Kuala Tungkal, baranews.co (5/7-2014) - Praktik prostitusi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar) masih
menjadi masalah serius harus ditekan oleh seluruh pihak. Terutama selama
Ramadan semua pihak harus mengantisipasi praktik tersebut, jangan sampai
kesucian Ramadan dinodai.
"Hal ini bisa dilakukan dengan razia ke lokasi-lokasi yang selama ini
diketahui sebagai sarang praktik prostitusi," kata Ketua GP Ansor Tanjab
Barat, Suhery Abdullah kepada Tribun Jambi (Tribunnews.com Network),
Jumat (4/7/2014).
Sangat disayangkan komitmen bersama yang pernah dibuat oleh berbagai
instansi beberapa waktu lalu, sejauh ini seolah jalan di tempat, alias tanpa
realisasi signifikan.
"Dulu waktu hangat-hangat berita masalah prostitusi pelajar, semua
instansi bikin komitmen untuk memberantas, baik pemerintah maupun penegak
hukum. Tapi sekarang faktanya tidak ada, sekarang malah diam," singgung
Hery.
Sebagai pimpinan organisasi yang aktif melakukan advokasi pencegahan
HIV/AIDS, Hery mengaku praktik ini masih sangat marak.
Kekhawatiran atas efek negatif yang muncul pun menyeruak. Menurutnya dari
data terakhir didapat, lebih dari 80 orang warga Tanjabbar terserang
HIV/AIDS, beberapa di antaranya meninggal dunia. Kalau tidak ada penekanan,
bukan tak mungkin virus mematikan ini tersebar semakin luas.
"80 orang lebih itu yang berhasil didata, berapa banyak yang takut
ikut VCT sehingga tak terdata, artinya bisa jadi sekarang pengidap HIV di Tanjabbar lebih dari
80 orang," terang dia.
Selain harus intens melakukan penekanan secara taktis, secara strategis,
Pemkab menurutnya harus mulai memberdayakan kiai di kampung-kampung, untuk
aktif melakukan pendidikan moral kepada anak-anak. Karena di sanalah langkah
awal untuk menciptakan karakter bermoral bagi anak-anak.
"Sekarang praktik ini sudah menyebar ke kalangan pelajar. Dan kita
ketahui di pendidikan umum, hanya berapa persen menaungi masalah pendidikan
moral, tidak signifikan. Karena itu penting untuk memberdayakan kiai di
lingkungan warga," paparnya.
Himpunan Alumni Pesantren (HIMAP), menurutnya bisa digunakan untuk memulai
lagi budaya pendidikan madrasah di tengah-tengah masyarakat.
"Sekarang pendidikan madrasah atau pengajian dalam wadah Remaja Islam
Masjid (Risma) kan redup, karena kurang disentuh oleh pemerintah. Nah sekarang
dalam kondisi yang emergency pemerintah harus cepat turun tangan," Hery
Abdullah. (zha/tribunnews.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.