Oleh Syaiful W.
Harahap – AIDS Watch Indonesia
Jakarta, aidsindonesia.com (14/7-2014) - “ …. KPA kemudian menelusuri tentang dugaan penyebab pelajar
terkena HIV. Ternyata diketahui bahwa orangtua pelajar itu merupakan penderita
AIDS, sehingga penularan penyakit disebabkan karena faktor keturunan.” Ini pernyataan dalam berita ”Pelajar SMA
di Klaten Positif HIV” (solopos.com, 11/7-2014).
Pernyataan
ini menunjukkan petugas KPA (Komisi Penanggulangan AIDS) pun ternyata tidak
memahami HIV/AIDS sebagai fakta medis. Pernyataan tsb. menjungkirbalikkan akal
sehat karena HIV adalah virus yang menular bukan penyakit yang diturunkan
secara genetika.
Secara
medis penularan HIV/AIDS al. melalui hubungan seksual (vaginal dan anal), di
dalam dan di luar nikah, dengan yang mengidap HIV/AIDS dengan kondisi laki-laki
tidak memakai kondom.
Nah, jika
KPA Klaten tetap ngotot mengatakan bahwa pelajar SMA itu tertular dari orang
tuanya yang mengidap HIV/AIDS, maka penularan terjadi: (a) Saat pelajar itu di
dalam kandungan ibunya, (b) Ketika pelajar itu dilahirkan waktu persalinan, dan
(c) Ketika menyusui dengan air susu ibu (ASI). Ini terjadi kalau ibu pelajar
itu mengidap HIV/AIDS.
Kalau yang
mengidap HIV/AIDS adalah ayah pelajar SMA itu, maka penularan bisa terjadi: (d)
Melalui hubungan seks anal kalau pelajar SMA itu laki-laki, (e) Melalui seks
vaginal (kalau pelajar SMA itu perempuan) dan (f) transfusi darah yang memakai
darah si ayah yang tidak disaring PMI.
Informasi yang menyesatkan dalam berita ini ada pada pernyataan Fauzi
Rivai, pegiat di KPA Klaten: “Pelajar yang mengidap HIV itu tidak merokok dan tidak mengkonsumsi minuman
keras. Bahkan, dia cenderung pendiam dan tidak pernah terlibat kenakalan
remaja. Kalau dilihat sekilas, tidak jauh berbeda dengan pelajar pada umumnya.
Setelah ditelusuri, ternyata virus itu berasal dari orangtuanya.”
Pertama, tidak ada kaitan langsung antara merokok dan minum minuman
keras dengan penularan HIV/AIDS.
Kedua, tidak ada kaitan langsung antara sifat pendiam dan kenakalan
remaja dengan penularan HIV/AIDS.
Amatlah naif kalau kemduian Fauzi mengatakan bahwa hasil penelusurannya
membuktikan virus yang ada di tubuh pelajar SMA itu berasal dari orang tunya.
Kemungkinan itu hanya terjadi ketika pelajar SMA itu dikandungan ibunya.
Dalam berita tidak dijelaskan siapa di antara orang tua pelajar SMA itu
yang mengidap HIV/AIDS.
Jika pelajar SMA itu tertular dari ibunya, maka pelajar SMA itu amat
beruntung karena belasan tahun bisa bertahan tanpa dukungan obat dan
pendampingan.
Informasi lain yang tidak muncul dalam berita adalah tidak dijelaskan
kapan dan bagaimana pelajar SMA itu terdeteksi mengidap HIV/AIDS. Informasi ini
penting karena akan memberikan gambaran yang ril tentang faktor risiko (cara
penularan) terhadap pelajar SMA tsb.
Disebutkan dalam
berita ”Namun, ia tidak bisa membeberkan identitas pelajar tersebut karena ada
kode etik bahwa identitas pengidap HIV/AIDS harus dirahasiakan.” Pernyataan ini
mendorong masyarakat melihat Odha (Orang dengan HIV/AIDS) sebagai orang-orang
yang diistimewakan sehingga akan muncul stigma (cap buruk) dan diskriminasi
(perlakuan berbeda) terhadap Odha.
Secara medis
semua informasi tentang penyakit dan pasien: nama, alamat, jenis penyakit dan
tindakan medis adalah rahasia yang dikenal sebagai medical record. Informasi
ini bisa dipublikasikan atas izin ybs. Maka, kerahasiaan tentang penyakit bukan
hanya pada Odha tapi semua orang.
Selama ini banyak kalangan yang selalu menyalahkan wartawan dalam
penulisan berita HIV/AIDS, tapi fakta ini membuktikan bahwa justru narasumber,
bahkan orang KPA, yang memberikan informasi yang ngawur. Celakanya, wartawan
pun tidak mencari narasumber lain agar berita yang dia tulis lebih baik. ***
maaf baru nemukan web ini.. ane orang klaten dulu waktu baca berita ini di solopos juga mikir.. aneh ada anak bertahan hidup sampai belasan tahun tanpa arv, jika argumen anak tsbt terinfeksi HIV dari ortunya.. mau gak percaya tapi kok narasumber orang KPA..ternyata bapak Syaiful W Harahap juga meragukan..Baca berita tsbt sya parno krn sblm menikah saya nakal dan tidak tahu status hiv saya. saat ini anak sya sdh umur 17 tahun.. jangan2 saya dan anak sya ada virus HIV..berita tersebut memang bikin parnooo...Saya lebih percaya ulasan Bapak Syaiful
BalasHapus