28 Juni 2014

Cewek Khawatir Tertular HIV Karena Pacarnya Ganti-ganti Pasangan

Tanya Jawab AIDS No 3/Juni 2014

Pengantar. Tanya-Jawab ini adalah jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang dikirim melalui surat, telepon, SMS, dan e-mail. Jawaban disebarluaskan tanpa menyebut identitas yang bertanya dimaksudkan agar semua pembaca bisa berbagi informasi yang akurat tentang HIV/AIDS. Yang ingin bertanya, silakan kirim pertanyaan ke “AIDS Watch Indonesia” melalui: (1) Surat ke PO Box 1244/JAT, Jakarta 13012, (2) Telepon (021) 4756146, (3) e-mail aidsindonesia@gmail.com, dan (4) SMS 08129092017. Redaksi.

*****
Tanya: Saya perempuan berumur 16 tahun. Pacar saya sering melakukan hubungan seksual dengan cewek-cewek lain tidak memakai kondom dan ceweknya tidak hamil. Saya juga pernah ngeseks dengan pacar saya itu tapi saya tidak hamil. (1) Apakah saya sudah tertular HIV/AIDS? (2) Saya sering mengalami gejala-gejala seperti gejala HIV/AIDS. Saya lulusan SMP dan akan mendaftar di sekolah favorit yaitu SMK Kesehatan. Tapi, kabarnya ada tes urin sebelum masuk. (3) Apakah HIV bisa diketahui melalui tes urin?

Nn “YX”, via SMS (26/6-2014)

Jawab: (1) dan (2) Perilaku pacarmu jelas merupakan perilaku yang berisiko tinggi tertular HIV/AIDS. Bisa saja terjadi di antara cewek yang menjadi pasangan pacarmu mengidap HIV/AIDS sehingga pacarmu berisiko tertular HIV. Maka, hubungan seksual yang mereka lakukan tanpa kondom ada risiko penularan HIV dari pacarmu kepadamu.

Tidak ada kaitan langsung antara kehamilan dan penularan HIV/AIDS. Biar pun tidak hamil jika air mani tumpah di dalam vagina, maka kalau air mani mengandung HIV/AIDS ada risiko penularan HIV/AIDS.

Selain melalui air mani risiko penularan juga bisa terjadi melalui gesekan antara penis dan vagina. Gejala-gejala yang kau maksud tidak otomatis terkait dengan HIV/AIDS, tapi karena perilaku pacarmu berisiko tertular HIV dari kau sudah pernah ngeseks dengan dia maka gejala-gejala itu bisa jadi terkait dengan HIV/AIDS.

(3) Tes HIV dilakukan melalui darah bukan urin. Yang jadi persoalan bagimu adalah ada kemungkinan ketika hendak masuk SMK Kesehatan ada tes keperawanan. Ini yang jadi masalah besar bagimu. Maka, ada baiknya kau mencari sekolah yang tidak melakukan tes keperawanan.

Ada baiknya kau berpikir lebih jernih untuk melakukan hubungan seksual dengan pacarmu karena perilakunya berisiko tinggi tertular HIV. Gejala-gejala yang khas AIDS pada pacarmu baru bisa terjadi antara 5-15 tahun nanti, sehingga kondisi sekarang sama sekali tidak mencerminkan ada gejala HIV/AIDS. Tapi, itu tidak berarti bahwa dia tidak mengidap HIV/AIDS. Maka, jika ingin terus berhubungan, lebih baik kalian tes HIV.

Untuk tes HIV yang baik, al. identitas dirahasiaan, silakan ke Klinik VCT di rumah sakit umum di daerahmua. Kalau ada kesulitan, silakan hubungi kami.***


- AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap


3.046 Orang Terjangkit HIV/AIDS di Banten

Serang, aidsindonesia.com (20/3-2014) - Selama satu tahun yakni 2013, sebanyak 3.046 orang diProvinsi Banten terjangkit virus Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Mayoritas penderita HIV/AIDS adalah seseorang yang mulai terinfeksi sejak usia remaja atau usia produktif. Hal ini disebabkan karena kalangan remaja belum memiliki pengetahuan yang cukup tentang HIV/AIDS dan cara pencegahannya. Demikian
terungkap dalam kegiatan sosialisasi HIV-AIDS pada kelompok remaja sekolah di SMAN 5, Kaligandu, Kota Serang, Rabu (19/3).

Sosialisasi yang dilakukan Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Banten bersama dengan Dinkes Kota Serang terhadap sekitar 100 siswa tersebut bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan kalangan remaja, khususnya remaja sekolah tentang bahaya HIV/AIDS beserta pencegahan dan
penanganannya. Mengingat, usia paling rawan mulai dapat terinfeksi HIV/AIDS adalah pada usia remaja. “Karena memang, usia paling krusial mulai terinfeksi HIV/AIDS itu adalah usia produktif, dan yang paling rawan adalah di sekolah,” ungkap Kabid Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan (P2PL) pada Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Banten Didin Aliyudin ketika ditemui disela kegiatan sosialisasi.

Berdasarkan rekapitulasi data kasus HIV/AIDS Provinsi Banten selama 2013, jumlah kasus HIV mencapai 1.989 jiwa dan 1.057 jiwa lainnya terjangkit AIDS. Dengan rincian, Kota Cilegon sebanyak 139 kasus HIV dan 94 kasus AIDS, Kabupaten Serang 364 kasus HIV dan 93 kasus AIDS, Kota
Serang 53 kasus HIV dan 83 kasus AIDS, Kabupaten Tangerang 521 kasus HIV dan 283 kasus AIDS, Kota Tangerang 702 kasus HIV dan 379 kasus AIDS, Kota Tangerang Selatan (Tangsel) 109 kasus HIV dan 51 kasus AIDS, Kabupaten Pandeglang 57 kasus HIV dan 35 kasus AIDS, sedangkan Kabupaten Lebak 44 kasus HIV dan 57 kasus AIDS.

Pengelola program HIV/ AIDS dan infeksi menular seksual pada Dinkes Banten Asmawati menjelaskan, setiap tahun trennya memang terus meningkat, khususnya di wilayah perkotaan. Untuk itu, dia berharap, sosialisasi HIV/ AIDS kepada siswa sekolah dapat meningkatkan

pengetahuan para remaja tentang bahaya virus HIV/ AIDS  (ibah)/http://bantenraya.com).

4.221 Orang Banten Terinveksi HIV/AIDS

Serang, aidsindonesia.com (23/6-2014) - Dalam kurun waktu 2009-2013, ada sebanyak 4.221 orang yang hidup dengan HIV/AIDS (OHDA) di Provinsi Banten. Dari jumlah tersebut, Sebanyak 3.179 menderita HIV dan 1.042 menderita AIDS.

"Jumlah tersebut merupakan angka kumulatif selama lima tahun. Angka terakhir pada tahun 2013, jumlah penderita HIV di Banten sebanyak 502 orang, dan 188 orang menderita AIDS. Setiap tahunnya ada peningkatan, tapi tidak terlalu banyak," kata Menteri Kesehatan Nafsian Mboi saat kunjungan kerja di RSUD Kota Tangerang, Senin (23/6).

Menurut Menkes, penyebab penularan HIV/AIDS paling banyak adalah pria berkeluarga yang melakukan hubungan badan dengan Pekerja Seks Komersial (PSK) tanpa pengaman, kemudian penggunaan narkoba melalui jarum suntik bergantian.

"Pria-pria yang suka 'jajan' ini bisa menularkan istrinya hingga ke anaknya," jelasnya.

Namun, yang paling mengkhawatirkan adalah anak-anak yang tertular HIV/AIDS. Kondisi mereka tidak diketahui karena kurang perhatian dari pemerintah setempat.

"Banyak anak di Banten yang kena HIV, di belakang angka OHDA ini pasti masih banyak. Tapi kurang dapat perhatian. Jadi saya minta ini jadi perhatian Pemprov Banten, saya juga minta data penderita HIV/AIDS bulan sampai Juli 2014," kata Menkes kepada Plt Gubernur Banten Rano Karno yang hadir dalam acara tersebut.

Sebagai tindakan Preventif, Menkes menghimbau agar pria yang sudah berumah tangga tidak ke tempat pelacuran atau menggunakan narkoba dengan jarum suntik secara bergantian.

"Jangan juga melakukan hubungan di luar nikah tanpa pengaman dengan lawan jenis. Kalau bayinya terinfeksi, harus segera melakukan perawatan medis," tegasnya. (M
itra Ramadhan/merdeka.com/if).

6.200 Warga Kota Jayapura Terjangkit virus HIV/AIDS

Jayapuraaidsindonesia.com (26/6-2014) -- Sebanyak 6.200 warga Kota Jayapura, Papua, atau 2,3 persen dari 270 ribu penduduk setempat, teridentifikasi terjangkit virus HIV/AIDS. Demikian kata Wakil Wali Kota Jayapura H Nuralam.

"Ini data terbaru, yang disampaikan dalam rapat koordinasi penanggulangan HIV/AIDS," katanya di Jayapura, seperti diberitakan Antara, Kamis (26/6).

Ia mengatakan dari laporan tim penanggulangan penyakit HIV/AIDS di Kota Jayapura itu, diketahui bahwa penyebaran penyakit mematikan itu cukup memprihatinkan.

Kondisi itu sangat meresahkan warga Kota Jayapura pada umumnya, apalagi pengidap virus HIV/AIDS itu umumnya merupakan warga usia muda, yakni 20-35 tahun.

Tim penanggulangan HIV/AIDS melaporkan sekitar 3.800 orang pengidap HIV/AIDS itu berusia di bawah 20 tahun. "Jadi, cukup banyak yang berusia di bawah 20 tahun. Ada satu yang baru berusia 11 tahun dan masih duduk di bangku SMP," ujarnya.

Menurut Nuralam, dari hasil penelitian dan data konsultasi klinik, diketahui bahwa 90 persen penyebaran HIV/AIDS di Kota Jayapura melalui hubungan seks.

Dengan demikian, tingkat penyebaran virus itu erat kaitannya dengan perilaku hidup, yakni pergaulan bebas atau seks berganti pasangan.

Bahkan, kata Nuralam, dalam rentang waktu Januari-Juni 2014, teridentifikasi lebih dari 1.000 orang warga mengidap virus itu, yang diketahui berdasarkan catatan konsultasi di klinik kesehatan.

"Tapi kami tidak tingal diam, sosialisasi tentang bahaya HIV/AIDS dan cara penularannya terus dilakukan di berbagai lokasi strategis," ujarnya.

Nuralam mengaku telah turun ke sekolah-sekolah, organisasi masyarakat (ormas), untuk program sosialisasi tersebut. "Pada intinya, sosialisasi terus berlanjut, terutama di kalangan usia rentan pergaulan bebas," ujarnya.

Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV (Human Immunodeficieny Virus)  yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. (Mohamad Taufik/merdeka.com/if).

27 Juni 2014

3.500 Warga Kaltim dan Kaltara Terjangkit HIV/AIDS

Samarinda, aidsindonesia.com (28/6-2014) - Berdasarkan data Global Found 2015 jumlah penderita HIV/AIDS di Kaltim dan Kaltara cukup mengkhawatirkan karena mencapai 3.502 orang sehingga diperlukan keseriusan semua pihak menekan penyebarannya.

"Semua pihak harus memahami pentingnya pendanaan dalam menekan penyebaran HIV/AIDS, khususnya pemerintah agar memberikan dana cukup untuk program penanggulangan kasus HIV/AIDS," ujar Wakil Gubernur Kaltim M Mukmin Faisyal di Samarinda, seperti dikutip dari Antara, Jumat (27/6).

Ia mengatakan, data penderita HIV/AIDS yang mencapai 3.502 itu berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Provinsi Kaltim secara kumulatif sejak 1987 hingga saat ini.

"Apabila ditinjau dari lokasi penemuan pengidap HIV dan AIDS, maka semua kabupaten dan kota di Kaltim termasuk Kaltara sudah terdapat orang yang positif HIV/AIDS, bahkan sudah menyebar di desa dan kelurahan," kata Wagub Kaltim tersebut.

Untuk itu, katanya, apabila ingin fokus menanggulangi HIV dan AIDS, maka harus menyediakan dana dari masing-masing APBD, mulai dari tingkat provinsi hingga kabupaten dan kota, di samping sumber dana lain.

"Apabila tidak dianggarkan yang cukup, semua program penanggulangan HIV dan AIDS yang sudah berjalan dengan baik dan banyak menemukan pengidap akan sia-sia, kemudian bisa menyebabkan bertambahnya kasus pengidap HIV/AIDS baru," kata Mukmin. (Wahid Chandra Daulay/merdeka.com/if).

23 Juni 2014

Siswi SMA Takut AIDS Karena Sudah Ngeseks dengan 10 Laki-laki

Tanya Jawab AIDS No 2/Juni 2014

Pengantar. Tanya-Jawab ini adalah jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang dikirim melalui surat, telepon, SMS, dan e-mail. Jawaban disebarluaskan tanpa menyebut identitas yang bertanya dimaksudkan agar semua pembaca bisa berbagi informasi yang akurat tentang HIV/AIDS. Yang ingin bertanya, silakan kirim pertanyaan ke “AIDS Watch Indonesia” (http://www.aidsindonesia.com) melalui: (1) Surat ke PO Box 1244/JAT, Jakarta 13012, (2) Telepon (021) 4756146, (3) e-mail aidsindonesia@gmail.com, dan (4) SMS 08129092017. Redaksi.

*****

Tanya: Saya, cewek 16 tahun, siswi SMA, perilaku saya beriko tertular HIV karena saya sudah ngeseks dengan 10 laki-laki yang berbeda tanpa memakai kondom. (1) Saya mau tes HIV, tapi saya takut kalau orang tua dan sekolah saya tahu saya bisa diusir dari rumah dan dikeluarkan dari sekolah. (2) Kalau mau tes HIV, apakah bisa karena saya belum punya KTP? Terakhir saya ngeseks dengan seorang duda tanpa kondom. Itu terjadi tadi malam. Saya ketakutan kena HIV. Sembilan cowok yang ngeseks dengan saya adalah pacar mereka anak kuliahan dan mereka pakai kondom. Kadang juga saya ngeseks dengan teman kalau butuh uang. Saya menyesal ngeseks dengan duda itu tanpa kondom. (3) Apakah HIV/AIDS bisa disembuhkan? (4) Saya tidak takut hamil karena ejakulasi selalu di luar.

Nn “X”, Kota “S” P Jawa via SMS (23/6-2014)

Jawab: Perilakumu merupakan perilaku yang berisiko tinggi tertular HIV karena melakukan hubungan seksual dengan laki-laki yang berganti-ganti. Bisa saja di antara mereka ada yang mengidap HIV/AIDS sehingga Adik berisiko tertular HIV. Soalnya, ada kemungkinan di antara mereka ada yang juga melakukan hubungan seksual dengan perempuan lain, seperti pekerja seks komersial (PSK). Itu artinya Adik berisiko tertular HIV jika hubungan seksual dilakukan tanpa kondom dengan sembilan laki-laki tsb. Risiko lebih besar terutama pada hubungan seksual yang terakhir yaitu yang Adik lakukan dengan duda.

Apakah ketika melakukan hubungan seksual dengan teman-temanmu, mereka pakai kondom? Kalau tidak pakai kondom, maka lagi-lagi Adik berisiko tertular HIV.

(1) dan (2) Standar prosedur operasi HIV yang baku al. merahasiakan nama dan alamat orang yang tes HIV. Adik juga bisa memberikan nama dan alamat palsu. Bisa juga datang ke tempat konseling atau tempat tes dengan menyamar, misalnya, pakai wig, dll. Tidak diperlukan KTP. Ketika konseling atau tes bilang saja umurmu 18 tahun.

(3) HIV/AIDS tidak bisa disembuhkan, tapi bisa diobati. Obat antiretroviral (ARV) tersedia gratis, tapi tidak serta merta orang yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS otomatis meminum obat ARV.

Akan lebih baik kalau tes segera karena makin cepat terdeteksi HIV/AIDS, kian mudah ditangani agar kondisi tubuh tetap terjaga.

Tapi, tes HIV dianjurkan tiga bulan setelah hubungan seksual berisiko terakhir. Itu artinya Adik baru bisa tes HIV bulan Oktober 2014. Untuk itulah Adik jangan ngeseks dulu, biar pun pakai kondom, sejak sekarang sampai bulan Oktober 2014.

(4) Kehamilan juga bisa terjadi ketika penis ereksi dan mengeluarkan cairan, disebut semen. Cairan semen ini juga mengandung sperma sehingga kalau laki-laki tidak memakai kondom hubungan seksual bisa menyebabkan kehamilan. Maka, untuk mencegah kehamilan sejak awal pakai kondom. Biar pun ejakulasi dikeluarkan di luar vagina, tapi kalau dari awal tidak memakai kondom ada risiko kehamilan karena di semen (cairan yang keluar ketika penis ereksi) juga ada sperma.

Di usiamu yang sangat muda alangkah baiknya kalau Adik menghindari perilaku berisiko. Kalau Adik tetap memilih melakukan hubungan seksual dengan pacar, teman, dll. lakukanlah dengan aman. Melakukan hubungan seksual dengan laki-laki yang berganti-ganti berisiko tinggi tertular HIV dan ada pula risiko kehamilan.


Pilihan ada di tanganmu. ***


22 Juni 2014

Dengan Rp 25.000 Bisa Tularkan HIV/AIDS di “Sarkem” Yogyakarta

Oleh Syaiful W. HarahapAIDS Watch Indonesia

Kencan di Sarkem Tak Pakai Kondom Didenda Rp 25.000.” Ini judul berita di kompas.com (19/6-2014). “Sarkem” adalah Pasar Kembang yaitu lokalisasi pelacuran di Kota Jogja, DI Yogyakarta, yang terletak di Jalan Pasar Kembang di ujung utara Jalan Malioboro atau di sebelah selatan Stasiun KA Tugu.

Judul berita ini mengusik akal sehat karena tanpa mereka (yang membuat aturan tsb.-pen.) sadari biar pun laki-laki yang melakukan hubungan seksual dengan pekerja seks komersial (PSK) didenda karena tidak memakai kondom penularan HIV sudah terjadi kalau salah satu di antara mereka yaitu PSK atau laki-laki ’hidung belang’ tsb. mengidap HIV/AIDS.

Celakanya pernyataan ini pun menjungkirbalikkan akal sehat: ”Untuk mengantisipasi penularan HIV/AIDS, warga di lokalisasi prostitusi Pasar Kembang (Sarkem) menetapkan sanksi denda Rp 25.000 bagi tamu yang tidak menggunakan kondom saat berkencan.

Antisipasi?

Tentu saja bukan karena penularan HIV sudah terjadi. Ini fakta.

Pernyataan Sarjono, 63 tahun, Ketua RW 03, Sosrowijayan Kulon, Gedong Tengen, Kota Jogja, ini memang benar: "Kita antisipasi penularan HIV/AIDS dengan mewajibkan memakai kondom.”

Artinya, laki-laki yang melakukan hubungan seksual dengan PSK di ”Sarkem” diwajibkan memakai kondom sehingga mencegah penularan HIV dari laki-laki ke PSK dan sebaliknya dari PSK ke laki-laki. Ini benar.

Tapi, kalau kemudian laki-laki yang tidak memakai kondom didenda Rp 25.000 untuk mengantisipasi penularan HIV adalah salah besar karena hubungan seksual sudah terjadi sehingga ada kemungkinan terjadi penularan HIV dari laki-laki ke PSK atau sebaliknya.

Bagi laki-laki berkantung tebal tidak ada artinya Rp 25.000 jika dibandingkan dengan kerepotan dan dampak lain jika memakai kondom ketika sanggama dengan PSK. Mereka akan memilih membayar denda Rp 25.000 daripada memakai kondom. Berbagai studi juga menunjukkan hanya 30 persen laki-laki hidung belang yang dengan suka rela memakai kondom setiap kali melacur.

Cara mengontrol apakah laki-laki pakai kondom atau tidak ternyata hanya tidak akurat. Seperti disebutkan Sarjono, pengawasan soal pemakaian kondom langsung dilakukan oleh setiap pemilik losmen, yaitu tamu yang tidak mengambil kondom jika ketahuan oleh pemilik losmen akan didenda.

Nah, apakah setiap tamu yang mengambil kondom otomatis akan memakai kondom tsb. ketika melakukan hubungan seksual dengan PSK?

Tentu saja tidak pasti. Maka, lagi-lagi sanksi denda itu tidak akan mendorong laki-laki memakai kondom.

Di ”Sarkem” ada 40 losmen dengan 260 PSK.

Jika setiap malam seorang PSK melayani 3-5 laki-laki, maka ada 780-1.300 laki-laki yang berisiko tertular atau menularkan HIV/AIDS dan IMS (infeksi menular seksual, seperti kencing nanah/GO, raja singa/sifilis, virus hepatitis B, klamdia, dll.).

Kalau di antara laki-laki itu ada suami, maka ada pula risiko penularan HIV dari sumai ke istri. Jika istri tertular HIV, maka ada pula risiko penularan HIV dari-ibu-ke-bayi yang dikandungnya kelak.

Maka, amatlah beralasan kalau kemudian sampai Juli 2013 di Yogyakarta sudah terdeteksi 232 ibu rumah tangga yang mengidap HIV/AIDS (republika.co.id, 15/7-2013). Ini terjadi al. karena suami mereka melakukan hubungan seksual dengan PSK tanpa memakai kondom. 

Program pencegahan dengan menerapkan ’wajib kondom’ digencarkan oleh pemerintah Thailand yang dikenal sebagai ’wajib kondom 100 persen’ bagi laki-laki yang melacur di lokalisasi pelacuran.

Cara memantau pemakaian kondom adalah dengan menjalankan pemeriksaan IMS secara rutin terhadap PSK. Jika ada PSK yang terdeteksi mengidap IMS itu artinya  PSK tsb. melayani laki-laki tanpa memakai kondom.

Yang diberikan sanksi adalah germo atau pemilik losmen bukan PSK atau laki-laki pelanggan. Ini sangat efektif dengan hasil penurunan kasus HIV/AIDS pada laki-laki dewasa, al. pada calon-calon tentara dan polisi.

Jika ’pengelola’ lokasi pelacuran ”Sarkem” tetap menjalankan denda tsb., maka sudah bisa dipastikan insiden infeksi HIV baru akan terus terjadi di ”Sarkem” yang pada akhirnya akan sampai pada ”ledakan AIDS” di masyarakat DI Yogyakarta.***