Oleh Syaiful W. Harahap – AIDS WatchIndonesia
“Gawat! Usia Produktif Rentan Mengidap
HIV/AIDS.” Ini judul berita di Tribun Jogja (17/12-2014).
Judul berita ini provokatif dan sensasional, karena:
Pertama, tidak
ada kaitan langsung antara usia (produktif) dan kerentanan mengidap HIV/AIDS.
Kedua,
kerentanan terhadap HIV/AIDS tergantung kepada perilaku atau kegiatan orang per
orang terkait dengan hubungan seksual.
Ketiga, yang
gawat justru tidak ada program pemerintah yang konkret untuk menanggulangi
insiden infeksi HIV baru pada laki-laki di hulu.
Data
Dinkes Sleman menunjukkan sampai bulan Maret 2014
kasus kumulatif HIV/AIDS tercatat 639.
Disebutkan juga dalam berita: Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sleman,
DI Yogyakarta, mencatat sebagaian
besar pengidap HIV/(AIDS)
berada pada usia produktif.
Sayang,
dalam berita tidak disebutkan faktor risiko (cara penularan) HIV/AIDS pada
pengidap HIV/AIDS yang berusia produktif. Soalnya, banyak kasus HIV/AIDS pada
usia produktif terdeteksi pada penyalahguna narkoba (narkotika dan bahan-bahan
berbahaya) dengan jarum suntik secara bergantian. Mereka itu terdeteksi karena
ada kewajiban tes HIV pada penyalahguna narkoba yang akan mengikuti
rehabilitasi.
Sedangkan
pada laki-laki usia produktif dan pada usia yang tidak produktif, seperti
laki-laki dan perempuan usia di atas 40 tahuh, yang perilaku seksualnya
berisiko tertular HIV/AIDS, tidak ada kewajiban untuk menjalani tes HIV. Maka,
tidak banyak kasus HIV/AIDS yang terdeteksi pada kalangan usia di atas 40 tahun
karena banyak di antara mereka yang terdeteksi ketika sakit atau hendak
persalinan.
Mereka
itu adalah:
(1)
Laki-laki dewasa melalui hubungan seksual tanpa kondom, di dalam dan di luar
nikah, dengan perempuan yang berganti-ganti di wilayah Kab Sleman atau di luar
wilayah Kab Sleman,
(2)
Perempuan dewasa melalui hubungan seksual, di dalam dan di luar nikah, dengan
laki-laki yang berganti-ganti dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom di
wilayah Kab Sleman atau di luar wilayah Kab Sleman,
(3)
Laki-laki dewasa melalui hubungan seksual tanpa kondom dengan perempuan yang
sering ganti-ganti pasangan, yaitu pekerja seks komersial (PSK) langsung (PSK
yang ada di lokasi atau lokalisasi pelacuran, di jalanan, dll.) di wilayah Kab
Sleman atau di luar wilayah Kab Sleman, dan
(4)
Laki-laki dewasa melalui hubungan seksual tanpa kondom dengan perempuan yang
sering ganti-ganti pasangan, yaitu PSK tidak langsung (cewek kafe, cewek pub,
cewek disko, ‘ayam kampus’, ABG, ibu-ibu, cewek panggilan, cewek gratifikasi
seks, dll.) di wilayah Kab Sleman atau di luar wilayah Kab Sleman.
Empat hal di
atas merupakan ‘pintu masuk’ HIV/AIDS ke Kab Sleman dengan faktor risiko
hubungan seksual. Kepala
Bidang Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL), Dinkes Sleman,
Novita Krisnaeni, mengatakan tingginya faktor tersebut dipengaruhi pola hidup
dengan tindakan beresiko penularanHIV/AIDS. Antara lain berupa seks bebas yang dilakukan dengan
berganti-ganti pasangan hingga penggunaan narkoba suntik.
Pernyataan
Novita ini menyuburkan mitos (anggapan yang salah) tentang HIV/AIDS, karena
kalau “seks bebas” yang dimaksud Novita adalah ngeseks dengan pekerja seks
komersial (PSK), maka itu menyesatkan karena hubungan seksual suka sama suka di
luar pelacuran juga “seks bebas”.
Maka,
analogi dari pernyataan Novita itu
adalah: “Semua orang yang pernah berzina sudah mengidap HIV/AIDS.”
Tidak
ada kaitan langsung antara penggunaan narkoba dan HIV/AIDS. Risiko tertular
HIV/AIDS melalui penggunaan narkoba bisa terjadi jika narkoba dipakai dengan
cara disuntikan dengan kondisi jarum suntik dipakai secara bergantian. Kalau
seseorang memakai narkoba dengan disuntikkan sendirian, maka sampai kiamat pun
tidak akan pernah terjadi penularan HIV melalui jarum suntik tsb.
Novita juga
mengatakan: “Kurangnya pemahaman yang dimiliki masyarakat tentang resiko dari
perilaku inilah yang menyebabkan penularannya sangat cepat.”
Maka, untuk itulah
pemerintah harus menjalankan progra yang konkret berupa intervensi agar insiden
infeksi HIV baru di hulu pada laki-laki melalui hubungan seksual, al. dengan
PSK, bisa diturunkan. Dari empat perilaku yang berisiko di atas hanya pada
nomor (3) bisa dilakukan intervensi yaitu dengan program ‘wajib kondom 100
persen’. Tapi, pelacuran harus dilokalisir. Celakanya, di Kab Slemaan praktek
pelacuran terjadi di sembarang tempat dan sembarang waktu sehingga tidak akan
bisa dilakukan intervensi.
Disebutkan lagi
oleh Novita: kurangnya pahaman tersebut, tingginya penularan juga dipengaruhi
dengan ketidaktahuan seseorang bahwa telah mengidap virus tersebut. “Banyak
yang tidak tahu telah mengidap dan enggan periksa. Sehingga diketahui ketika
sudah hamil dan janinnya juga tertular.”
Untuk itulah
pemerintah harus menjalankan program yang konkret untuk mendeteksi HIV/AIDS di
masyarakat, yaitu:
(a) Regulasi
dalam bentuk perda atau pergub yang mewajibkan semua pasien yang berobat di
sarana kesehatan pemerintah wajib menjalani tes HIV,
(b) Regulasi
dalam bentuk perda atau perbub yang mewajibkan semua pasien yang berobat dengan
BPJS di sarana kesehaan swasta yang iurannya dibayar pemerintah wajib menjalan
tes HIV, dan
(c) Regulasi
dalam bentuk perda atau perbub yang mewajibkan semua perempuan hamil dan
pasangan atau suaminya yang berobat di sarana kesehatan pemerintah wajib
menjalani konseling dan tes HIV.
Jika Pemkab Sleman
tidak menjalankan program penanggulangan yang konkret dan sistematis, maka
penyebaran HIV/AIDS akan terus terjadi yang kelak bermuara pada “ledakan AIDS”.
***
Practise for wondering can help any enhancement for intelligence. If your man prada replica thinking about an item, pc training courses a key judgement or simply something more productive, the neural starts out a all natural job, together with we will need to take into account that to use a huge intelligence, came across workout some of our neural always. One of the best and also ideal gucci replica happen to be undertaken anytime a person is thoroughly laid-back together with serene. Comfort together with harmony happen to be activating would mean, which unfortunately, alongside some of our feelings, are very important that will results anytime currently taking actions. Most people should get gloomy at times. It’s common that will truly feel gloomy at a boisterous chanel replica, get hold of emotional with a sacrificed man, or simply truly feel unhappy all through small memories ever experience. At one time despair should get in the control, it will wreak destruction for your mental state together with hard drive anyone to developmental lows. During the most unfortunate incidents, despair will have you any chanel replica that you could contemplate or extremely are going to last part your lifestyle. Some of our neural entails fatty acids to the office appropriately. Comprise pike plates, fresh vegetables, fruits and veggies together with nutritional vitamin supplements, mainly B12, in your diet. Most of during louis vuitton replica, when you need cultivate an individual's intelligence, toss in the towel TV FOR PC. Easy methods to cultivate intelligence? For those times you believe that you’re living with extraordinary developmental lows, consequently you should do an item regarding this.
BalasHapus