Tanya Jawab AIDS No 7/Agustus 2014
Oleh Syaiful W. Harahap - AIDS Watch Indonesia
Pengantar.
Tanya-Jawab ini adalah jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang dikirim
melalui surat, telepon, SMS, dan e-mail. Jawaban disebarluaskan tanpa menyebut
identitas yang bertanya dimaksudkan agar semua pembaca bisa berbagi informasi
yang akurat tentang HIV/AIDS. Yang ingin bertanya, silakan kirim pertanyaan ke
“AIDS Watch Indonesia” (http://www.aidsindonesia.com)
melalui: (1) Surat ke PO Box 1244/JAT, Jakarta 13012, (2) Telepon (021)
4756146, (3) e-mail aidsindonesia@gmail.com, dan (4) SMS 08129092017. Redaksi.
*****
Tanya: Dua bulan yang lalu
saya baru saja melakukan tindakan berisiko yaitu melakukan hubungan seksual
tanpa kondom dengan “ayam
kampus” (mahasiswi). Itu hubungan seksual yang pertama
kali saya lakukan.
Sekarang saya demam dan tidak enak badan. Saya takut ketularan HIV. Saya takut kalau tertular HIV saya tidak punya harapan lagi. Saya menyesal karena
waktu itu si cewek ngerayu saya biar tidak pakai kondom. Waktu
itu nafsu menutupi akal sehat saya padahal saya tahu itu berisiko
dan berbahaya.
Saya takut dan
sering mimpi buruk dihantui HIV. Sampai saya menangis saking takutnya. Saya benar-benar takut.
“X” mahasiswa PTN di
sebuah kota di P Jawa, via Inbox Facebook (30/8-2014)
Jawab: Pertama, probabilitas penularan HIV/AIDS melalui hubungan
seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah dengan yang mengidap HIV/AIDS
adalah 1:100. Artinya, dalam 100 kali hubungan seksual ada 1 kemungkinan
terjadi penularan. Persoalannya adalah tidak bisa dipastikan pada hubungan
seksual yang keberapa terjadi penularan HIV. Bisa yang pertama, kedua, ketujuh,
kedua puluh, ketujuh puluh, bahkan yang keseratus. Itu artinya setiap hubungan
seksual tanpa kondom, al. dilakukan dng pasangan yang berganti-ganti atau
dengan yang sering ganti-ganti pasangan selalu ada risiko tertular HIV.
Kedua, “ayam kampus” tsb. adalah perempuan yang berisiko karena dia melakukan
hubungan seksual dengan laki-laki yang berganti-ganti. Bisa jadi salah satu
laki-laki yang pernah ngesek dengan “ayam kampus” mengidap HIV/AIDS sehingga
ada risiko “ayam kampus” tsb. tertular HIV.
Dua hal di atas yang menjadi persoalan bagimu karena
terkait dengan risiko tertular HIV.
Ketiga, tidak ada gejalan-gejala yang khas AIDS pada fisik orang-orang yang
mengidap HIV/AIDS. Tapi, jika demam pada orang yang tidak mengidap HIV/AIDS
sembuh sepekan, misalnya, maka pada orang yang mengidap HIV/AIDS demam yang sama bisa lebih lama baru sembuh.
Keempat, seseorang terdeteksi mengidap HIV/AIDS bukan akhir dari segalanya karena
HIV/AIDS tidak mematikan. Yang menyebabkan kematian pada pengidap HIV/AIDS
adalah penyakit-penyakit yang muncul di masa AIDS (setelah tertular antara 5-15
tahun), seperti diare, TB, dll.
Kelima, ada obat antiretroviral (ARV) yang menahan laju perkembangbiakan virus di
dalam darah. Obat ARV tidak otomatis diminum orang-orang yang terdeteksi
mengidap HIV/AIDS karena ada ketentuan medis. Obat ini gratis.
Keenam, untuk mengatasi ketakutanmu silakan konseling dengan konselor yang akan
saya kirimkan nama dan nomornya melalui inbox di Facebook.
Kalau untuk tes HIV perlu menunggu karena harus lebih
dari tiga bulan dari ngeseks berisiko yang terakhir. ***