Oleh Syaiful W. Harahap – AIDS Watch Indonesia
Jakarta, aidsindonesia.com (11/7-2014) – Jumlah kasus
kumulatif HIV/AIDS di Kota Jogja, DI Yogyakarta, sampai bulan Maret 2014
mencapai 714. Disebutkan “Dari jumlah tersebut, penyebab paling banyak masih
disebabkan karena perilaku seks heteroseksual sebesar 56 persen.” (Jumlah kasus HIV/AIDS di Kota Yogyakarta meningkat dan semakin
mengkawatirkan, tribunNews.com. 8/7-2014)
Judul berita ini
sensasional karena mengabaikan fakta terkait dengan pelaporan kasus HIV/AIDS. Laporan
kasus HIV/AIDS di Indonesia dilakukan secara kumulatif. Artinya, kasus lama
ditambah dengan kasus baru. Begitu seterusnya sehingga jumlah kasus kumulatif
tidak akan pernah turun biar pun banyak pengidap HIV/AIDS yang meninggal.
Disebutkan angka
714 tsb. bertambah sebesar 5,4 persen dari 677 kasus pada akhir tahun 2013.
Kasus yang terdeteksi di tahun 2014 bukan tidak semua kasus baru yang
insidennya terjadi di tahun 2014 karena penularan bisa saja sudah terjadi
sebelum tahun 2013.
Pernyataan ” ....
penyebab paling banyak masih disebabkan karena perilaku seks heteroseksual
sebesar 56 persen” menyesatkan karena penularan HIV bukan karena orientasi
seksual, tapi karena kondisi pada saat terjadi hubungan seksual.
Penularan HIV
melalui hubungan seksual bisa terjadi pada heteroseksual (laki-laki suka
perempuan dan sebaliknya) melaui seks anal, seks oral dan seks vaginal di dalam
dan di luar nikah, serta homoseksual (gay yaitu laki-laki suka laki-laki) melalui
seks anal dan seks oral jika hubungan seksual dilakukan dengan yang mengidap
HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom.
Fakta yang
menarik dalam berita tsb. adalah ”64 persen dari 714 kasus tersebut diderita
oleh laki-laki”. Itu artinya ada 450-an laki-laki pengidap HIV/AIDS. Nah, 450
laki-laki inilah yang menjadi mata rantai penyebaran HIV di masyarakat, al.
melalui hubungan seksual di dalam dan di luar nikah.
Laki-laki yang
mengidap HIV/AIDS tsb. tertular dengan faktor risiko hubungan seksual. Risiko
tertular HIV pada laki-laki terjadi al. karena sering melakukan hubungan seksual
tanpa kondom dengan perempuan yang sering ganti-ganti pasangan, seperti pekerja
seks komersial (PSK) langsung yaitu PSK yang kasat mata seperti di lokasi
pelacuran. Di Kota Jogja ada tempat pelacuran ”Sarkem” di sekitar Jalan Pasar
Kembang di ujung utara Jalan Malioboro.
Selain dengan PSK
langsung risiko tertular HIV juga terjadi pada hubungan seksual laki-laki dengan
perempuan yang juga bersifat PSK tapi tidak kasat mata. Mereka disebut PSK
tidak langsung karena tidak ’praktek’ di tempat pelacuran. Misalnya, cewek pub,
cewek kafe, cewek diskotek, anak sekolah, mahasiswi, ABG, cewek panggilan, selingkuhan,
cewek gratifikasi seks, dll.
Langkah untuk
menanggulangi penyebaran HIV/AIDS melalui laki-laki adalah dengan program
berupa intervensi untuk menurunkan insiden infeksi HIV baru pada laki-laki. Ini
bisa dilakukan dengan program ’wajib kondom 100 persen’ bagi laki-laki ketika
melakukan hubungan seksual dengan PSK.
Program hanya
bisa efektif jika pelacuran dilokalisir dengan regulasi. Celakanya, ”Sarkem”
bukan pelacuran yang dilokalisir dengan regulasi, tapi hanya lokasi yang
berkembang di permukiman. Bahkan, dalam Perda AIDS DI Yogyakarta sama sekali
tidak ada pasal yang terkait dengan ”Sarkem” (Lihat: Perda AIDS Daerah
Istimewa Yogyakarta - http://www.aidsindonesia.com/2012/10/perda-aids-di-yogyakarta.html
Upaya sosialisasi
kondom di ”Sarkem” hanya merupakan inisiatif komunitas sehingga tidak ada
kekuatan hukum yang melindungi PSK (Lihat: Duka Derita PSK di ‘Sarkem’
Yogyakarta - http://edukasi.kompasiana.com/2011/06/11/duka-derita-psk-di-%E2%80%98sarkem%E2%80%99-yogyakarta-372263.html
Sedangkan praktek
pelacuran yang melibatkan PSK tidak langsung tidak bisa diintervensi. Kasus-kasus
HIV/AIDS pada kalangan aparat, pegawai, karyawan, dan pengusaha kemungkinan
besar terjadi melalui hubungan seksual dengan PSK tidak langsung.
Jika Pemkot Jogja
tidak melakukan intervensi terhadap laki-laki yang melacur dengan PSK langsung,
maka penyebaran HIV/AIDS di Kota Jogja akan terus terjadi yang kelak bermuara
pada ”ledakan AIDS”. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.