“29 Pekerja Salon dan Panti Pijat di Berau
Mengidap HIV/AIDS.” Ini judul bertita di tribunnews.com,
2/12-2014.
Dikabarkan dari Tanjung Redeb, Kabupaten Berau, Prov Kalimantan Timur, ketika
memperingati Hari AIDS Sedunia tanggal 1 Desember 2014, mahasiswa menghimbau
agar masyarakat menjauhi segala risiko yang bisa menjadi faktor penularan HIV/AIDS.
Mahasiswa dikabarkan pemerintah setempat untuk menutup lokalisasi pelacuran karena
menurut penelitian, HIV/AIDS mayoritas
menular dari hubungan seksual tidak dengan pasangan sendiri.
Kasus
HIV/AIDS di Kab Berau dilaporkan sampai bulan November 2014 terdeteksi 31 kasus.
Pernyataan
mahasiswa di atas menunjukkan pemahaman mereka terhadap HIV/AIDS sebagai fakta
medis sangat rendah.
Pertama, risiko
tertular HIV/AIDS bukan pada masyarakat tapi perilaku orang per orang. Maka,
anjuran ditujukan kepada laki-laki dewasa, terutama yang mempunyai penghasilan
tetap karena dengan uang mereka bisa membeli seks.
Kedua, kasus HIV/AIDS
pada pekerja seks komersal (PSK) di lokalisasi pelacuran justru dibawa oleh
laki-laki dewasa, bisa saja penduduk Kab Berau atau pendatang, yang sudah
mengidap HIV/AIDS. Mereka ini menularkan HIV/AIDS ke PSK karena tidak memakai
kondom ketika melakukan hubungan seksual.
Ketiga, terkait dengan
kasus di Berau yang disebutkan ada 29 pekerja salon dan panti pijat yang
mengidap HIV/AIDS itu artinya minimal ada 29 laki-laki dewasa yang mengidap
HIV/AIDS, bisa penduduk Berau. Mereka inilah yang menularkan HIV/AIDS ke
pekerja salon dan panti pijat. 29 laki-laki yang mengidap HIV/AIDS ini juga
akan menularkan HIV/AIDS ke istri atau pasangannya.
Keempat, ratusan bahkan
ribuan laki-laki dewasa yang ngeseks dengan 29 pekerja salon dan panti pijat
yang tidak memakai kondom berisiko tertular HIV/AIDS. Laki-laki yang tertular
HIV/AIDS kemudian menularkan HIV/AIDS ke istri(-istri), selingkuhan, atau pasangan
seksual lain.
Maka,
amatlah beralasan kemudian kalau ibu rumah tangga banyak yang terdeteksi
mengidap HIV/AIDS. Ibu-ibu ini tertular dari suaminya. Jika tidak terdeteksi,
maka ibu-ibu rumah tangga itu akan menularkan HIV/AIDS ke bayi yang
dikandungnya kelak.
Disebutan
dalam berita: Apalagi Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA)
di Berau juga mayoritas berprofesi sebagai pekerja seks komrsil (PSK) yang
berkedok sebagai pekerja di tempat hiburan malam (THM) pekerja salon dan panti
pijat.
Nah,
ini fakta. Tapi, yang jadi persoalan besar adalah realitas di balik fakta ini
yaitu:
(1)
Laki-laki yang menularkan HIV/AIDS ke PSK tsb. Soalnya, mereka menjadi mata
rantai penyebaran HIV/AIDS di masyarakat, al. melalui hubungan seksual tanpa
kondom di dalam dan di luar nikah. Yang beristri akan menularkan HIV/AIDS ke
istri, selingkuhan atau pasangan seks lain atau ke waria dan PSK.
(2)
Laki-laki yang tertular HIV/AIDS dari PSK. Mereka juga menjadi mata rantai
penyebaran HIV/AIDS di masyarakat, al. melalui hubungan seksual tanpa kondom di
dalam dan di luar nikah. Yang beristri akan menularkan HIV/AIDS ke istri,
selingkuhan atau pasangan seks lain atau ke waria dan PSK.
Maka, yang perlu
dilakukan bukan sekedar menutup lokalisasi pelacuran, tapi menjalankan program
penanggulangan yang konkret yaitu mencegah insiden infeksi HIV baru. Dalam
kaitan ini perlu ada regulasi yang memaksa laki-laki memakai kondom ketika
ngeseks dengan PSK. Tapi, jika pelacuran tidak dilokalisir maka program ini
tidak akan bisa dijalankan karena praktek pelacuran terjadi di sembarang tempat
dan sembarang waktu.
Kepala Bidang
Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL), Dinas Kesehatan Kab Berau,
Andarias Baso, mengatakan: "Kebanyakan penderita HIV/AIDS adalah
orang-orang yang punya perilaku seks bebas, kebanyakan yang kami temukan dari
hasil pemeriksaan darah adalah para pekerja di tiga jenis pekerjaan itu."
Pernyataan
Andarias ini tidak tepat karena risiko tertular dan menularkan HIV/AIDS melalui
hubungan seksual bukan karena sifat hubungan seksual (seks bebas, zina,
melacur, selingkuh, dll.), tapi karena kondisi hubungan seksual (salah satu
mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom).
Yang terjadi di
Berau adalah hubungan seksual yang tidak aman yaitu laki-laki tidak memakai
kondom ketika ngeseks dengan pekerja salon dan panti pijat.
Andarias
mengatakan: "Karena itu, di berbagai daerah, penderita HIV/AIDS ini
terus bertambah kalaupun berkurang kemungkinan penderitanya pindah tempat atau
meninggal, karena sampai sekarang tidak ditemukan obatnya."
Biar pun semua
pengidap HIV/AIDS meninggal angka laporan kasus HIV/AIDS tidak akan pernah
turun karena cara pelaporan kasus HIV/AIDS di Indonesia dilakukan secara
kumulatif yaitu kasus lama ditambah kasus baru. Begitu seterusnya.
Dikabarkan langkah
Pemkab Berau untuk menekan penularan virus dan penyakit mematikan ini, Dinas
Kesehatan bersama Satpol PP kerap melakukan pemeriksaan kesehatan secara
mendadak di tempat-tempat yang dicurigai menjadi tempat prostitusi.
Pernyataan ini
juga tidak pas karena sebagi virus HIV tidak mematikan. Kematian pada pengidap
HIV/AIDS terjadi di masa AIDS, secara statistik setelah tertular antara 5-15
tahun, karena penyakit yang disebut infeksi oportunistik, seperti diare, malaria,
pnemonia, TB, dll.
Pemeriksaan
kesehatan terhadap PSK, pekerja salon dan panti pijat tidak ada gunanya karena
kalau ada yang terdeteksi mengidap IMS dan/atau HIV/AIDS sekaligus, itu artinya
ada laki-laki yang menularkan IMS dan HIV/AIDS ke PSK, pekerja salon dan panti
pijat, serta ada pula laki-laki yang tertular HIV dari PSK, pekerja salon dan
panti pijat.
Yang konkret
adalah intervensi terhadap laki-laki yang ngeseks dengan PSK, pekerja salon dan
panti pijat yaitu membuat regulasi yang memaksa laki-laki memakai kondom.
Intervensi lain
adalah menajalan program pencegahan dari-ibu-ke-bayi yang dikandungnya dengan
regulasi (perda atau perbub) yang mewajibkan perempuan hamil dan pasangannya
menjalani konseling dan tes HIV.
Kalau hanya
melakukan pemeriksaan kesehatan itu sama saja dengan “menggantang asap” atau “menggarami
laut” karena tidak ada gunanya dalam epidemi HIV/AIDS. Karena Pemkab Berau
hanya melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap PSK, pekerja salon dan panti
pijat maka penyebaran HIV/AIDS akan terus. Pemkab Beratu tinggal menunggu “panen
AIDS” saja. ***
Playboy is available for Direct multitude 488 as well as being offered with a good once a month prada replica handbags for buck 18 per thirty days. You can watch night time dvds, night time bargains together with considerable truth of the matter illustrates on this subject direct that will provoke all by yourself. Playboy offers any "X" ingredients label which unfortunately it all only merits. Legitimate TV FOR PC is available after that relating to superior. You bet, any identity gucci replica handbags to your direct. Distinct from Playboy, it all doesn’t supply scripted dvds together with dramas the place erotic details happen to be covered indoors contains. All the things is certainly legitimate during Legitimate TV FOR PC. You could benefit from premium every day life films the fact that clearly show legitimate consumers during legitimate stage. Moreover, any gucci replica belts gives you uncensored variant for dvds together with truth of the matter movies that will get potential customers. Legitimate TV FOR PC offers a good "XX. 5" indicate together with is available for direct multitude 492. One other identity the fact that individual COURSE Networking potential customers regularly chant is certainly "Fresh". What makes the direct a good cooling fan most loved is certainly a prada replica to provide illustrates regarding contemporary templates together with accomplished by just different consumers. Any direct introduces everyone utilizing different entertainers in the business regularly. Having a offbeat wondering together with templates, any direct has got truly adjusted the definition for individual prada replica somewhat. Any illustrates provided by any direct may perhaps talk certain different tuition regarding allure together with love-making. Then he originated sneaking right out the neighborhood the place she was initially trying to hide together with brought your girlfriend another raised.
BalasHapus