13 April 2014

Rentang Waktu 20 Tahun, 578 Penderita AIDS di Sumut Meninggal

Medan, aidsindonesia.com (11/4/2014) - Sejak tahun 1994 hingga Januari 2014, atau sekitar 20 tahun, ada 578 orang penderita AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) di Provinsi Sumatera Utara (Sumut) dilaporkan meninggal dunia.

Manager Officer Global Fund Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumut Andi Ilham Lubis mengungkapkan, kasus AIDS di Sumut terus meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan melalui data yang Dinkes Sumut sejak tahun 1994 hingga Februari 2014, jumlah penderita AIDS mencapai 3.404 orang.

Menurutnya, setiap tahunnya, jumlah penderita AIDS yang meninggal cukup banyak. Misalnya, di tahun 2007 ada 29 orang penderita AIDS yang meninggal dunia. Kemudian di tahun 2008 ada 7 orang, tahun 2009 ada 56 orang, tahun 2010 ada 119 orang dan tahun 2011 ada 111 orang. “Karena semakin tingginya kasus kematian akibat penyakit ini, kita gencar mensosialisasikannya kepada risti (resiko tinggi). Sehingga jika kedapatan menderita AIDS, dapat menjalani konseling dengan segera,” jelasnya, Kamis (10/4) di ruang kerjanya.

Risti atau resiko tinggi yang dimaksud, sebutnya,  di antaranya kelompok heteroseksual, homo seksual, intra drug user (IDUs/pengguna jarum suntik), transfusi darah, perinatal, ibu rumah tangga, biseksual dan hetero IDUs.

Meningkatnya angka penularan melalui kelompok heteroseksual menyebabkan semakin rentannya penularan kepada kelompok resiko rendah seperti ibu rumah tangga dan bayi. “Namun, untuk memutus mata rantai penularan HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS, perlu adanya kesadaran dari semua pihak terkait,” harapnya.

Sementara Kepala Tata Usaha Konselor di klinik VCT Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Pirngadi Medan, Indah Kumala Sari mengungkapkan, pengetahuan tentang penyakit HIV dan AIDS di daerah-daerah sangat minim. Terbukti, saat berkunjung ke daerah beberapa waktu lalu, pertanyaan-pertanyaan masyarakat yang dilontarkan kepadanya sangat banyak. “Saya heran, padahal sosialisasi sudah banyak dilakukan, tapi buktinya ketika saya ikut reses bersama anggota dewan ke pedesaan banyak juga yang belum tahu. Jadi sayapun kaget, bahkan masyarakat yang disitu sudah bisa dibilang kelas menengah,” imbuhnya.


Menurut Indah, ketidaktahuan ini juga disebabkan karena adanya ketakutan-ketakutan dari masyarakat. Untuk itu, stigma negatif terhadap penyakit HIV dan AIDS ini harus dihilangkan. (YN/harianandalas.com/ds)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.