07 Mei 2014

Penyebaran HIV/AIDS di Bengkalis, Riau, Tinggi

Bengkalis, aidsindonesia.com (7/5/2014)- Penyebaran penyakit mematikan HIV/AIDS di Bengkalis, Riau, saat ini sudah sangat mengawatirkan, tercatat sudah 219 penderita ada di daerah ini dimana sebanyak 84 laki-laki dan 135 perempuan.

"Harus dilakukan pencegahan yang luar biasa pula, agar penyakit tersebut tidak terus makan korban," kata Ketua Penanggulangan HIV/AIDS Kabupaten Bengkalis, Suayatno saat rapat penanggulangan HIV/AIDS di Kantor Bupati Bengkalis, Selasa (4/3).

Hadir dalam rapat itu Ketua KPA Riau dr Chandra, Direktur RSUD Bengkalis dr Zulkarnaen, pengurus Yayasan Utama Penanggulangan AIDS serta undangan lainnya.


Para penderita mayoritas kelompok umur produktif, yakni 16 sampai 64 tahun mencapai 60%. Bahkan katanya, kelompok ibu-ibu rumah tangga akhir-akhir ini mengalami peningkatan.


"Perkembangannya sudah sangat mengkawatirkan. Untuk itu, perlu penanganan yang ekstra dan tentunya harus didukung oleh tenaga yang ekstra pula. Bukan tidak mungkin, tiga atau lima tahun mendatangm jumlahnya akan semakin meningkat jika kita hanya berdiam saja," kata Suayatno.


Wakil Bupati Bengakalis in menambahkan, sebagian kalangan masih memandang sebelah mata kepada mereka yang terjangkit HIV/AIDS. Padahal kata Wabup, tidak semua penderita karena pernah melakukan hubungan intim di luar prnikahan atau jajan di luar.


“Banyak cara seserang bisa terkena penyakit menular ini. Bisa dari atau saat transfusi darah dengan mereka yang terkontaminasi virus HIV, atau menggunakan alat-alat  invasive yang terkontaminasi, seperti jarum suntik, piasu cukur,” kata dia.


Salah satu upaya untuk mencegah peredaran virus mematikan tersebut, masyarakat harus mengetahui terlebih dahulu dengan atau cara apa seseorang bisa terjangkit virus HIV/AIDS.


Pihaknya akan terus mengkampanyekan tentang bahaya virus HIV/AIDS serta menghindari perbuatan yang bisa atau menyebabkan seseorang terjangkit virus HIV/AIDS.


Ketua KPA Riau, dr Chandra menjelaskan, bahwa beberapa langkah yang dilakukan sebagai upaya pencegahan dan penularan virus HIV/AIDS adalah melakukan melakukan screening pada wanita dengan perilaku sexual beresiko, penggunaan kondom dan lainnya.


"Kami juga aktif meminta kepada sejumlah perusahaan, untuk bisa bekerjasama, rutin melakukan pemeriksaan terhadap karyawannya. Cara seperti ini lebih efektif dan mudah terpantau," katanya. (MC Riau/http://transriau.com/).

255 Warga Batang, Jawa Tengah, Menderita HIV/AIDS

Batang, aidsindonesia.com (7/5/2014) - Di Kabupaten Batang, kasus HIV/AIDS cukup memprihatinkan, berdasarkan data dari Dinas Kesehatan, Kabupaten Batang saat ini menempati peringkat tujuh kabupaten/kota se Jawa Tengah dengan angka penderita HIV/AIDS tertinggi. Fakta dan fenomena ini menjadi “PR” dan tantangan bagi semua agar HIV/AIDS tidak menular lebih jauh ke masyarakat. Mengingat hal itu  menjadi ancaman yang serius bagi semua warga.
“Penyebaran virus HIV/AIDS bukan sekedar masalah medis, tetapi memiliki kompleksitas permasalahan psikologis, ekonomi, sosial, budaya, dan lain-lain aspek dalam kehidupan kita,” ujar Wakil Bupati Batang H Soetadi SH MM yang juga Ketua Komisi Perlindungan AIDS (KPA) saat kegiatan rapat koordinasi anggota KPA, di Aula Kantor Bupati, Selasa (6/5).
Soetadia mengatakan bahwa salah satu sumber penularan HIV/AIDS adalah prostitusi. Dan dengan posisi wilayah dilalui jalur pantura Jateng, menjadikan Kabupaten Batang daerah yang rawan dengan adanya praktek prostitusi. Meski demikian, tentunya warga Batang tidak mau jika daerahnya menjadi sarang prostitusi, karena selain sebagai tempat penyebaran HIV/AIDS, juga merupakan perbuatan tercela yang bertentangan dengan norma agama dan kesusilaan.
Untuk itu, Wabup menyampaikan bahwa sebagai bukti keseriusan Pemkab dalam penanganan masalah tersebut, telah ditetapkan Perda Nomor 3 tahun 2011 tentang Penanggulangan HIV dan AIDS dan Perda Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pemberantasan Pelacuran di wilayah Kabupaten Batang.
“Permasalahan HIV/AIDS tidak dapat diselesaikan oleh pemerintah sendiri, melainkan  perlu didukung oleh peran serta berbagai pihak,  baik lintas sektor, organisasi masyarakat, LSM, maupun dunia usaha. Oleh sebab itu, peningkatan upaya kemitraan dan peran serta  dalam penanggulangan HIV/AIDS perlu terus didorong, ditingkatkan dan dikembangkan,” jelas Soetadi.
Mudhofir selaku Sekertaris KPA Kabupaten Batang, menjelaskan bahwa situasi HIV di Kabupaten Batang, berdasarkan data dari Dinkes untuk penemuan kasus HIV di Kabupaten Batang sampai dengan bulan Maret 2014 jumlahnya sebanyak 291, sedangkan untuk jumlah kasus AIDS mencapai 83, kasus HIV/AIDS mencapai 374, dan meninggal dunia sebanyak 56 orang.
“Sebaran HIV/AIDS dengan jumlah kumulatif kasus penduduk Batang sebanyak 225 kasus yang tersebar di setiap kecamatan se-Kabupaten Batang,” ungkap Mudhofir.
Untuk penyeberanya penderita HIV/AIDS terdiri, Kecamatan Batang 54 orang, Kandeman 10 orang, Tulis 16 orang, Subah 20 orang, Banyuputih 35 orang, Gringsing 11 orang, Limpung 9 orang, Tersono 4 orang, Pecalungan 15 orang, Bawang 10 orang, Reban 6 orang, Blado 19 orang, Bandar 31 orang, Wonotunggal 9 orang dan untuk Kecamatan Warungasem 6 orang.
KPA Kabupaten Batang telah berusaha dalam penanggulangan HIV/AIDS di masing-masing Kelompok kerja, seperti di Pokja Pencegahan dan Penjangkauan telah membentuk tim edukasi HIV/AIDS. Selain itu juga sosialisasi HIV/AIDS di lima kecamatan jalur Pantura, yaitu Gringsing, Banyuputih, Subah, Tulis, Kandeman dan Batang.
“Untuk Pokja Pelayanan Kesehatan dan dukungan telah menset-up 5 klinik LKB, mengkoordinir dan melakukan penjadwalan pelayanan kesahatan mobil klinik IMS, VCT, populasi kunci dan masyarakat, melalui pokja-pokja melakukan sosialisasi pencegahan dan bimbingan kepada masyarakat yang lain secara rutin,” ujarnya. (rul/NURUL FATAH/Redaktur: Doni Widyo/http://www.radarpekalonganonline.com/).

RSUD Scholoo Sorong Papua Siapkan Tes & Obat HIV Gratis

Rosaline Krimadi : Kerahasiaan Hasil Tes Dijamin


Sorong, aidsindonesia.com (7/5/2014) - Pemkab Sorong Selatan tidak tanggung-tanggung dalam sosialisasi pelaksanaan tes HIV serta penanganan bagi penderita HIV, termasuk RSUD Scholoo yang telah memiliki Klini VCT untuk tes HIV. Direktur RSUD Scholoo drg.Rosaline Krimadi, MPH menegaskan, bahwa pihaknya menyiapkan tes HIV bagi masyarakat secara grati, termasuk bagi aparatur pemerintah. Oleh karena itu diharapkan masyarakat dan aparatur pemerintah tidak segan-segan atau jangan malu-malu untuk memeriksakan darahnya di Klinik VCT RSUD. Dengan demikian bisa diambil tindakan selanjutnya setelah mengetahui hasil tes. 

Masyarakat tidak perlu takut dengan hasil tes darah HIV kalau ternyata positif, karena saat ini sudah ada obat untuk penyakit HIV yakni Anti Retro Viral (ARV). Memang obatnya sangat mahal, tapi Pemkab Sorong Selatan serta Pemprov Papua Barat dan Kementrian Kesehatan ikut membantu obat ARV di RSUD maupun Puskemas yang terdapat KlinikVCT. Jadi obat ARV juga diberikan secara gratis kepada penderita HIV secara rutin. “RSUD telah memiliki Klinik VCT yang siap melayani masyarakat memeriksakan darah untuk mengetahui status HIV secara gratis, termasuk pemberian obat HIV secara gratis kepada penderita,” kata Rosaline kepada Radar Sorong, baru-baru ini.

Dijelaskannya, selain pelayanan tes darah HIV secara gratis kepada masyarakat, petugas medis juga menjamin kerahasiaan hasil tes darah HIV. Dengan demikian tidak ada masyarakat yang mengetahui status HIV seseorang. Jadi masyarakat tidak perlu takut kalau periksa darah dan hasilnya positif nanti masyarakat sekitar tahu. Penderita HIV saat ini seperti masyarakat biasa, hidup sehat dengan mengkonsumsi obat ARV, sehingga tidak menularkan kepada orang lain. Pihaknya berharap masyarakat dapat memanfaatkan kesempatan ini, kalau ada petugas medis yang memungut bayaran karena mau tes darah HIV dan memberi obat HIV silakan laporkan langsung kepadanya maupun manajemen RSUD Scholoo lainnya. (jus/http://www.radarsorong.com/) 

7 Orang Positif HIV/AIDS

Lebak, aidsindonesia.com (7/5/2014) - Penyebaran virus HIV/AIDS di Lebak Selatan terbilang cukup tinggi. Dalam kurun empat bulan terakhir, di Kecamatan Malingping dan Wanasalam saja tercatat sebanyak 7 kasus positif HIV/AIDS. Kepala Puskesmas Malingping, Yayat Hidayat mengungkapkan, berdasarkan data yang ada pada pihaknya, jumlah pengidap HIV positif sebanyak tiga orang, dan semuanya dari kalangan waria. Sedangkan yang sudah positif terjangkit AIDS ada empat orang. "Tiga dari kalangan waria dan satu orang adalah wanita.

Dijelaskan, penyebaran virus HIV/AIDS di masyarakat sangat susah dideteksi, karena masyarakat tidak proaktif memeriksakan dirinya langsung ke Puskesmas atau ke Rumah Sakit. Penyebaran penyakit ini susah terpantau. Data yang ada pada kami itu hanya dari temuan secara kebetulan, karena  orangnya pernah memeriksakan diri di Puskesmas. Sedangkan yang belum terdeteksi kemungkinan masih banyak. Hal senada disampaikan dokter Puskesmas Wanasalam, Azis Rakhmat. Ia menjelaskan, kasus HIV yang pernah ditangani pihaknya selama 2014 ini sudah ada 10 kasus. Pengidap HIV yang 10 orang itu dari berbagai kalangan baik pria atau wanita. Namun yang paling banyak adalah dari kaum waria. Menurut Azis, HIV adalah penyakit yang sangat susah obatnya, namun penyebarannya sangat rentan, terutama dari prilaku seks bebas. Dari beberapa orang pengidap bisa menyebar banyak karena faktor hubungan seks bebas yang tanpa pengaman. Penyakit HIV itu seperti bola salju yang jatuh dari gunung es, semakin menggelinding semakin membesar.

Azis mengatakan, HIV sangat berbahaya karena reaksinya menyerang sel darah putih, sehingga akan berakibat rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia. Kemudian akan berdampak pula pada perusakan sistem organ saraf pusat.
Kalau sudah terkena itu, orang akan mudah terjangkit berbagai macam penyakit tanpa bisa diobati. Termasuk penyakit yang ringan sekalipun yang bersifat oportunistik akan mudah terkena. Ditambahkan, hingga saat ini belum ada obat yang mujarab untuk pengobatan HIV/AIDS. Yang bisa dilakukan baru ditemukan tes penyaringan antibodi, dan itu harus diobati secara berkesinambungan. Pertolongan yang bisa dilakukan kepada penderita HIV/AIDS hanya sekedar mengebalkan saja agar virus tidak cepat berkembang biak. Azis mengimbau agar masyarakat tetap waspada terhadap bahaya HIV/AIDS. Salah satu cara untuk terhindar dari HIV/AIDS, kata Azis, diantaranya dengan menjauhi prilaku seks bebas (
http://polreslebak.com/)

Komisi Penanggulangan AIDS Gorntalo Dirikan Outlet Khusus Kondom

Gorontalo, aidsindonesia.com (6/5/2014) - Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Gorontalo mendirikan puluhan outlet kondom di sejumlah hotel dan tempat hiburan.

Sekretaris KPA Provinsi Gorontalo, Irwan mengatakan bahwa outlet kondom tersebut bertujuan melayani permintaan kondom dari pasangan yang berada di lokasi-lokasi tersebut.

"Prinsipnya adalah pencegahan penularan HIV/AIDS di tempat dan kelompok berisiko. Kondom ini kami berikan secara gratis kepada pengelola hotel dan tempat hiburan," katanya saat temu media di Gorontalo, Selasa (6/5).

Ia mengatakan bahwa di Kota Gorontalo terdapat 50 outlet, Kabupaten Pohuwato 7 outlet, dan Bone Bolango sebanyak 21 outlet. Rencananya jumlah outlet tersebut akan ditambah.

"Di hotel sendiri kondom ditempatkan di laci meja yang ada dalam kamar agar pengunjung bisa langsung mendapatkannya bila butuh," ujarnya.

Dari pantauan KPA di lapangan, pemakaian maupun permintaan kondom di hotel dalam sehari bisa mencapai tujuh kondom.

Jika dirata-ratakan, lanjutnya, diprediksi jumlah transaksi seks di Kota Gorontalo bisa mencapai 350 transaksi setiap hari.

Selain tempat hiburan dan hotel, KPA ingin mendistribusikan kondom ke sejumlah apotek. Namun, belum ada kesepakatan di antara kedua pihak.

"Kami berikan gratis ke apotek, tetapi apotek tidak mungkin hanya menggratiskan kepada pembeli. Kami memberi patokan sebesar Rp500 per kondom jika memang harus dijual. Akan tetapi, sampai saat ini belum ada apotek yang mau," jelasnya. (
ant/http://www.harianterbit.com/)

Kapal Tambat Laris, Waspada Imbas AIDS ke Warga

Melihat THM di Pemukiman Terpencil

Kutai Barat, aidsindonesia.com (7/5/2014) - Dimana ada gula di situ ada semut. Pribahasa ini cocok terhadap keberadaan tempat hiburan malam (THM) yang masih menjamur di sejumlah lokasi. Ironisnya, keberadaan THM tidak saja terpusat di ibukota kecamatan, melainkan juga ada di sejumlah perkampungan bahkan setingkat rukun tetangga (RT).

DATA Dinas Kesehatan (Diskes) Kubar, sudah ada 41 orang yang terjangkit AIDS. Ini jumlah akumulasi sejak lima tahun terakhir. Melihat data ini boleh juga dikatakan menakutkan. Lebih miris lagi, data ini bisa lebih sedikit dari penderita sebenarnya. Karena data yang terungkap ini, diketahui pasien yang memeriksakan diri ke rumah sakit. Bagaimana jika pasien yang terkena tapi mendiamkan diri?


Bupati Kubar Ismail Thomas sudah memerintahkan Diskes Kubar dan dinas terkait untuk berupaya menghentikan meluasnya penyakit yang bisa mematikan tersebut. Keprihatinan orang nomor satu di Pemkab Kubar ini sangat beralasan. Tidak ingin meluasnya HIV/AIDS kepada warga.


Apalagi sampai kepada anak cucu yang tidak tahu persoalannya. HIV/AIDS salah satunya menular dari hubungan badan, yang dilakukan suami kepada penderita yang tak lain penjaja seks. Jika suami sudah terjangkit virus HIV/AIDS rentan tertular kepada istri. Apalagi jika istri mengandung, maka bisa menular ke anak dalam kandungan. Bisa dibayangkan, jika satu suami menularkan kepada istri dan anak. Sudah pasti, jumlah penderita HIV/AIDS akan dengan cepat meluas.


Diskes dan dinas terkait dengan sigap melakukan pengambilan darah kepada setiap THM atau lokalisasi di sejumlah kecamatan. Melalui laboratorium, akan diketahui pekerja seks komersial (PSK) tersebut menderita HIV/AIDS. Namun kendalanya, PSK kerap berpindah-pindah. Sehingga sulit dideteksi. Hal inilah mengudang kerawanan bagi warga lokal.


Seperti THM di RT 4 Kampung Gunung Bayan, Kecamatan Muara Pahu. Letaknya, jauh dari pengawasan pihak kesehatan. Lantas penggunanya warga luar. Pekerja di tugboat penarik ponton batu bara. Bisa jadi pembawa virus HIV/AIDS. Jika penghuni THM ini melayani seks kepada warga setempat, tidak menutup kemungkinan akan berpindah virus HIV/AIDS kepada warga.


“THM ini ramai kalau ada kapal batu bara yang datang,” kata salah seorang warga setempat yang menolak identitasnya disebutkan beberapa hari lalu. Dua THM tersebut, kerap beroperasi malam hari. Tapi tergantung jumlah pengunjung. Kadang beroperasi siang, jika ada tugboat yang masuk ke Sungai Kedang Pahu, anak Sungai Mahakam.


Meski diakui, dua tahun terakhir sudah sepi. Imbas dari menurunnya harga batu bara. Disingung soal tim kesehatan? Warga tadi tidak mengetahui. Yang pasti jaraknya sangat jauh ke Puskesmas Muara Pahu. Apalagi ke ibukota kabupaten. (kpnn/nin/http://www.sapos.co.id/
)