19 Agustus 2014

Di Kota Sukabumi, Jawa Barat, Suami “Dibiarkan” Menularkan HIV/AIDS ke Istrinya


Oleh Syaiful W. HarahapAIDS Watch Indonesia

“Wakil Wali Kota Sukabumi, Achmad Fahmi menegaskan saat ini pihaknya tengah gencar memperkuat program warga peduli AIDS (WPA). Dengan kelompok warga ini maka akan memudahkan untuk mendeteksi penyebaran virus.” Ini pernyataan dalam berita “4 Ibu Rumah Tangga Positif HIV/AIDS, 1 Orang Hamil” di sindonews.com, 11/8-2014.

Tidak jelas apa yang dimaksud dengan “memudahkan untuk mendeteksi penyebaran virus” dalam pernyataan wakil wali kota itu.

Pertama, penyebaran virus (HIV) tidak kasat mata. Penularan HIV/AIDS hanya melalui cara-cara yang khas yang tidak bisa dilihat secara langsung dan tidak terjadi melalui air, udara dan pergaulan sosial.

Kedua, orang-orang yang mengidap HIV/AIDS tidak bisa dikenali dari fisiknya, sehingga tidak bisa diketahui siapa yang menularkan HIV/AIDS.

Ketiga, orang-orang yang tertular HIV/AIDS pun tidak bisa dikenali dari fisiknya, terutama sebelum masuk masa AIDS (antara 5-15 tahun).

Pertanyaan untuk Pak Wakil Wali Kota: Bagaimana cara WPA mengenali orang-orang yang menyebarkan HIV/AIDS?

Lagi pula kalau pun WPA mencari-cari warga yang mengidap HIV/AIDS, itu artinya sudah terjadi penyebaran HIV.

Kasus kumulatif  HIV/AIDS di Kota Sukambumi sejak tahun 2002 sampai bulan Agustus 2014 tercatat 784. Kasus terakhir terdeteksi pada empat ibu rumah tangga, salah satu di antaranya sedang hamil.

Kasus HIV/AIDS pada ibu-ibu rumah tangga itu membuktikan bahwa suami mereka melakukan perilaku berisiko, al. melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan pekerja seks komersial (PSK).

Yang perlu dilakukan Pemkot Sukabumi bukan menggerakkan WPA “untuk mengetahui tingkat penyebaran virus”, tapi melakukan program yang konkret berupa intervensi terhadap laki-laki dewasa yang melakukan hubungan seksual dengan PSK.

Program tsb. adalah memaksa laki-laki memakai kondom ketika melakukan hubungan seksual dengan PSK. Program ini hanya bisa dijalankan dengan efektif jika pelacuran dilokalisir. Sedangkan di Kota Sukabumi pelacuran terjadi di sembarang tempat dan sembarang waktu sehingga tidak bisa diintervensi.

Dalam gambar bisa dilihat bahwa intervensi hanya bisa dilakukan terhadap laki-laki pada hubungan seksual dengan PSK langsung yaitu PSK yang ada dilokalisasi. Sedangkan PSK langsung di luar lokalisasi dan PSK tidak langsung (seperti cewek kafe, cewek diskotek, cewek pub, ABG, cewek gratifikasi seks, dll.) tidak bisa dijalankan intervensi.

Intervensi lain adalah sosialiasi agar suami-suami yang melacur tanpa kondom memakai kondom ketika sanggama dengan istrinya.

Langkah terkakhir adalah intervensi terhadap ibu-ibu hamil berupa program pencegahan penularan HIV dari-ibu-ke-bayi yang dikandungnya.

Tapi, program ini hanya pasif karena tidak ada program yang bisa mendeteksi ibu-ibu hamil yang mengidap HIV/AIDS secara sistematis.

Jika Pemkot Sukabumi tidak melakukan intervensi terhadap laki-laki yang melacur, maka selama itu pula insiden infeksi HIV baru terus terjadi sehinga penyebaran HIV/AIDS pun terus pula terjadi di masyarakat.

Penyebaran HIV/AIDS di Kota Sukabumi kian runyam karena dikabarkan ada “arisan gigolo” (Lihat: “Arisan Gigolo” di Sukabumi, Jawa Barat: Mendorong Penyebaran HIV/AIDSdi Masyarakat).

Penyebaran HIV/AIDS akan berimbas pada ibu-ibu rumah tangga dan bayi yang kelak sampai pada muara yaitu “ledakan AIDS”. ***

Pemuda “Jajan” Kena GO Takut Juga Kena AIDS

Oleh Syaiful W. HarahapAIDS Watch Indonesia

Tanya Jawab AIDS No 5/Agustus 2014

Pengantar. Tanya-Jawab ini adalah jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang dikirim melalui surat, telepon, SMS, dan e-mail. Jawaban disebarluaskan tanpa menyebut identitas yang bertanya dimaksudkan agar semua pembaca bisa berbagi informasi yang akurat tentang HIV/AIDS. Yang ingin bertanya, silakan kirim pertanyaan ke “AIDS Watch Indonesia” (http://www.aidsindonesia.com) melalui: (1) Surat ke PO Box 1244/JAT, Jakarta 13012, (2) Telepon (021) 4756146, (3) e-mail aidsindonesia@gmail.com, dan (4) SMS 08129092017. Redaksi.

*****
Tanya: Saya seorang pemuda yang pernah “jajan” pada umur 19 tahun. Itu pertama kali saya melakukan hubungan seksual. Ketika itu saya terkena GO. Setelah berobat sembuh. Saya takut kena HIV dari perempuan yang menularkan GO kepada saya. Sekarang saya pilek. Mudah lelah.  Apakah itu gejala HIV/AIDS?

Via SMS (16/8-2014)

Jawab: Tidak ada gejala-gejala yang khas HIV/AIDS pada orang-orang yang tertular HIV/AIDS. Gejala bisa terkait dengan HIV/AIDS terjadi pada masa AIDS yaitu setelah 5-15 tahun tertular HIV. Tapi, gejala itu juga terkait HIV/AIDS kalau ybs. pernah atau sering melakukan perilaku berisko, al. (a) melakukan hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah dengan pasangan yang berganti-ganti atau (b) melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan seseorang yang sering berganti-ganti pasangan, seperti pekerja seks komersial (PSK).

Terkait dengan Anda ada risiko tertular HIV karena penularan GO persis sama dengan penularan HIV/AIDS. Jika perempuan yang menularkan GO kepada Anda juga mengidap HIV/AIDS, maka ada juga risiko penularan HIV sekaligus.

Untuk menghilangkan keragu-raguan, sebaiknya Anda menjalani tes HIV. Tapi, hasil tes HIV akan akurat jika tes dilakukan minimal tiga bulan setelah perilaku berisiko terakhir.

Hasil tes HIV akan menjadi titik awal kehidupan Anda karena berdasarkan hasil tes itulah perjalanan hidup Anda berawal.

Silakan tes di Klinik VCT di rumah sakit pemerintah di kota Anda. ***


17 Agustus 2014

Kasus HIV/AIDS Merambat ke Dalam Kampus

Kota Ternate, aidsindonesia.com (12/8-2014) - Dinas Kesehatan Kota Ternate, Maluku Utara (Malut) menyebutkan penderita HIV/AIDS di kota Ternate, hampir mencapai 200 orang, dua di antaranya adalah mahasiswa dan satu pelajar SMA terinveksi penyakit tersebut.

"Ini juga kita temukan penderita dari kalangan mahasiswa dan pelajar SMA, jadi ada dua mahasiswa dan satu pelajar SMA di Kota Ternate," kata Kepala Dinas Kesehatan kota Ternate, Nurbaity Radjabesi, Selasa (12/8).

Ia menyatakan, berdasarkan data yang dimiliki Dinkes, jumlah penderita Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immuno Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) di kota Ternate sebanyak 190 orang di bulan Juni. Data yang terkumpul sekarang sampai Juni ini 190 orang.

Angka ini kata dia, berdasarkan hasil pemeriksaan sejak tahun 2007, tapi yang sudah meninggal itu 40 orang," tambahnya. Menurut Nurbaity, temuan baru penderita HIV/AIDS ini, disebabkan, kegiatan rutin petugas Dinkes dalam melakukan pemeriksaan terhadap orang yang memiliki potensi.

Hasil pemeriksaan yang dilakukan petugas, kata Nurbaity, menemukan jumlah penderita terbanyak adalah dari kalangan ibu rumah tangga.

"Peningkatan kasus ini sudah berada pada ibu rumah tangga, namun kita terkendala dengan undang-undang HAM, karena kita tidak bisa memaksa orang untuk diperiksa," katanya.

Menurut Nurbaity, dari hasil ini, harusnya Dinkes bisa menemukan penderita lainnya dari pasangan penderita, hanya saja, dia mengaku mengalami kendala, sebab mereka tidak bersedia untuk diperiksa.

"Berdasarkan hasil pemeriksaan Dinkes dalam kurun waktu 4 bulan terakhir, pihaknya menemukan sedikitnya 20 penderita baru untuk jangka waktu Maret hingga Juni, dari bulan Maret sampai Juni itu, kita temukan 20 penderita baru, ini banyak sekali," katanya.

Menurutnya, berdasarkan hasil pemeriksaan lapangan yang dilakukan petugas, pihaknya menemukan tambahkan, penderita HIV/AIDS di kota Ternate, menyebar pada beberapa kelurahan.

"Di kota Ternate ini, kurang lebih ada sekitar 13 kelurahan itu, ada penderita HIV/AIDS dan dari 13 kelurahan tersebut, jumlah penderita HIV/AIDS menyebar pada beberapa kecamatan, itu tersebar di kecamatan Ternate Tengah, Selatan dan Utara, bahkan di pulau juga ada penderita," ia menjelaskan.

Untuk mengantisipasi penyebaran HIV/AIDS, pihaknya saat ini gencar melakukan sosialisasi dan penyuluhan baik di tingkat kelurahan maupun sekolah-sekolah yang ada di Ternate.

"Kita juga membentuk kader-kader di sekolah, untuk mencegah penyebaran virus mematikan ini, agar tak ada lagi terjadinya peningkatan penderita HIV/AIDS di Kota Ternate," katanya. 
(Zahroni/ant/http://www.harianterbit.com/).