Oleh Syaiful W.
Harahap – AIDS Watch Indonesia
“Kencan di Sarkem Tak Pakai Kondom Didenda
Rp 25.000.” Ini judul berita di kompas.com
(19/6-2014). “Sarkem” adalah Pasar Kembang yaitu lokalisasi pelacuran di Kota
Jogja, DI Yogyakarta, yang terletak di Jalan Pasar Kembang di ujung utara Jalan
Malioboro atau di sebelah selatan Stasiun KA Tugu.
Judul berita ini mengusik akal sehat karena tanpa mereka
(yang membuat aturan tsb.-pen.) sadari biar pun laki-laki yang melakukan
hubungan seksual dengan pekerja seks komersial (PSK) didenda karena tidak
memakai kondom penularan HIV sudah terjadi kalau salah satu di antara mereka
yaitu PSK atau laki-laki ’hidung belang’ tsb. mengidap HIV/AIDS.
Celakanya pernyataan ini pun menjungkirbalikkan akal sehat: ”Untuk mengantisipasi penularan HIV/AIDS, warga di
lokalisasi prostitusi Pasar Kembang (Sarkem) menetapkan sanksi denda Rp 25.000
bagi tamu yang tidak menggunakan kondom saat berkencan.”
Antisipasi?
Tentu saja bukan
karena penularan HIV sudah terjadi. Ini fakta.
Pernyataan Sarjono, 63 tahun, Ketua RW 03, Sosrowijayan Kulon,
Gedong Tengen, Kota Jogja, ini memang benar: "Kita antisipasi penularan
HIV/AIDS dengan mewajibkan memakai kondom.”
Artinya, laki-laki yang melakukan hubungan seksual dengan PSK di ”Sarkem”
diwajibkan memakai kondom sehingga mencegah penularan HIV dari laki-laki ke PSK
dan sebaliknya dari PSK ke laki-laki. Ini benar.
Tapi, kalau kemudian laki-laki yang tidak memakai kondom didenda Rp 25.000
untuk mengantisipasi penularan HIV adalah salah besar karena hubungan seksual
sudah terjadi sehingga ada kemungkinan terjadi penularan HIV dari laki-laki ke
PSK atau sebaliknya.
Bagi laki-laki berkantung tebal tidak ada artinya Rp 25.000 jika
dibandingkan dengan kerepotan dan dampak lain jika memakai kondom ketika
sanggama dengan PSK. Mereka akan memilih membayar denda Rp 25.000 daripada
memakai kondom. Berbagai studi juga menunjukkan hanya 30 persen laki-laki
hidung belang yang dengan suka rela memakai kondom setiap kali melacur.
Cara mengontrol apakah laki-laki pakai kondom atau tidak ternyata hanya
tidak akurat. Seperti disebutkan Sarjono, pengawasan soal pemakaian kondom
langsung dilakukan oleh setiap pemilik losmen, yaitu tamu yang tidak mengambil
kondom jika ketahuan oleh pemilik losmen akan didenda.
Nah, apakah setiap tamu yang mengambil kondom otomatis akan memakai kondom
tsb. ketika melakukan hubungan seksual dengan PSK?
Tentu saja tidak pasti. Maka, lagi-lagi sanksi denda itu tidak akan
mendorong laki-laki memakai kondom.
Di ”Sarkem” ada 40 losmen dengan 260 PSK.
Jika setiap malam seorang PSK melayani 3-5 laki-laki, maka ada 780-1.300
laki-laki yang berisiko tertular atau menularkan HIV/AIDS dan IMS (infeksi
menular seksual, seperti kencing nanah/GO, raja singa/sifilis, virus hepatitis
B, klamdia, dll.).
Kalau di antara laki-laki itu ada suami, maka ada pula risiko penularan HIV
dari sumai ke istri. Jika istri tertular HIV, maka ada pula risiko penularan
HIV dari-ibu-ke-bayi yang dikandungnya kelak.
Maka, amatlah beralasan kalau kemudian sampai Juli 2013 di Yogyakarta sudah
terdeteksi 232 ibu rumah tangga yang mengidap HIV/AIDS (republika.co.id, 15/7-2013). Ini terjadi al. karena suami mereka melakukan
hubungan seksual dengan PSK tanpa memakai kondom.
Program
pencegahan dengan menerapkan ’wajib kondom’ digencarkan oleh pemerintah
Thailand yang dikenal sebagai ’wajib kondom 100 persen’ bagi laki-laki yang
melacur di lokalisasi pelacuran.
Cara memantau
pemakaian kondom adalah dengan menjalankan pemeriksaan IMS secara rutin
terhadap PSK. Jika ada PSK yang terdeteksi mengidap IMS itu artinya PSK tsb. melayani laki-laki tanpa memakai
kondom.
Yang diberikan
sanksi adalah germo atau pemilik losmen bukan PSK atau laki-laki pelanggan. Ini
sangat efektif dengan hasil penurunan kasus HIV/AIDS pada laki-laki dewasa, al.
pada calon-calon tentara dan polisi.
Jika ’pengelola’ lokasi
pelacuran ”Sarkem” tetap menjalankan denda tsb., maka sudah bisa dipastikan
insiden infeksi HIV baru akan terus terjadi di ”Sarkem” yang pada akhirnya akan
sampai pada ”ledakan AIDS” di masyarakat DI Yogyakarta.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.