik Supertetra yang digembar-gemborkan bisa mencegah penularan sifilis dan GO. “Minum sejam sebelum main, Om.” Inilah nasehat penjual obat tsb. di pinggir jalan atau dekat lokalisasi pelacuran.

PrEP merupakan promosi yang kontraproduktif dengan upaya penanggulangan HIV/AIDS melalui perubahan perilaku berisiko karena banyak orang akan memakai obat ARV sebagai vaksin AIDS.

“Ah, minum obat ARV, ah. Biar aman ngeseks!”

Inikah yang kita harapkan dari program itu? Memang bukan, tapi arah ke sana terbuka lebar dan sangat mungkin dilakukan banyak orang.

Langkah tsb. bukan sekedar isu, tapi sudah merupakan metode yang ada dalam "Strategi Rencana Aksi Nasional 2015-2019 Penanggulangan HIV dan AIDS". Kabarnya tinggal menunggu peraturan yang akan diterbitkan oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.

Wenita Indrasari, peneliti di Clinton Health Access Initiative (CHAI),  yang ikut terlibat dalam penyusunan Rencana Aksi Nasional tsb. mengatakan, “PrEP memang diberikan pada orang-orang yang masih HIV-negatif. Namun implementasinya nanti akan difokuskan pada orang-orang yang memiliki perilaku berisiko.”

Yang menjadi persoalan besar adalah bisa saja terjadi orang-orang yang perilakunya tidak berisiko akan memanfaatkan program tsb. untuk melakukan perilaku berisko. Itu artinya upaya penanggulangan HIV/AIDS melalui kampanye untuk tidak melakukan perilaku berisiko  akan terganjal.

Disebutkan pula bahwa selain gay dan LSL, kelompok waria dan pekerja seks komesial (PSK) juga akan menjadi target utama.

Ya, terbukti sudah. Obat ARV akan dijadikan banyak orang dengan perilaku berisiko sebagai ‘vaksin’ AIDS. Ini justru mendorong perilaku ngeseks dengan pasangan yang berganti-ganti atau dengan yang sering ganti-ganti pasangan.

Wenita mengatakan: “ .... Tetapi penggunaan kondom juga akan tetap digenjot.”

Genjotan Wenita itu jelas ngawur dan omong kosong karena untuk apa lagi pakai kondom kalau minum obat ARV sudah bisa mencegah penularan HIV/AIDS. ***


1 komentar:

Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.