Tanya Jawab AIDS No 6/April
2014
Pengantar. Tanya-Jawab ini adalah jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang
dikirim melalui surat, telepon, SMS, dan e-mail. Jawaban disebarluaskan tanpa
menyebut identitas yang bertanya dimaksudkan agar semua pembaca bisa berbagi
informasi yang akurat tentang HIV/AIDS. Yang ingin bertanya, silakan kirim
pertanyaan ke “AIDS Watch Indonesia” (http://www.aidsindonesia.com)
melalui: (1) Surat ke PO Box 1244/JAT, Jakarta 13012, (2) Telepon (021)
4756146, (3) e-mail aidsindonesia@gmail.com, dan (4) SMS 08129092017. Redaksi.
*****
Tanya: Hari Sabtu kemarin saya melakukan perilaku berisiko (al. hubungan seksual tanpa
kondom dengan perempuan yang sering ganti-ganti pasangan-Red.). Ketika itu kondom
yang saya pakai terlepas sekitar 20 detik. Penis saya tidak luka dan saya tidak
ejakulasi di dalam vagina cewek itu. Vagina cewek itu tidak basah. Ini pertama
kali saya melakukan hubungan seksual. Ada gesekan dengan vagian tapi tidak
keras dan tidak lama. (1) Seberapa besar
kemungkinan saya tertular HIV jika cewek itu mengidap HIV/AIDS? (2) Apakah ada
harapan tidak tertular HIV karena hanya sekali melakukan hubungan seksual? (3)
Apakah ada kasus-kasus sebelumnya tertular melalui hubungan seksual yang
pertama? (4) Jika sampai setelah 3 bulan saya normal-normal saja dan tidak ada
gejala-gejala terkait AIDS, apakah saya bisa dibilang tidak tertular HIV? (5)
Jika cewek itu mengaku selalu memakai kondom setiap melakukan hubungan seksual,
apakah risiko saya tertular HIV dari cewek itu bisa dibilang rendah? (6)
Pikiran saya tidak tenang menunggu masa jendela, apakah ada solusi mendeteksi
HIV tanpa harus menunggu masa jendela?
Tn “Z”, Kota “D”, Jabar,
via SMS (16/4-2014)
Jawab: (1), (2) dan (3)
Risiko tertular dan menularkan HIV melalui hubungan seksual vaginal (penis
masuk ke dalam vagina) terjadi melalui cairan vagina (ke laki-laki) dan air
mani (ke perempuan) serta gesekan antara penis dan vagina.
Secara teoritis risiko tertular HIV melalui hubungan
seksual dengan yang mengidap HIV/AIDS tanpa kondom di dalam dan di luar nikah
adalah 1:100. Artinya, dalam 100 kali hubungan seksual ada 1 kali risiko
penularan.
Persoalannya adalah tidak bisa diketahui pada hubungan
seksual yang ke berapa terjadi penularan HIV. Bisa yang pertama, kedua, kelima,
kelima puluh, atau yang keseratus. Itu artinya setiap hubungan seksual tanpa
kondom di dalam dan di luar nikah dengan pengidap HIV/AIDS ada risiko tertular
HIV/AIDS.
Terkait dengan kondom yang Anda pakai lepas 20 detik
tentulah sudah terjadi gesekan penis dengan vagina serta penis dengan cairan
vagina. Tidak ada studi yang bisa menentukan berapa lama hubungan seksual
dilakukan agar terjadi penularan HIV. Itu artinya penularan bisa saja pada
detik pertama, menit kelima, dst.
Tidak ada informasi tentang penularan HIV pada
hubungan seksual yang keberapa. Pengakuan seorang anak muda yang terdeteksi
mengidap HIV/AIDS melalui tes HIV di Yayasan Pelita Ilmu (YPI) beberapa tahun
yl. dia baru 10 kali melakukan hubungan seksual ketika terdeteksi mengidap
HIV/AIDS.
(4) Terkait dengan penularan HIV yang juga jadi
persoalan besar adalah tidak ada tanda-tanda yang khas AIDS pada fisik dan
keluhan kesehatan pada diri orang-orang yang sudah tertular HIV. Bahkan,
statistik menunjukkan gejala yang terkait dengan HIV/AIDS, dengan catatan ybs. sudah
menjalani tes HIV, baru ada antara 5 – 15 tahun setelah tertular HIV. Nah,
kalau sampai tiga bulan Anda tidak mengalami gejala-gejala terkait HIV/AIDS itu
tidak berarti Anda tidak tertular HIV jika Anda sudah mengidap HIV/AIDS.
(5) Itu ‘kan hanya sebatas pengakuan perempuan tsb. Anda
tentu saja tidak bisa membuktikannya. Fakta menunjukkan di lokasi atau
lokalisasi pelacuran yang menjalankan program kondom dengan ketat yaitu hanya tamu
laki-laki yang memakai kondom yang boleng ngeseks dengan PSK, tetap saja ada
PSK yang mengidap penyakit kelamin. Hal ini bisa terjadi karena PSK tidak akan
memaksa pacara atau suami mereka memakai kondom jika sanggama. Padahal, bisa
saja pacar atau suami mereka itu juga melakukan hubungan seksual tanpa kondom
dengan PSK lain.
(6) Ada tes yang tidak harus menunggu masa jendela
yaitu PCR. Tapi, lebih baik Anda konsultasi ke Klinik VCT di rumah sakit umum
(RSUD) di daerah Anda.
Daripada Anda risau, akan lebih baik kalau Anda konsultasi
ke Klinik VCT.***
- AIDS Watch Indonesia/Syaiful
W. Harahap