Medan,
aidsindonesia.com (11/4/2014) - Sejak tahun 1994 hingga Januari 2014, atau sekitar 20 tahun, ada
578 orang penderita AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) di Provinsi
Sumatera Utara (Sumut) dilaporkan meninggal dunia.
Manager Officer
Global Fund Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumut Andi Ilham Lubis mengungkapkan,
kasus AIDS di Sumut terus meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan melalui data
yang Dinkes Sumut sejak tahun 1994 hingga Februari 2014, jumlah penderita AIDS
mencapai 3.404 orang.
Menurutnya,
setiap tahunnya, jumlah penderita AIDS yang meninggal cukup banyak. Misalnya, di tahun 2007 ada 29 orang
penderita AIDS yang meninggal dunia. Kemudian di tahun 2008 ada 7 orang, tahun
2009 ada 56 orang, tahun 2010 ada 119 orang dan tahun 2011 ada 111 orang.
“Karena semakin tingginya kasus kematian akibat penyakit ini, kita gencar mensosialisasikannya
kepada risti (resiko tinggi). Sehingga jika kedapatan menderita AIDS, dapat
menjalani konseling dengan segera,” jelasnya, Kamis (10/4) di ruang kerjanya.
Risti atau resiko
tinggi yang dimaksud, sebutnya, di antaranya kelompok heteroseksual, homo
seksual, intra drug user (IDUs/pengguna jarum suntik), transfusi darah,
perinatal, ibu rumah tangga, biseksual dan hetero IDUs.
Meningkatnya
angka penularan melalui kelompok heteroseksual menyebabkan semakin rentannya
penularan kepada kelompok resiko rendah seperti ibu rumah tangga dan bayi. “Namun,
untuk memutus mata rantai penularan HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan
AIDS, perlu adanya kesadaran dari semua pihak terkait,” harapnya.
Sementara Kepala
Tata Usaha Konselor di klinik VCT Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Pirngadi
Medan, Indah Kumala Sari mengungkapkan, pengetahuan tentang penyakit HIV dan
AIDS di daerah-daerah sangat minim. Terbukti, saat berkunjung ke daerah
beberapa waktu lalu, pertanyaan-pertanyaan masyarakat yang dilontarkan kepadanya
sangat banyak. “Saya heran, padahal sosialisasi sudah banyak dilakukan, tapi
buktinya ketika saya ikut reses bersama anggota dewan ke pedesaan banyak juga
yang belum tahu. Jadi sayapun kaget, bahkan masyarakat yang disitu sudah bisa
dibilang kelas menengah,” imbuhnya.
Menurut Indah,
ketidaktahuan ini juga disebabkan karena adanya ketakutan-ketakutan dari
masyarakat. Untuk itu, stigma negatif terhadap penyakit HIV dan AIDS ini harus
dihilangkan. (YN/harianandalas.com/ds)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.