”Terjerumus
Pergaulan Bebas, 42 Mahasiswa di Sulut Kena AIDS.” Ini judul berita di merdeka.com (26/3-2014).
Jika dikaitkan dengan fakta tentang HIV/AIDS sebagai fakta medis, maka judul
berita tsb. ngawur bin ngaco.
Pertama, penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual bukan karena sifat
hubungan seksual (pergaulan bebas, zina, melacur, homoseksual, seks anal,
dll.), tapi karena kondisi (saat terjadi) hubungan seksual (laki-laki tidak
memakai kondom, salah satu dari pasangan tsb. mengidap HIV/AIDS).
Kedua, yang menular adalah HIV bukan AIDS karena AIDS bukan penyakit tapi
kondisi seseorang yang sudah tertular (virus) HIV yang secara statistik terjadi
antara 5-15 tahun setelah tertular.
Ketiga, bukan ’kena AIDS’, tapi tertular HIV karena yang menular adalah virus
yaitu HIV.
Di dalam tubuh berita disebutkan: "Hal
ini bisa saja terjadi karena ada kaitan dengan gaya hidup atau pergaulan bebas.
Ada kecenderungan melakukan hubungan heteroseksual yang berisiko tanpa pengaman
semisal penggunaan kondom. Bisa
juga karena penggunaan jarum suntik yang tidak steril," kata Sekretaris
Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Sulut, Tangel Kairupan.
Kalau saja Kairupan tidak mamakai lidah moral, maka pernyataan di atas tidak
perlu karena kuncinya adalah: siswa dan mahasiswa itu tertular HIV karena
mereka melakukan hubungan seksual dengan yang mengidap HIV/AIDS.
Dalam pernyataan di atas ada dua terminologi yang justru mengesankan mitos
(anggapan yang salah) terkait HIV/AIDS yaitu gaya hidup dan pergaulan bebas.
Tidak ada kaitan langsung antara gaya hidup dan pergaulan bebas dengan
penularan HIV melalui hubungan seksual.
Apa pun gaya hidup seseorang kalau dia tidak melakukan hubungan seksual, di
dalam dan di luar nikah, dengan seseorang yang mengidap HIV/AIDS, maka dia
tidak akan pernah tertular HIV melalui hubungan seksual.
Sebaliknya, seseorang yang hanya melakukan hubungan seksual di dalam ikatan pernikahan
yang sah menurut norma, moral, hukum dan agama tetap ada risiko tertular HIV
kalau hubungan seksual dilakukan dengan seseorang yang mengidap HIV/AIDS dan
laki-laki tidak memakai kondom setiap kali melakukan hubungan seksual.
Begitu juga dengan pelaku pergaulan bebas. Seorang pelaku pergaulan bebas tidak
akan pernah tertular HIV kalau hubungan seksual dalam pergaulan bebas selalu
dilakukan dengan yang tidak mengidap HIV/AIDS.
Disebutkan pula bahwa ”Dia mengatakan bahwa saat ini semua orang menjadi rentan
tertular penyakit AIDS.”
Pernyataan ini menyesatkan karena yang tidak semua orang rentan atau berisiko
tertular HIV (Catatan: yang menular bukan penyakit AIDS, tapi HIV sebagai
virus).
Orang-orang yang rentan tertular HIV adalah:
(1) Menerima transfusi darah yang diskirining dan tidak diskrining,
(2) Laki-laki dan perempuan dewasa yang melakukan hubungan seksual tanpa
kondom, di dalam dan di luar nikah, dengan pasangan yang berganti-ganti,
(3) Laki-laki dan perempuan dewasa yang melakukan hubungan seksual tanpa
kondom, di dalam dan di luar nikah, dengan yang sering ganti-ganti pasangan,
(4) Memakai jarum suntik secara bersama-sama dengan bergantian, terutama pada
penyalahguna narkoba, dan,
(5) Menyusui air susu ibu (ASI) perempuan yang sering ganti-ganti pasangan.
Nah, bagi yang tidak melakukan salah satu atau beberapa hal di atas, maka dia
tidak rentan tertular HIV.
Ibu rumah tangga (bisa) rentan tertular HIV kalau suaminya melakukan salah satu
atau beberapa perilaku di atas.
Persoalan bagi ibu
rumah tangga adalah posisi tawar istri sangat rendah jika berhadapa dengan
suami karena ada pemahaman yang tidak pas dalam ikatan pernikahan, tertutama
pernikahan berdasarkan agama, yaitu istri tidak berhak bertanya perilaku (seks)
suami di luar rumah.
Bahkan, ada agama yang menyebutkan bahwa “Istri keluar rumah tanpa izin suami
adalah dosa besar.” Celakanya, ada suami yang keluar rumah justru bikin dosa
besar dan pulang membawa HIV/AIDS yang akan ditularkan kepada istrinya.
Data yang dikeluarkan oleh Ditjen PP & PL, Kemenkes RI per tanggal 14
Februari 2014, menunjukkan kasus kumulatif HIV/AIDS di Sulut mencapai 2.841
yang terdiri atas HIV 2.043 dan AIDS 798. Jumlah kasus
AIDS ini menempatkan Sulut pada peringkat 14 secara nasional.
- AIDS Watch Indonesia/Syaiful
W. Harahap