21 Juni 2014

Penyebaran virus HIV/AIDS dari 7 ribu PSK Dolly mengkhawatirkan

Surabaya, aidsindonesia.com (3/6-2014) - Sebentar lagi, di pertengahan bulan Juni ini legenda lokalisasi terbesar se-Asia Tenggara yang berada di Kota Surabaya, Jawa Timur tinggal sejarah. Sebab, di 10 hari sebelum bulan puasa tahun 2014 ini, Pemkot Surabaya akan menutup Gang Dolly dan Jarak yang cukup melegenda di jagad prostitusi itu.

Namun, ada kekhawatiran dari dapat penutupan atau Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini menyebutnya dengan pengalifungsian dari lokalisasi menjadi tempat yang lebih bermoral. Dampak penutupan yang pertama itu adalah melubernya bisnis prostitusi jalanan dan semakin menjamurnya hotel esek-esek.

Yang paling mengkhawatirkan adalah, penyebaran virus HIV/AIDS dari para pekerja seks komersial (PSK) eks lokalisasi Dolly dan Jarak. Dari data Dinas Kesehatan Surabaya, dalam kurun waktu 14 tahun, terhitung sejak tahun 2000 hingga 2014, kasus penderita HIV/AIDS di Kota Phlawan total berjumlah 7 ribu penderita.

Namun, sejak tahun 2012 hingga 2014, jumlah penderita HIV/AIDS terus mengalami penurunan, seiring dengan adanya instruksi pembatasan jumlah PSK di Gang Dolly dan Jarak. "Mulai tahun 2012 lalu sampai sekarang, total jumlah penderita HIV/AIDS di Surabaya ada sekitar 215 orang yang positif terjangkit penyakit berbahaya itu," terang Kadinkes Kota Surabaya, Febria Rachmanita, Selasa (3/6).

Rinciannya, lanjut Febria, tahun 2012 ditemukan 110 penderita HIV/AIDS dari 1.696 yang diperiksa oleh Pusesmas setempat. Kemudian di Media 2013, dari 1.003 orng yang diperiksa, 91 positif terjangkit HIV/AIDS. Selanjutnya pada Januari hingga Juni 2014, dari 788 orang yang diperiksa ditemukan 14 penderita baru. 

"Total dihitung sejak tahun 2000 hingga tahun ini, sudah ada 7 ribu penderita yang positif HIV/AIDS," ucap Febria.

Diakuinya, dari data yang dimiliki Dinkes Kota Surabaya, sebagian besar penderita HIV/AIDS tersebut, mayoritas dari luar kota yang berada di lokalisasi Surabaya. "Untuk itu, kita akan berkoordinasi dengan daerah asal si penderita agar melakukan pengawasan dan pengobatan ke pada PSK yang sudah dipulangkan ke daerahnya masing-masing," katanya.

Dia melanjutkan, sebelum dipulangkan ke daerahnya masing-masing, Dinkes Kota Surabaya akan melakukan pendampingan dan penyuluhan selama tiga hari. "Setelah itu, baru kita pulangkan ke daerah asalnya," tandas dia. (merdeka.com).

168 Penghuni Dolly Terjangkit HIV-AIDS

Sentul, aidsindonesia.com (3/6-2014) - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengungkapkan, dari 1.448 penghuni lokalisasi Dolly,  168 di antaranya terjangkit virus HIV-AIDS.

Tri menyatakan segera merealisasikan rencana penutupan lokalisasi itu sebelum makin banyak warga yang terjangkit HIV-AIDS.

"Itu data kemarin dan ini nanti akan saya cek lagi, mana yang terkena indikasi HIV. Sebelum tanggal 18 Juni, takut nanti menular ke yang lain. Nanti saya minta ke luar terlebih dahulu dari situ supaya tetap pada rencananya," kata Risma di sela-sela menghadiri kegiatan rakornas persiapan persiapan pilpres di Sentul, Bogor, Selasa, (3/6)

Menurut Risma akan ada pesangon untuk para pekerja seks di Dolly jika kawasan itu nantinya akan ditutup. Ia tidak menyebut nominalnya.

Namun, ia memastikan untuk PSK, pesangon didapat dari Kementerian Sosial. Sementara itu, pesangon untuk mucikari dari Gubernur Jawa Timur. "Saya cari dari lembaga-lembagga sosial nanti kita cari tempatkan yang menangani khusus HIV," ungkapnya.

Risma menyatakan, selama ini pihaknya rutin melakukan pemeriksaan kesehatan pada PSK. Meski demikian, ia memastikan sebelum para PSK keluar harus mendapat pengawasan yang baik. Mau tak mau lokalisasi tersebut harus ditutup karena akan merugikan anak-anak.


"Sebelum dilepas kita akan meakukan kontrol, supaya bisa diawasi. Karena kalau mereka pulang kita akan jelaskan ke keluarganya, pemerintah daerahnya bahwa mereka terkena infeksi itu supaya bisa dikontrol juga," ujarnya. (flo/jpnn.com).

Pengetahuan HIV/AIDS Diusulkan Jadi Mulok Pelajaran di Jakarta

Jakarta, aidsindonesia.com (4/6-2014) - Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi (KPAP) DKI Jakarta mengusulkan pengetahuan mengenai bahaya dan reproduksi HIV/AIDS menjadi muatan lokal dalam pelajaran sekolah di Jakarta. 

Hal ini disampaikan oleh Kepala Bidang Monitoring Evaluasi dan Pengembangan KPAP DKI Jakarta John Alubwaman di Balaikota Jakarta, Rabu (4/6/2014).  "Kita sudah diskusikan perihal ini bersama Dinas Pendidikan. Kita ambil momentum kasus Jakarta International School (JIS) untuk memerangi virus HIV/AIDS," kata John. 

Menurut dia, pengetahuan peserta didik terhadap ancaman bahaya virus HIV/AIDS masih rendah. Dengan demikian, peserta didik perlu diberi pengetahuan sedini mungkin. Ia menjelaskan, masyarakat yang beresiko terkena virus HIV/AIDS adalah yang berusia produktif, 15-40 tahun, atau usia sekolah hingga dewasa.

Berdasarkan data KPAP DKI, baru 12 persen peserta didik yang memahami pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS. Data ini berdasarkan survei yang dilakukan selama tahun 2013 terhadap 4.274 peserta didik di 146 SMP dan SMA yang tersebar di enam wilayah Jakarta. 

Selain peserta didik, survei itu juga mengambil sampel dari tenaga pengajar, guru, kepala sekolah, dan wakil kepala sekolah. Hasilnya, hanya 26 persen yang memahami pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS. Angka ini didapatkan dari sebanyak 352 sampel. 

"Secara keseluruhan, di DKI Jakarta per tahun 2013, jumlah kasus HIV mencapai 28.790 kasus dan 7.477 AIDS," kata John.  

DKI Jakarta menempati urutan ketiga, berada di bawah Papua dan Jawa Timur. Ia menjelaskan, kasus itu berawal dari perilaku hubungan seks bebas. "Umumnya yang terkena kasus ini karena tidak menggunakan kondom saat berhubungan seksual. Sedangkan remaja terjebak pergaulan bebas dan tidak mengerti masalah reproduksi," ujar dia. (Kurnia Sari Aziza/kompas.com).

Jumlah Penderita HIV/AIDS di Kota Surabaya Meningkat

Surabaya, aidsindonesia.com (4/6-2014) - Dinas Kesehatan Kota Surabaya menyatakan jumlah Penerita HIV/AIDS di Kota Surabaya pada 2014 mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Kepala Dinas Kesehatan Surabaya Febria Rachmania, Rabu (4/6), mengatakan jumlah penderita HIV/AIDS di Surabaya dari tahun ke tahun mengalami kenaikan signifikan. Bahkan pada tahun 2014, setiap bulan ada temuan baru penderita HIV/AIDS di kota Pahlawan yang cukup banyak.
"Tidak tanggung-tanggung, jumlah penderita HIV/AIDS yang baru ini mencapai 14 orang setiap bulan. Angka tersebut di luar dugaan karena temuan satu penderita HIV/AIDS sudah dianggap banyak," kata Febria.
Menurutnya, pihak Dinas Kesehatan Surabaya sebenarnya cukup kaget dengan penemuan panderita HIV/AIDS itu. "Jika dibandingkan tahun lalu, memang mengalami peningkatan," katanya.
Ia mengatakan persoalan HIV/AIDS sendiri seperti fenomena gunung es karena kian hari akan bertambah banyak jumlah penderita yang ditemukan. Biasanya ini terjadi karena sebelumnya mereka enggan memeriksakan diri ke dokter, namun kini mereka lebih terbuka.
Ia menambahkan untuk mencari penderita HIV/AIDS, pihaknya menggelar pemeriksaan dini terhadap masyarakat di puskesmas. Pemeriksaan ini ditujukan pada ibu hamil, warga sekitar lokalisasi, lelaki hidung belang dan PSK.
Pemeriksaan gratis ini digunakan untuk memotong penularan penyakit tersebut. Sebab, lanjut dia, jika ada penderita baru, pihaknya langsung melakukan pengobatan sehingga penderita tak sampai menularkan ke orang lain.
Jumlah kasus HIV/AIDS di Surabaya pada tahun 2013 sebanyak 6.671 orang dan menduduki peringkat pertama se-Jawa Timur. Penderita HIV /AIDS ini didominasi umur produktif sekitar 40 persen.
Selain itu juda ada pelajar dan balita yang terkena. Sedangkan profesi yang paling banyak terkena HIV/AIDS adalah karyawan.
Soal penyebab penyebar penyakit HIV/AIDS, ia menambahkan dikarenakan beberapa faktor, di antaranya hubungan seks dengan banyak pasangan, serta pemakaian jarum suntik secara bergantian.
Khusus pemakaian jarum suntik sekarang mengalami penurunan sebagai akibat penularan HIV/AIDS. Ini karena pihaknya menyebar jarum suntik lewat Komisi Penanggulangan HIV/AIDS (KPA) Surabaya.
Sementara itu berdasarkan data dari Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Jatim menyatakan jumlah penderita HIV/AIDS selama rentang waktu tahun 2013 lalu mencapai 28.743 orang. Dengan perincian untuk jumlah HIV mencapai 20.030 orang dan penderita AIDS sebanyak 8.713.
Untuk angka kematian di tahun 2013 ini, diperkirakan sekitar 12 orang. Hal ini turun drastis dibandingkan tahun 2012 lalu yang mencapai 20 orang. Sedangkan penderita HIV/AIDS yang mati sejak tahun 1989 hingga 2013 sebanyak 152 orang.
"Turunnya angka kematian penderita HIV/AIDS di tahun 2013 ini tak bisa dilepaskan dengan banyaknya ditemukan penderita HIV. Maka dapat sedini mungkin dilakukan pengobatan sehingga penderita tak sampai ke tahap lebih parah yaitu AIDS yang memiliki resiko kematian cukup tinggi," kata Sekretaris KPA Jatim Drs R Otto Bambang Wahjudi. (YUD/Antara/www.beritasatu.com);