25 Maret 2014

Penularan HIV/AIDS Bukan Karena ’’Pergaulan Bebas’’

Terjerumus Pergaulan Bebas, 42 Mahasiswa di Sulut Kena AIDS.” Ini judul berita di merdeka.com (26/3-2014).

Jika dikaitkan dengan fakta tentang HIV/AIDS sebagai fakta medis, maka judul berita tsb. ngawur bin ngaco.

Pertama, penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual bukan karena sifat hubungan seksual (pergaulan bebas, zina, melacur, homoseksual, seks anal, dll.), tapi karena kondisi (saat terjadi) hubungan seksual (laki-laki tidak memakai kondom, salah satu dari pasangan tsb. mengidap HIV/AIDS).

Kedua, yang menular adalah HIV bukan AIDS karena AIDS bukan penyakit tapi kondisi seseorang yang sudah tertular (virus) HIV yang secara statistik terjadi antara 5-15 tahun setelah tertular.

Ketiga, bukan ’kena AIDS’, tapi tertular HIV karena yang menular adalah virus yaitu HIV.

Di dalam tubuh berita disebutkan: "Hal ini bisa saja terjadi karena ada kaitan dengan gaya hidup atau pergaulan bebas. Ada kecenderungan melakukan hubungan heteroseksual yang berisiko tanpa pengaman semisal penggunaan kondom. Bisa juga karena penggunaan jarum suntik yang tidak steril," kata Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Sulut, Tangel Kairupan.

Kalau saja Kairupan tidak mamakai lidah moral, maka pernyataan di atas tidak perlu karena kuncinya adalah: siswa dan mahasiswa itu tertular HIV karena mereka melakukan hubungan seksual dengan yang mengidap HIV/AIDS.

Dalam pernyataan di atas ada dua terminologi yang justru mengesankan mitos (anggapan yang salah) terkait HIV/AIDS yaitu gaya hidup dan pergaulan bebas.

Tidak ada kaitan langsung antara gaya hidup dan pergaulan bebas dengan penularan HIV melalui hubungan seksual.

Apa pun gaya hidup seseorang kalau dia tidak melakukan hubungan seksual, di dalam dan di luar nikah, dengan seseorang yang mengidap HIV/AIDS, maka dia tidak akan pernah tertular HIV melalui hubungan seksual.

Sebaliknya, seseorang yang hanya melakukan hubungan seksual di dalam ikatan pernikahan yang sah menurut norma, moral, hukum dan agama tetap ada risiko tertular HIV kalau hubungan seksual dilakukan dengan seseorang yang mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom setiap kali melakukan hubungan seksual.

Begitu juga dengan pelaku pergaulan bebas. Seorang pelaku pergaulan bebas tidak akan pernah tertular HIV kalau hubungan seksual dalam pergaulan bebas selalu dilakukan dengan yang tidak mengidap HIV/AIDS. Disebutkan pula bahwa ”Dia mengatakan bahwa saat ini semua orang menjadi rentan tertular penyakit AIDS.”

Pernyataan ini menyesatkan karena yang tidak semua orang rentan atau berisiko tertular HIV (Catatan: yang menular bukan penyakit AIDS, tapi HIV sebagai virus).

Orang-orang yang rentan tertular HIV adalah:

(1) Menerima transfusi darah yang diskirining dan tidak diskrining,

(2) Laki-laki dan perempuan dewasa yang melakukan hubungan seksual tanpa kondom, di dalam dan di luar nikah, dengan pasangan yang berganti-ganti,

(3) Laki-laki dan perempuan dewasa yang melakukan hubungan seksual tanpa kondom, di dalam dan di luar nikah, dengan yang sering ganti-ganti pasangan,

(4) Memakai jarum suntik secara bersama-sama dengan bergantian, terutama pada penyalahguna narkoba, dan,

(5) Menyusui air susu ibu (ASI) perempuan yang sering ganti-ganti pasangan.

Nah, bagi yang tidak melakukan salah satu atau beberapa hal di atas, maka dia tidak rentan tertular HIV. Ibu rumah tangga (bisa) rentan tertular HIV kalau suaminya melakukan salah satu atau beberapa perilaku di atas.

Persoalan bagi ibu rumah tangga adalah posisi tawar istri sangat rendah jika berhadapa dengan suami karena ada pemahaman yang tidak pas dalam ikatan pernikahan, tertutama pernikahan berdasarkan agama, yaitu istri tidak berhak bertanya perilaku (seks) suami di luar rumah.

Bahkan, ada agama yang menyebutkan bahwa “Istri keluar rumah tanpa izin suami adalah dosa besar.” Celakanya, ada suami yang keluar rumah justru bikin dosa besar dan pulang membawa HIV/AIDS yang akan ditularkan kepada istrinya.

Data yang dikeluarkan oleh Ditjen PP & PL, Kemenkes RI per tanggal 14 Februari 2014, menunjukkan kasus kumulatif HIV/AIDS di Sulut mencapai 2.841 yang terdiri atas HIV 2.043 dan AIDS 798. Jumlah kasus AIDS ini menempatkan Sulut pada peringkat 14 secara nasional.

                                                                                          - AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap

24 Maret 2014

Risiko Tertular HIV/AIDS jika ML dengan Pacar

* Tanya Jawab AIDS No 1/Maret 2014

Pengantar. Tanya-Jawab ini adalah jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang dikirim melalui surat, telepon, SMS, dan e-mail. Jawaban disebarluaskan tanpa menyebut identitas yang bertanya dimaksudkan agar semua pembaca bisa berbagi informasi yang akurat tentang HIV/AIDS. Yang ingin bertanya, silakan kirim pertanyaan ke “AIDS Watch Indonesia” (http://www.aidsindonesia.com) melalui: (1) Surat ke PO Box 1244/JAT, Jakarta 13012, (2) Telepon (021) 4756146, (3) e-mail aidsindonesia@gmail.com, dan (4) SMS 08129092017. Redaksi.

*****
Tanya: Saya seorang pemuda. Saya pernah ML (hubungan seksual) di luar nikah dengan pacar. Juga pernah ML satu kali dengan cewek lain. Sudah setahun ini kami melakukan ML. (1) Apakah ada risiko tertular HIV jika “ML’ dengan pacar? (2) Kalau tes HIV kira-kira habis berapa rupiah?


Jawab: (1) Yang menjadi persoalan besar adalah: (a) Apakah Anda pernah atau sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom, di dalam dan di luar nikah, dengan perempuan yang berganti-ganti? Jika jawabannya YA, maka Anda berisiko tertular HIV. Itu artinya pacar Anda berisiko pula terular HIV jika Anda mengidap HIV/AIDS.

(b) Apakah pacar Anda pernah atau sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom, di dalam dan di luar nikah, dengan laki-laki yang berganti-ganti? Jika jawabannya YA, maka pacar Anda berisiko tertular HIV. Itu artinya Anda berisiko pula terular HIV jika pacar Anda mengidap HIV/AIDS.


(2) Biaya tes HIV tidak mahal. Tapi, Anda harus tes di fasilitas yang disedikan pemerintah yaitu Klinik VCT di rumah-rumah sakit pemerintah di daerah Anda. Silakan ke Klinik VCT. Jika malu atau takut ketahuan, silakan dengan penyamaran: nama palsu, rambut palsu, kumis palsu, dst.***

- AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap