Tanya Jawab AIDS No 3/April
2014
Pengantar. Tanya-Jawab ini adalah jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang
dikirim melalui surat, telepon, SMS, dan e-mail. Jawaban disebarluaskan tanpa
menyebut identitas yang bertanya dimaksudkan agar semua pembaca bisa berbagi
informasi yang akurat tentang HIV/AIDS. Yang ingin bertanya, silakan kirim
pertanyaan ke “AIDS Watch Indonesia” (http://www.aidsindonesia.com)
melalui: (1) Surat ke PO Box 1244/JAT, Jakarta 13012, (2) Telepon (021)
4756146, (3) e-mail aidsindonesia@gmail.com, dan (4) SMS 08129092017. Redaksi.
*****
Tanya: Saya, cewek, umur 15 tahun, kelas 1 SMK. Dalam kurun waktu tiga tahun
belakangan ini saya sudah ngeseks berganti-ganti dengan delapan laki-laki.
Empat di antara mereka masih perjaka ketika ngeseks dengan saya. Tapi saya
jarang melakukannya. Aku takut sekali karena saya ngeseks sebelum mengetahui
HIV/AIDS. Dengan pasangan yang terakhir kami pacaran dan dia janji akan
menikahi saya setelah lulus sekolah. (1) Apakah saya sudah tertular HIV? (2)
Apakah pasangan saya yang sekarang juga harus tes HIV? (3) Kalau sudah menikah
apakah ada risiko tertular HIV kalau kami ngeseks? (4) Siapa dan bagaimana, sih,
hubungan seks yang bisa kena HIV? (5) Saya takut tes karena takut hasilnya
positif. (6) Apakah HIV/AIDS bisa sembuh? (7) Saya sering makan pisang katanya
bisa mencegah HIV/AIDS. Apakah ini benar?
“XY”, Kota “S” di Jatim via SMS (27/1-2014)
Jawab: (1) Tentu saja tidak bisa dibuktikan bahwa seorang laki-laki masih
perjaka. Tidak ada tanda fisik yang menandakan seorang laki-laki masih perjaka
atau tidak. Berbeda dengan cewek yang bisa diketahui melalui pemerikaan oleh
dokter ahli. Maka, tidak bisa dipastikan apakah mereka belum pernah atau sudah
pernah ngeseks sebelum melakukan hal yang sama denganmu. Nah, yang empat lagi
kan tidak perjaka. Artinya, mereka sudah pernah melakukan hubungan seksual
dengan pasangan lain, bisa pacar, pekerja seks komersial (PSK), atau waria. Itu
artinya laki-laki yang melakukan hubungan seksual denganmu perilaku mereka
berisiko tertular HIV. Kalau ada di antara delapan laki-laki itu yang mengidap
HIV/AIDS maka ada risiko penularan HIV terhadap dirimu. Untuk mengetahui apakah
sudah tertular HIV atau belum hanya bisa diketahui melalui tes HIV di
tempat-tempat yang sudah direkomendasikan oleh pemerintah.
(2) Ya, apalagi kalian
sepakat akan menikah setelah lulus maka lebih baik tes HIV sekarang agar bisa
diambil langkah ke depan kalua hasilnya negatif atau positif. Tapi, ingat jika
hasil tes HIV negatif, maka pacarmu itu pun tidak boleh ngeseks dengan
perempuan lain agar tidak ada lagi risiko penularan HIV.
(3) Kalau salah satu
atau kalian berdua mengidap HIV, maka ada risiko penularan HIV melalui hubungan
seksual setelah kalian menikah. Penularan HIV melalui hubungan seksual bukan
karena sifat hubungan seksual (di dalam dan di luar nikah), tapi karena kondisi
hubungan seksual (salah satu atau dua-dunya mengidap HIV/AIDS dan laki-laki atau
suami tidak memakai kondom setiap kali sanggama). Melalui konseling ada cara-cara
yang dianjurkan agar tidak terjadi penularan HIV kalau salah satu atau
kedua-dua pasangan mengidap HIV/AIDS.
(4) Hubungan seksual, di
dalam dan di luar nikah, yang bisa menularkan HIV adalah jika salah satu dari
pasangan tsb. mengidap HIV/AIDS dan laki-laki atau suami tidak memakai kondom
setiap kali melakukan hubungan seksual.
(5) Apapun hasil tes HIV
sangat berguna karena bisa menjadi awal langkah baru ke depan. Maka, yang
paling baik adalah segera melakukan tes HIV agar bisa diketahui apakah sudah
tertular HIV atau belum.
(6) Ada penyakit yang
ada obatnya tapi tidak bisa sembuh yaitu diabetes dan darah tinggi. HIV/AIDS
pun ada obatnya tapi tidak bisa disembuhkan.
Yang bisa dilakukan pengidap HIV/AIDS adalah meminum obat agar kondisi
tubuh tetap sehat dan mencegah penyakit lain masuk ke dalam tubuh. Sedangkan
virus (HIV) tetap ada di dalam tubuh seumur hidup.
(7) Tidak ada kaitan
antara makan pisang dengan pencegahan dan pengobatan HIV/AIDS. Itu hanya mitos
(anggapan yang salah). Belum ada satu pun jenis virus, seperti virus flu dan
virus hepatitis B, yang bisa diobati. Maka, langkah yang tepat adalah
konsultasi dan berobat ke dokter.
Silakan ke Klinik VCT di
rumah sakit umum daerah di daerahmu. Kalau takut dikenal orang silakan pakai
pakaian yang bisa menyamarkan dirimu dan pakai nama palsu. Jika ada kesulitan,
silakan kontak kami. ***
- AIDS
Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap