“Apakah saya sudah tertular HIV/AIDS?”
Ada apa gerangan?
Rupanya, banyak orang yang merasa berisiko tertular HIV/AIDS karena
berciuman ketika menderita sariawan. Memang, ketika seseorang mengidap sariawan
itu artinya ada ‘perlukaan’ di rongga mulut, seperti di lidah, langit-langit,
dll.
Sebagai virus HIV masuk ke dalam tubuh al. melalui luka-luka mikroskopis
(luka yang tidak kasat mata seperti perih ketika berkumur-kumur setelah gosok
gigi). Beruntunglah yang berciuman ketika sariawan karena konsentrasi virus di
dalam air ludah tidak cukup untuk ditularkan. Jika luka-luka karena sariawan
ada darah maka itu artinya ada risiko.
Pintu Masuk Virus
Namun, luka-luka di rongga mulut ketika sariawan bisa saja jadi pintu masuk
penyakit yang terdapat dalam air ludah, seperti virus hepatitis B.
Selain risiko penularan penyakit saat sariawan melalui ciuman, ada pula
risiko penularan penyakit melalui seks oral, yaitu fellatio (penis masuk ke mulut, disebut juga blow job) dan cunnilingus (mulut dan lidah ke vagina) ketika sariawan. Luka-luka di
rongga mulut dan lidah karena sariawan bisa menjadi pintu masuk bagi HIV ketika
yang dioral ejakulasi di dalam rongga mulut atau mulut dan lidah bersentuhan
dengan cairan vagina yang mengandung HIV/AIDS. Risiko penularan HIV bisa
terjadi karena konsentrasi virus (HIV) di dalam air mani dan cairan vagina bisa untuk ditularkan.
Biar pun sariawan tidak masuk dalam kategori penyakit berbahaya, tapi
banyak masalah yang muncul ketika seseorang mengidap sariawan. Misalnya, sakit
ketika makan dan menelan, serta cara berbicara terganggu sehingga merusak
penampilan, dll. Sariawan terjadi, seperti yang disampaikan oleh Dr drg Dewi
Priandini, SpPM, pada acara “Kompasiana
Nangkring bersama Kuldon Sariawan” di Jakarta, 17/5-2014, karena keadaan
ulserasi inflamasi mukosa di rongga mulut.
Itulah sebabnya hampir semua orang pernah mengalami sariawan. Namun, Dr
Dewi mengatakan bahwa belum diketahui secara pasti faktor penyebab sariawan.
Itu artinya bisa banyak faktor yang menyebabkan sariawan. Yang jelas sariawan
menimbulan ketidaknyamanan pada rongga mulut.
Menurut Dr Dewi, perempuan lebih banyak menderita sariawan jika
dibandingkan dengan laki-laki di kalangan sosial ekonomi menengah.
Ada beberapa faktor yang mendorong sariawan, yaitu alergi, trauma, makanan
dan minuman, genetik, mikro organisme, streptococcus dan virus.
Salah satu gejala yang sangat khas pada penderita HIV/AIDS yang sudah masuk
masa AIDS (secara statistik terjadi setelah tertular HIV antara 5-15 tahun) adalah
sariawan, lesi dan jamur di rongga mulut. Tapi, gejala itu terkait dengan
infeksi HIV jika penderita mengidap HIV/AIDS.
Bisa Disembuhkan
Genetika juga bisa mempengaruhi kerentanan terhadap sariawan. Misalnya,
kalau ayah dan ibu sering sariawan maka risiko anak-anak menderita sariawan
mencapai 90 persen. Jika orang tua tidak sering menderita sariawan, maka risiko
sariawan pada anak-anak hanya 20 persen. Tapi, “Ya, tidak perlu menylahkan
orang tua karena dapat penyakit warisan,” pinta Dr Dewi.
Dr Dewi benar karena secara medis sariawan bisa disembuhkan. Selain
mengeliminasi faktor-faktor yang menjadi penyebab sariawan, secara medis
dilakukan pengobatan terhadap simptomatik (gejala yang kelihatan) dan
memberikan obat yang bisa mendorong penyembuhan dan mengurangi rasa sakit.
Salah satu obat yang bisa diandalkan untuk menyembuhkan sariawan adalah
tablet “Kuldon Sariawan” yaitu
tablet herbal yang bisa meredekan sariawan yang diproduksi oleh PT Deltomed Laboratories di Wonogiri,
Jawa Tengah. Tablet herbal ini yang pertama dan satu-satunya di Indonesia.
Belakangan ini semboyan “back to nature” terus menggema. Itu pulalah yang
menjadi pijakan Deltomed untuk memproduksi obat-obatan berbahan dasar herbal.
“Saat ini sudah menjadi trend masyarakat meminum obat-obatan dari herbal karena
khasiatnya setara dengan obat-obatan konvensional,” kata dr Abrijanto SB,
Business Development Manager PT Deltomed Laboratories
di acara “Kompasiana Nangkring bersama
Kuldon Sariawan”.
Banyak jenis tanaman yang ada di sekitar kita yang bisa dijadikan bahan
membuat obat. Sebut saja daun saga, bunga kirsan, akar alang-alang, dll. Namun,
yang diperlukan cara mengolah herbal menjadi obat agar tidak menimbulkan efek
toksin (racun) yang justru membahayakan kesehatan.
Itulah sebabnya Deltomed menerapkan cara pembuatan obat tradiosional yang
baik (CPOTB) berdasarkan ketentuan pemerintah dan menerapkan standar
internasional ISO 9001-2008, dan
standar-standar lain terkait dengan produksi obat.
Deltomed sendiri bermula dari industri rumahan penghasil obat-obar herbal
yang berasal dari sari tumbuh-tumbuhan alami di Banjarmasin, Kalimantan
Selatan, pada tahun 1976.
Berkat pengolahan obat herbal yang sesuai dengan standar baku, kini
produk-produk Deltomed, seperti Kuldon
Sariawan, Antangin, dll. tidak
hanya dipasarkan di dalam negeri tapi juga sudah diekspor ke Malaysia, Arab
Saudi, Amerika Serikat, Hong Kong, dan Brunei Darussalam.
Maka, biar pun sariawan dianggap hanya sebagai panyakit di rongga mulut,
tapi karena ada kaitannya dengan risiko penularan lain pada beberapa kegiatan keseharian,
seperti ciuman, maka: “Segeralah obati Sariawan dengan tablet Kuldon
Sariawan.”***[Syaiful W. Harahap]***
[Sumber: http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2014/05/19/sariawan-dan-aids-653559.html]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.