Di lokalisasi yang berada di Jalan Kolonel H Burlian KM 9,
Menurut Mawar (bukan nama sebenarnya), ia mencari rizki di tempat itu sebagai PSK sudah
"Lumayan kak, semalam bisa melayani 3 sampai lima tamu. Penghasilan di sini bisa dibilang memang menjanjikan," kata Mawar saat berbincang dengan merdeka.com, Sabtu (8/3) malam.
Menurut dia, sejak dulu para PSK di sana sudah terbiasa dengan menjaga kesehatan. Sebab, mereka menyadari prilaku seks seperti itu berisiko tinggi terkena penyakit kelamin.
Selain mewajibkan pasangan menggunakan kondom, PSK Kampung Baru rutin mengecek kesehatan dalam waktu tertentu. Tak heran, hingga kini mereka tetap eksis dalam menggeluti dunia malam dan pelanggan pun tak lari ke tempat lain.
"Kalau pasangan tidak mau pakai kondom kami tidak mau, karena hukumnya wajib. Percuma dong kita cek kesehatan terus tapi penyakitnya datang dari orang lain," kata dia.
Rupanya, kebiasaan itu setelah germo (mami) mereka selalu memaksa dan menolak anak buah yang enggan mengikuti aturan yakni menjaga kesehatan intim.
Paksaan ini bukan tanpa alasan. Selain baik bagi PSK sendiri, dengan kesehatan terjaga, rupiah terus mengalir ke dompet para germo.
"Ga mau ada anak buah yang bandel. Kata orang sih kita kotor, tapi wanita di sini tahu bagaimana mencegah timbulnya penyakit," kata Rini (35), salah satu germo di Kampung Baru. (Irwanto/merdeka.com)
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tanggapan (7/4/2014):
Pertama, cek
kesehatan rutin tidak bisa mendetiksi HIV/AIDS. Tidak dijelaskan seperti apa
rutinitas cek kesehatan. Biar pun dilakjkan setiap minggu cek kesehatan tidak
bisa mendeteksi HIV/AIDS karena untuk mendeteksi HIV/AIDS bukan dengan cek
kesehatan, tapi tes HIV.
Kedua, apa tolok
ukur yang bisa membuktikan bahwa semua laki-laki yang melakukan hubungan
seksual dengan PSK memakai kondom? Dalam berita tidak ada penjelasan.
Ketiga, kalau
dengan tamu mereka hanya melayani yang memakai kondom tapi dengan pacar atau ’suami’
mereka tidak memaksa pacar atau ’suami’ pakai kondom.
Dalam berita
disebutkan ”Mayoritas mereka (maksudnya PSK-pen.)
bukan warga pribumi, melainkan pendatang dari pulau Jawa, seperti Bandung,
Garut, Indramayu, Brebes, dan beberapa daerah di Jawa lainnya.” Yang jadi
persoalan bukan PSK tapi laki-laki yang melakukan hubungan seksual dengan
mereka, yaitu laki-laki pribumi.
Indikator
yang bisa menunjukkan di antara PSK ada yang mengidap IMS (infeksi menular
seksual yaitu penyakit-penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual,
seperti sifilis, kencing nanah/GO, virus hepatitis B, klamidia, dll.) dan
HIV/AIDS dapat dilihat dari kasus IMS dan HIV/AIDS pada ibu-ibu rumah tangga di
daerah itu. Jika ada kasus ibu rumah tangga yang terdeteksi mengidap IMS atau
HIV/AIDS atau dua-duanya sekaligus itu menandakan suami mereka melakukan
hubungan seksual dengan PSK tanpa memakai kondom.
Untuk
memastikan laki-laki memakai kondom setiap kali melakukan hubungan seksual
dengan PSK diperlukan cara-cara yang realistis dan konkret untuk
membuktikannya. Jika tidak ada cara yang konkret, maka kewajiban pakai kondom
bagi laki-laki ’hidung belang’ hanya sebatas omongan saja.
- AIDS Watch Indonesia/Syaiful W.
Harahap
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.