Pekanbaru, baranews.co - Ibu rumah
tangga ternyata menjadi kelompok yang paling rentan terserang HIV AIDS. Bahkan,
dari ratusan pengidap penyakit mematikan itu di Kota Pekanbaru, kebanyakannya
adalah ibu rumah tangga.
Fakta
ini tentu saja menimbulkan perhatian serius dari sejumlah pihak. Karena,
sebagai ibu rumah tangga yang kebanyakan aktivitasnya di dalam keluarga,
semestinya bukan menjadi orang yang rentan terjangkit HIV AIDS.
Menurut
Plt Kepala Dinas Kesehatan Pekanbaru, Helda S Munir kepada Tribun, Senin
(16/6/2014), dari data yang mereka miliki, pengidap HIV di Pekanbaru sudah
mencapai 558 orang. Sementara pengidap AIDS sebanyak 571 orang. "Dari data
yang masuk ini terbesar adalah dari kelompok ibu rumah tangga. Artinya mereka
yang tidak bekerja di luar rumah," tuturnya. Hal ini tentu sangat
memprihatinkan. Karena kalau mereka jadi Orang dengan HIV AIDS (ODHA), maka
akan beresiko terhadap anak-anaknya.
Ditanya
bagaimana para ibu rumah tangga itu bisa tertular, Helda menjelaskan bahwa bisa
jadi ketika tranfusi darah. Atau malah ditularkan oleh suami mereka. Hanya
saja, kaum pria kebanyakan enggan memeriksakan kesehatannya. Sementara, kaum
ibu mengetahui terkena HIV AIDS ketika memeriksakan kesehatan diri.
Dilanjutkannya,
kecenderungan, masih sedikit laki-laki yang melakukan tes kesehatan. Karena
itu, dengan kesadaran akan bahaya HIV AIDS, para laki-laki harus memiliki
kemauan sendiri untuk diperiksa. Menurut Helda, kelompok yang rentan terjangkit
virus ini adalah yang berusia 15-49 tahun.
Karena
itu, kemarin Diskes bekerjasama dengan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Pekanbaru untuk
mensosialisasikan bahayanya penyakit itu ke Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Diharap, lewat sosialisasi ini PNS mengerti apa itu HIV dan AIDS. Lalu tahu
bagaimana memperlakukan ODHA dan gencar menginformasikan ke masyarakat sekitar
terkait bahaya-bahayanya.
Hal
senada disampaikan Master trainers Kementerian Kesehatan, dr Evalina yang juga
narasumber dalam kegiatan ini. Menurutnya, orang yang terjangkit HIV biasanya
tidak serta merta mau mengakui kondisi dirinya. Karena dampak sosialnya banyak.
Oleh
karena itu, semua yang terjangkit HIV AIDS haruslah ditopang orang
disekitarnya. Karena tak semuanya pengidap penyakit itu diakibatkan perilaku
mereka. Tapi bisa jadi dari faktor lain.
Di
masyarakat, ada beberapa hal juga yang perlu didobrak. Misalnya, masih ada kaum
ibu yang ingin memeriksakan diri ke Puskesmas harus izin suami. Padahal hal itu
jelas bisa menjadi kendala dalam menekan angka penderita HIV AIDS.
Ketua Harian
KPA yang juga Wakil Walikota Pekanbaru, Ayat Cahyadi SSi menjelaskan, tugas KPA
diantaranya mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan angota KPAK Pekanbaru,
mengadakan kerjasama regional dalam rangka penanggulangan HIV AIDS,
menyebarluaskan informasi mengenai HIV dan AIDS kepada aparat serta masyarakat.
Hanya
saja, untuk menekan angka HIV AIDS, terkadang mengalami hambatan. Diantaranya,
masih ada anggapan tabu membicarakan HIV AIDS di kalangan masyarakat. Padahal,
seharusnya mereka jangan tabu membicarakan ini. "Dari pada belajar sendiri
sebaiknya. ( Laporan wartawan Tribunpekanbaru.com/Hendra Efivanias/tribunnews.com/bh).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.